Bagian 23 : Minta Restu

9.7K 943 37
                                    

Dada berdebar tidak karuan, keringat dingin mulai keluar membuat Salena merasa gerah. Rasa gelisah membuatnya tidak bisa tenang. Apalagi saat mobil yang ia tumpangi masuk ke area pekarangan sebuah rumah.

Rumah yang pernah menjadi tempat tinggalnya selama satu tahun lebih saat ia masih menjadi istri Rasya.

Salena rasanya ingin pulang saja. Menyesal karena mengiyakan ajakan Rasya untuk bertemu dengan ibu pria itu. Menyesal karena merasa sedih karena Rasya tidak memberitahu hubungan mereka pada ibu pria itu.

Harusnya mereka backstreet saja, kan?

Salena enggan bertemu Mama Rasya. Salena enggan mendengar cacian wanita itu. Salena enggan...

"Sal." Salena menoleh menatap Rasya yang telah membuka pintu, memegang tangannya yang bekeringat.

Rasya terdiam seraya meraih tisu untuk mengelap tangannya lalu mengusap pelan tangannya. "Gak usah takut. Ada Mas kok," ujar pria itu menenangkan.

Salena tersenyum tipis, lalu turun. Menggenggam erat tangan Rasya. Mulai melangkah masuk ke dalam rumah tersebut.

Mereka disambut Shalita yang terkejut menatap kehadiran Salena. "Kok Bunda gak ngomong mau dateng?"

Salena melepas tangan Rasya lalu membungkuk untuk memeluk Shalita. Mengecup pipi Shalita. "Bunda ngasih Shali kejutan." Gadis kecil itu tersenyum lebar.

Kedatangan Mama Rasya yang keluar setelah mendengar suara ribu Shalita.

Tubuh Salena menegak. Menegang menatap sosok Mama Rasya yang langsung melemparkan tatapan tidak suka. Bahkan saat ia hendak mencium punggung tangan wanita itu, malah menghindar membuat hatinya mencelos.

"Jadi dia perempuan yang mau kamu kenalin ke Mama?!" ujar Mama sinis, menatap Rasya lalu menatap Salena. Kalau saja ia tau wanita yang ingin dikenalkan Rasya adalah Salena, Mama tidak perlu bersiap-siap bahkan memasak. Karena Rasya mengatakan akan mengenalkan seorang calon istri sekaligus calon ibunya Shalita.

"Shali! Masuk ke kamar mu!" Tegas Mama pada Shalita yang memeluk pinggang Salena. Tapi cucunya itu tidak bergeming. "Shali masuk ke kamar mu!"

"Gak mau Eyang. Mau sama Bunda." Shalita mulai merengek. Memeluk erat Salena.

"Dia bukan Bunda mu!" Sentak Mama pada Shalita. Lalu memanggil Tasha. "Tasha!!"

Tasha keluar, juga terkejut melihat sosok Salena. Pantas saja Mama mengamuk, apalagi menyuruhnya untuk memisahkan Shalita dari Salena.

"Shali sama Tante Tasha dulu, ya?" Bujuk Salena pada Shalita yang enggan dibawa Tasha.

"Ayo Shal, kita keluar jalan. Shali mau beli apa?" Tasha ikut membujuk, sedikit meringis saat menatap Salena. Setelah Tasha berhasil membawa Shalita keluar kini Mama semakin leluasa mencerca Salena.

"Ma sudah! Sal..."

"Diem kamu!" Sela Mama tajam menatap Rasya. Lalu kembali menatap Salena. "Kalau Mama tau pacar kamu itu perempuan ini, Mama gak akan pernah mau ketemu dia?! Kenapa sih kamu masih saja berhubungan dengan dia?! Apa alasan kamu nolak perjodohan dengan Kirana karena dia?!"

Rasya menghela nafas pelan, ia menatap Salena dengan tatapan bersalah. Harusnya Rasya lebih dulu bicara, tapi jika ia bicara pada Mama tentu Mama tetap tidak akan setuju. Rasya merasa serba salah.

"Kirana jauh lebih baik dari dia, Rasya! Juga masih ada perempuan yang lebih baik dari dia! Bukan perempuan gak jelas! Penggoda kayak dia! Jangan-jangan kamu pungut dia lagi di tempat pelacuran! Iya?!"

Hati Salena berdenyut sakit. Seharusnya ia tidak ke sini karena tau beginilah yang ia dapatkan.

Dan seharusnya ia tidak terlarut dalam perasaannya.

"Ma..." Kembali Rasya terdiam saat Mama melotot tajam padanya. "Tinggalin perempuan itu!"

Lalu Mama kembali menatap Salena. "Dan buat kamu jangan godain anak saya lagi! Sampai kapan pun saya gak akan restuin!" Mama bersidekap. "Ah atau kamu hamil lagi?! Iya?! Kalau hamil kasih dia uang saja, Sya! Gak usah kamu nikahin!"

Setelah mengatakan itu Mama masuk meninggalkan Salena yang menunduk dengan air mata bercucuran.

"Sal..."

Salena tidak mendengarkan Rasya, ia berlari keluar dari rumah tersebut. Barulah langkahnya berhenti saat Rasya mencekal lengannya lalu memutar tubuhnya.

"Sal..."

"Mending gak usah dilanjut Mas!" ujar Salena mencoba tegas, tapi suaranya gemetar.

Rasya menatap sendu Salena. Hendak bicara lagi, tapi Salena kembali menyelanya.

"Mas sudah denger tadi kan apa yang Mama Mas bilang. Sampai kapan pun hubungan kita gak akan direstui. Kalau kita maksa, gak akan berhasil. Tetap akan berakhir seperti dulu..."

Rasya terdiam, pegangannya pada lengan Salena mengendur. Apalagi saat mendengar perkataan Salena.

"Apalagi kalau sikap Mas masih seperti dulu. Gak tegas. Selalu tunduk di bawah Mama!"

Pegangan tangan Rasya terlepas. Tatapannya nanar tertuju pada Salena.

"Gak bisa Mas. Karena Mas selalu patuh sama Mama Mas, jadi lebih baik Mas patuhin Mama Mas yang larang Mas berhubungan sama aku lagi!"

"Sal." Suara Rasya tercekat, diam membeku di tempatnya saat Salena pergi begitu saja. Rasanya ingin mengejar, tapi pijakannya serasa dilem sehingga membuatnya tidak bisa bergerak kemana pun.

***

Makanya Sya kayak Sabian yang engga mau patuh sama Mama. Tapi kalau kelakuan Sabian jangan di contoh ya🤭


See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
17/08/2021

Bittersweet DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang