Bagian 7 : Bubur Ayam

9.5K 1K 17
                                    

Salena mengecek ponselnya yang berdering, menampilkan nama Astra sebagai si pemanggil. Secepatnya ia menjawab panggilan tersebut.

Langsung beringsut bangun, menyuruh Astra menunggu sebentar.

Sedangkan ia buru-buru masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Lalu menutupi tubuhnya menggunakan baju terusan hingga betis karena hanya mengenakan short pants dan tanktop.

Keluar dari kamar kosnya, turun ke lantai bawah. Tepatnya ke arah luar pagar, melihat Astra yang duduk di atas motor seraya memainkan ponselnya.

"As," panggilnya pelan membuat pria itu menoleh. "Maaf bikin kamu nunggu," ujarnya seraya mendorong pagar agar Astra memasukkan motor ke dalam area kos.

Karena tempat kos tersebut tidaklah terlalu ketat, maka Salena mengajak Astra masuk ke kamar kosnya. Tentunya tetap membuka pintu kamar agar tidak menimbulkan kecurigaan tetangga kos yang lain. Meski orang-orang di sana bodoh amat, tapi tetap saja Salena melakukan hal tersebut.

"Aku bawain bubur ayam," ujar Astra. Bukan pertama kalinya masuk ke kamar kos Salena. Beberapa kali bersama Mita juga. Jadi, ia tidak merasa sungkan berada di kamar tersebut.

Salena duduk di sebelah Astra, di atas karpet. Tidak lupa ia menyalakan televisi. Meski tidak ada acara yang menarik. Hanya untuk meramaikan suasana.

"Kenapa repot-repot sih? Aku gak enak jadinya," ujar Salena pelan. Astra pagi-pagi bangun terus membawa bubur ayam untuknya lalu tadi sempat menunggu karena ia yang masih tidur.

"Eh jangan ngomong gitu. Kita kayak baru kenal aja." Astra menggeleng tegas. Seharusnya Salena tidak perlu bersikap sungkan lagi padanya. Mereka hampir dua tahun saling mengenal. Bahkan Mita saja yang baru setahun saling mengenak, mereka sudah sangat akrab, berlaku semena-mena dan tidak tau malu. Apalagi jika ingin merepotkannya.

"Em... jadi makan siang nanti biar aku yang traktir, ya?"

Astra menghela nafas pelan. Menatap lamat Salena yang kini menikmati bubur ayam tersebut.

Apakah Astra harus mengatakan dengan lantang jika saat ini dan kemarin-kemarin dirinya melakukan PDKT pada wanita di hadapannya ini?!

Namun, Astra menahan diri. Karena semenjak mendekati Salena, tidak ada pergerakan apapun dari Salena yang memberi sinyal padanya jika Salena juga tertarik padanya.

Khawatir, jika ia berterus terang maka Salena tidak mau lagi berteman dengannya.

Mungkin untuk beberapa saat Astra harus gencar mendekati Salena agar wanita itu peka dan perasaannya bersambut.

Membayangkan hal tersebut membuat senyumnya merekah. Mulai menikmati bubur ayam tersebut seraya menatap Salena.

Hanya seperti ini, rasanya cukup bagi Astra.

***

Salena ke tempat kerja bareng Astra. Banyak pasang mata mengamati mereka. Pun beberapa mulai menggoda mereka membuat Salena salah tingkah. Segera masuk ke dalam. Tidak seperti Astra yang meladeni mereka.

Masuk ke dalam, menaruh tasnya ke dalam loker. Hanya mengeluarkan ponselnya dari sana.

Menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok Mita.

Sepertinya Mita belum datang.

Membuatnya duduk sendirian di balik meja kerjanya. Mengecek jadwalnya.

Hari Selasa dan Rabu, ia akan menjadi tour guide para turis dari negara Australia.

Lalu mengecek siapa saja teman satu timnya untuk mendampingi turis tersebut. Karena tidak melulu ia satu tim dengan Astra maupun Mita.

Bittersweet DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang