xiv. date?

106 28 4
                                    

"Langa!" seruku selagi berlari kecil menghampirinya.

Aku akhirnya menghentikan langkahku tepat di hadapannya. "Woah, I didn't know you could dress up like this," pujiku kagum.

Langa melapisi kaus putihnya dengan jas navy dan celana bahan berwarna beige.

Tipikal setelan yang akan digunakan untuk kencan.

Oh, kencan ...?

Aku tersenyum dan mengerling jail ke arahnya. "Apa kau mengenakan ini karena disuruh ibumu?"

Langa menatapku. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya serius, "aku sama sekali tidak mengerti kenapa Ibu tiba-tiba heboh sendiri."

"Ibumu tahu kalau aku ikut?" tanyaku memastikan, dan Langa menjawabnya dengan anggukkan kepala.

Aku tertawa lepas setelahnya.

Klasik sekali.

Jujur saja, aku tidak menyangka akan benar-benar bertemu seseorang yang menjadi korban asumsi tersebutㅡterutama dengan aku sendiri sebagai faktor utamanya.

"Apa yang lucu?" tanyanya dengan raut tak suka.

Aku pun menjawab dengan sisa tawa, "Rahasia ...."

"Langa! Misaki!"

Kami berdua menoleh dan mendapati Reki berlari kecil ke arah kami.

Setelan yang dikenakannya tak berubah banyak. Hoodie merah marun dilapisi rompi hitam dengan celana denim, dan sebuah headband di kepalanya.

"Kenapa kau bawa skateboard? Kita sudah sepakat, kan, sebelumnya?" tanyaku dengan alis tertekuk heran.

"Ah, maaf. Ternyata ada klien yang ingin papannya diantarkan ke suatu tempat di sini," jelasnya kikuk. "Jadi, Oka ingin aku melakukannya sebelum bertemu kalian."

"Di sini?" tanyaku lagi. "Lalu, kenapa kau masih memegangnya?"

"Aku tersesat, lokasi tepatnya sangat tidak familier," jawab Reki sembari menunjukkan pesan di ponselnya.

"Fashionette Department?" gumamku heran.

"Kau tahu itu di mana?"

Aku mengangguk kecil. "Aku beberapa kali membeli baju di sana, dan tadi juga sempat melewatinya," jawabku lugas. "Tapi, kau sungguh harus ke sana? Sekarang?" tanyaku sambil berkacak pinggang.

Reki tertawa, "Tenang saja, kalian pergilah lebih dulu." Ia berbalik dan berlalu. "Aku akan mengantar ini dan menyusul setelahnya!"

Meninggalkan aku dan Langa sendiri, lagi.

Aku menghela napas, lalu beralih pada si rambut biru. "Baiklah, kau ingin makan apa?" tanyaku selagi mengambil langkah majuㅡke arah yang berlawanan dengan Reki.

"Apa saja," jawab Langa seadanya.

Aku terdiam, berpikir. "Aku ingin makan mi ... bagaimana dengan yakisoba atau udon? Mungkin ramen?" Aku menatap Langa, meminta pendapatnya.

"Poutine." Langa memandangiku penuh harap.

Wajahku sontak tertekuk sebal. "Tadi kau bilang apa saja, sekarang kenapa tiba-tiba jadi poutine?"

"Aku baru ingat," jawabnya dengan senyum tipis.

Aku mendengus, "Poutine ... seingatku tidak ada restoran Kanada di sini." Tanganku bergerak meraih ponsel, hendak memastikan ingatanku itu benar atau salah.

Langa mengintip kecil, membuatku menggeser ponselku agar ia bisa melihatnya lebih jelas. "Seharusnya ada di lantai tiga, dekat dengan ... Fashionette Department?"

game over ; sk8 the infinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang