Salena menikmati angin malam duduk di karpet sewaan yang dibentangkan di atas pasir putih. Menekuk kedua kakinya hingga ke depan dada. Menatap beberapa orang yang juga sama sepertinya. Menikmati pantai di malam hari.
Tatapannya tertuju pada Rasya yang berjalan menghampirinya. Mengukir senyum pada pria itu yang juga tersenyum padanya. Pria itu membawa dua minuman. Es teh hijau untuknya dan mojito untuk pria itu.
Bergabung duduk dengannya.
"Habis ini mau kemana Mas?" tanya Salena setelah meneguk es teh hijau tersebut yang begitu menyegarkan.
Rasya tidak langsung menjawab, melihat jam yang melingkar di tangan kanannya lalu kembali menatap Salena. "Mau jalan-jalan di tepi pantai. Abis itu pulang?"
"Kita kan udah di tepi pantai." Salena mengerutkan kening bingung. Rasya tersenyum.
"Maksud saya dekat air. Kan posisi kita agak jauh dari air."
Salena ikut tersenyum seraya mengangguk. Keduanya berdiri melangkah menuju tepi pantai dengan bertelanjang kaki. Masing-masing tangan kiri mereka memegang sepatu mereka.
"Mas Rasya kapan balik ke Jakarta?" Mereka masih menelusuri tepi pantai tersebut membiarkan kaki mereka basah akibat air yang mendekat akibat ombak.
"Lusa. Kenapa?" Rasya menoleh menatap Salena tanpa menghentikan langkahnya.
"Enggak kok. Cuma nanya aja."
Mereka terdiam beberapa saat dan Rasya kembali memecah keheningan di antara mereka. "Kamu inget, Sal?" Langkah Rasya berhenti, otomatis Salena juga ikut berhenti melangkah. Balas menatap Rasya.
"Apa Mas?"
Rasya hanya diam, menatap intens Salena lalu menggeleng pelan seraya mengukir senyum tipis. "Kamu gak dingin?"
"Ya lumayan sih." Salena ikut tersenyum. Mereka melanjutkan langkah mereka. Berjalan bersisian. Tangan mereka yang terayun pelan di sisi paha masing-masing sesekali bersentuhan.
Salena tersentak saat tangannya digenggam Rasya, apalagi saat pria itu menautkan jari-jari mereka. Pria itu tetap fokus ke depan, tapi ia bisa menangkap senyum pria itu.
"Tangan mu dingin, Sal. Kita pulang sekarang, ya?" Tanpa mendengar jawaban Salena. Rasya membawa wanita itu menjauh dari tepi pantai.
***
Saat tiba di depan kos, tatapan Salena langsung menangkap mobil yang tidak asing terparkir di depan sana. Membuatnya bertanya-tanya sendiri. Kenapa Rehan ada di sini?
"Sal, kenapa?" Rasya mengikuti tatapan Salena, lalu kembali menatap wanita itu.
Mengukir senyum tipis, Salena menggeleng pelan. Lalu melepas sabuk pengaman dari tubuhnya. "Mas hati-hati."
"Besok temenin saya jalan lagi, ya?" Salena mengangguk mengiyakan pertanyaan Rasya.
Segera Salena turun dari mobil, melambaikan tangan pada Rasya yang melajukan mobilnya menjauh dari sana.
Barulah Salena melangkah, mendekati mobil Rehan yang mesinnya menyala. Memicingkan mata untuk menatap ke dalam. Terlihat Rehan yang duduk di balik kemudia sedang bersandar dan memejamkan mata.
Sejak kapan Bosnya itu berada di sini?
Dengan pelan ia mengetuk kaca jendela membuat Rehan tersentak dan terbangun. Pria itu tersenyum saat menyadari kehadirannya lalu membuka pintu.
Salena melangkah mundur, sedikit menjauh dari mobil saat Rehan keluar. Lalu berdiri di hadapannya.
"Pak Rehan sejak kapan ada di sini?" tanya Salena.
Rehan menggaruk kepalanya sekilas lalu menyengir. "Dari jam sembilan. Sekarang jam berapa?" tanyanya. Lebih tepat pada dirinya sendiri. Melihat layar ponselnya. Waktu telah menunjukkan setengah sebelas malam.
Lalu ia kembali menatap Salena. "Kamu baru pulang sejak dari bareng mantan suami mu itu?" tanya Rehan langsung.
Salena mengangguk pelan. Melihat raut tidak nyaman Salena membuat Rehan tersadar. Secepatnya minta maaf dan ia bingung sendiri kenapa minta maaf.
Terjadi keheningan beberapa saat, keduanya saling diam.
Hingga Salena akhirnya bertanya maksud kedatangan Rehan ke sini. "Em Pak Rehan kenapa ke sini? Ada apa?"
"Oh itu... sebenarnya saya mau ngasih tau kamu lewat telpon, tapi hape mu gak aktif..."
"Hape saya baterainya habis, Pak." Salena mengukir senyum tipis. "Pak Rehan mau ngasih tau saya apa?"
"Bisa temenin saya ke acara resepsi nikahan temen saya besok malam?" Salena terdiam, tidak langsung menjawab Rehan. Membuat Rehan getar-getir di tempatnya.
"Kenapa saya Pak?"
"Ya karena saya maunya sama kamu," jawab Rehan langsung dengan raut yang serius. Salena lagi-lagi diam. Terlihat berpikir. "Kamu ada janji dengan mantan suami kamu itu? Gak bisa nemenin saya besok malam?"
Ya.
Itulah yang ingin Salena katakan, tapi merasa sungkan menolak Rehan. Apalagi bosnya itu datang jauh ke sini dan menunggu satu setengah jam hingga tertidur.
Maka, Salena mengangguk pelan. Akan menemani Rehan ke acara resepsi pernikahan teman pria itu.
Rehan pamit untuk pulang setelah mendengar kesediaan Salena menemaninya. Merasa tidak sia-sia menunggu wanita itu pulang.
Sementara itu Salena langsung mengirim chat pada Rasya. Sangat meminta maaf karena tidak bisa menemani pria itu pergi lagi. Karena kalau besok pagi hingga sore ia kuliah, tadi Rasya memintanya untuk menemani pria itu pada malam hari.
Mas Rasya: ga papa kok
Salena merasa tidak perlu cemas jika Rasya marah setelah mendapat balasan dari pria itu.
Masih ada lain waktu kan mas :)
Iya Sal :)
Tapi Salena tidak tau jika biasanya isi pesan tidak sesuai dengan isi hati.
Rasya menghela nafas kasar. Menatap datar ponselnya.
***
Mo ngelarang tapi bukan siapa" ya Ras🙃
See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
19/07/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Divorce
ChickLit•Bittersweet Series 2• __________ Bercerai bukan berarti memutuskan hubungan sepenuhnya, bahkan saling memusuhi satu sama lain. Walau mereka menikah dengan kondisi 'tidak baik', tapi mereka berpisah secara baik-baik. Hampir tiga tahun mereka berpis...