x. ogre?

106 25 3
                                    

"Jujur, di titik ini. Aku tidak terlalu kaget mendengarmu menerima tantangannya," tuturku malas dengan pipi menempel di meja Reki, dan tatapan kosong ke arah Langa--yang juga sedang melakukan hal yang sama di mejanya.

"Hei, hei, hei! Kalian berdua seharusnya panik sedikit! Kita berbicara tentang Chinen Miya di sini!" seru Reki sembari mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jarinya.

Aku mengerutkan kening, mengganti posisi jadi bertopang pipi. "Lalu? Kita hanya bisa mengikuti permintaannya, kan? Kau sungguh berpikir Langa akan mundur?" tanyaku sambil melirik ke sang empunya nama.

"Kalau begitu, tidak bisakkah kau beritahu adikmu untuk tidak melakukannya?"

Aku mendengus, "Kau kira aku belum melakukannya? Anak itu malah mendatangiku lebih dulu dan memintaku untuk mempertemukannya dengan Langa," jelasku ketus.

Bagian bawah perutku saat ini sedang berputar memberi rasa nyeri yang aneh. Aku memprediksi menstruasiku akan datang sebentar lagi, dan itu menyebalkan. Ugh.

"Percayalah," tuturku sambil menatap Reki dengan alis tertekuk, "jika aku memang bisa menjauhi Langa dari sana. Aku sudah melakukannya di malam itu."

Reki menghela napas, kedua tangannya menopang kepalanya. Ia lalu menoleh, "Tidakkah kau memiliki sesuatu untuk dikatakan?" tanya Reki pada si rambut biru.

Langa hanya menatap kami berdua sembari menggelengkan kepalanya, "Tak ada."

"Omong-omong ...." Aku angkat suara. "Miya itu seringkali bertingkah menyebalkan. Jika sesuatu terjadi, jangan pedulikan aku dan marahi saja dia."

- - -

Aku meletakkan Gloomy, papanku, begitu kami semua tiba di S. Reki dan Langa sudah meluncur lebih dulu setelah berpamitan.

Sedangkan aku masih tertahan di belakang sini karena Miya.

Anak itu masih belum melepaskan tatapan menilainya dariku sejak naik ke mobil tadi. Aku terpaksa menatapnya kesal, "Kau ini kenapa?"

Miya langsung mengukir senyum lebar, "Tidak. Aku tidak melakukan apa-apa," balasnya dengan ekspresi lugu. Ia kemudian melempar papannya, dan berseluncur meninggalkanku sendiri.

"Hei!" Aku berseru sebal, lalu segera melakukan hal yang sama.

Tak butuh waktu lama untuk menyejajarkan diri dengannya.

Aku bersidekap, gantian memberikan pandangan menilai padanya. "Jujur saja, kenapa kau melakukan ini semua?"

"Apa maksudmu, Nee-chan?" Miya menatapku tak mengerti.

"You're plan to do a beef with Langa, is fishy." Aku memusatkan seluruh atensiku padanya, meski ia sudah beralih memandang lurus ke depan.

Aku butuh jawaban. Jawaban jujur darinya.

Sebelum aku sempat memanggilnya lagi, ekspresi itu berubah menjadi lebih keruh selagi matanya tertuju pada Reki dan Langa di depan sana. Membuatku memilih diam memperhatikan.

Apakah Miya sebegitu tidak sukanya melihat mereka?

Kedua temanku itu terlihat sedang bersenang-senang. Begitu mereka mulai adu mulut, Miya melesat cepat, memotong jarak di antara mereka berdua.

Aku ikut mempercepat laju dan berhenti di antara Langa dan Reki. "Kalian tak apa?" tanyaku khawatir.

Reki menggeleng dengan raut kesal, ia beralih menatap Miya dan berseru, "Itu berbahaya, sialan!"

game over ; sk8 the infinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang