Bagian 19 : Berjumpa Lagi

8.3K 966 26
                                    

Salena menyambut kedatangan Zidny yang baru tiba, memeluk gadis kecil tersebut seraya mengecup kedua pipinya yang begitu lembut. Mengajak Zidny bicara.

Sementara itu Viora sedang duduk di sofa seraya memangku toples kue, memakan isinya. Tatapannya tertuju pada Akram yang baru masuk ke dalam rumah membawa tas Zidny.

"Kapan datang Len?" Salena mendongak menatap Akram yang menyapanya.

"Kemarin," jawabnya membuat pria itu mengangguk pelan. Terlihat tatapannya meliar. Pasti mencari sosok Odit yang tidak terlihat, tapi tidak bertanya. "Odit lagi keluar."

Akram kembali menatapnya, hanya tersenyum tipis lalu bicara pada Zidny. Pamit pada putrinya tersebut.

"Tiga hari lagi Papi jemput lagi, ya?"

"Oke!" sahut Zidny. Akram tersenyum lalu mengecup kepala Zidny, mengusapnya pelan kemudian kembali berdiri menatap dua teman Odit. "Gue balik dulu."

"Gak mau nungguin Odit?" tanya Salena. Pria itu terdiam sejenak.

"Em... emang dia ke mana?"

"Lagi keluar belanja bareng Ares!" Viora yang menjawab dengan nada cuek, tidak melihat Akram sama sekali fokus pada ponselnya.

Akram hanya mengangguk pelan lalu pamit.

"Nini bareng Aunty Sasa dulu, tunggu Mami yang keluar belanja." Salena mengajak Zidny untuk duduk di sofa. Memangku gadis kecil itu, bertanya darimana. Zidny mulai berceloteh, bercerita jika dari rumah Eyang.

Salena tersenyum lembut mengusap rambut Zidny.

Andai saja ia tidak keguguran, pasti anaknya sudah sebesar Zidny. Memangkunya seperti sekarang ini seraya mengusap rambutnya.

"Len, lo lihat ekspresi Akram tadi, gak?" Salena menatap Viora. Lalu mengangguk. "Kayaknya tuh anak suka sama Odit."

"Iya juga sih. Tapi kok gak pertahanin hubungannya dengan Odit kalau emang suka?"

"Gini Len, biasanya seseorang baru nyadar itu kalau udah gak bersama." Salena terdiam mendengar perkataan Viora.

Meski Viora tidak pernah pacaran, tapi soal teori pacaran, Viora sangat ahli. Dan apa yang dikatakan Viora ada benarnya. Jika seseorang akan menyadari perasaannya jika telah kehilangan....

Menghela nafas pelan, ia kembali mengajak Zidny bicara. Beberapa saat kemudian Odit datang bersama dengan Nasha yang langsung heboh. Rumah yang tadinya sunyi senyap seketika ramai. Pertengkaran antara Viora dan Nasha telah dimulai.

"Jadi malam ini kita pajamas party!! Nini ikut ya kita begadang sampai subuh." Dengan gemas Nasha mencubit pipi Zidny hingga memerah. Zidny merengek membuat Odit membalas, tapi tidak mencubit pipi Nasha, melainkan menempeleng temannya yang pendek itu.

"Nini gak boleh begadang. Nanti Papi marah!" ujar Odit.

"Terus Maminya juga dimarahin Papinya, gak?" Odit hanya mendelik kesal pada Nasha yang tertawa menggoda diikuti lainnya.

"Okay! Kita pajamas party malam ini. Biar gue yang masak!" seru Odit semangat yang langsung digelengi teman-temannya.

"Please deh Dit. Jangan karena Ares udah puji masakan lo, lo mau masak terus. Ares tuh bohong kalau masakan lo enak," ejek Viora sekaligus menggoda Odit.

"Ah atau lebih tepatnya karena cinta, makanya Ares rasain masakan Odit enak," sahut Salena terkikik. Odit berekspresi seakan mual.

"Eh Nini bakal punya adek?" Segera bantal melayang ke arah Nasha yang langsung merengek.

***

Salena diminta Odit untuk menginap di rumah Odit saja selama ia berada di Jakarta. Makanya sore hari ini ia membantu Odit menanam bunga di pekarangan samping rumah Odit. Di taman yang baru jadi itu, terdapat kolam yang nantinya diisi ikan. Di atasnya di lapisi lantai kaca. Lantai kaca yang menghubungkan pintu rumah samping menuju ke arah taman.

Bukan hanya ada Salena dan Odit, ada  Zidny juga. Gadis kecil itu tidak ikut menanam, tapi bermain tanah membuat Odit menghentikan kegiatannya, segera membawa anaknya masuk kembali ke rumah untuk dibersihkan.

Sementara itu Salena duduk di bangku kayu berukuran panjang, meneguk minuman yang disediakan ART Odit. Ponselnya berdenting membuatnya merogoh sakunya.

Mas Rasya: ada yang mau ketemu sama kamu

Rasya mengirim sebuah foto anak perempuan yang menyengir lebar dengan mata menyipit.

Salena tersenyum melihat foto Shalita.

Mas Rasya: mau ketemu ga?
Mas Rasya: shalita kangen sama Bundanya

Salena terdiam.

Shalita memang memanggilnya Bunda, tapi entah kenapa Salena merasa tergelitik.

Menghela nafas pelan, ia membalas chat Rasya. Bersiap bertemu dengan Shalita karena ia pun juga merindukan gadis kecil itu. Pernah mengasuhnya saat ia masih berstatus sebagai istri Rasya, tentu menyayangi sosok Shalita.

Pergi ke tempat yang ditentukan Rasya, sebuah restoran Jepang karena katanya Shalita suka makan sushi.

"Shali!" sapa Salena lembut pada gadis kecil itu yang terlihat malu-malu menatapnya, memeluk lengan Rasya yang duduk di sebelahnya.

"Lho kok diem, Nak? Sapa balik Bunda dong." Suruh Rasya seraya mengusap kepala Shalita.

Salena menatap Rasya, saat pria itu hendak membalas tatapannya ia segera menatap Shalita. Tersenyum pada gadis kecil itu.

"Bunda," cicitnya.

"Sini duduk sama Bunda." Salena meraih tangan Shalita, menyuruh Shalita duduk di sebelahnya. "Shali udah gede, ya? Udah lupa ya sama Bunda?"

Shalita menggeleng pelan masih malu menghadapi sosok Salena.

Salena mengajak Shalit bertanya dengan berbagai hal, mulai dari TK, tempat Shalita bersekolah juga siapa-siapa saja teman-teman Shalita hingga makanan favorit Shalita, yaitu sushi.

"Kok Bunda gak suka sushi?" Respon Shalita setelah mendengar Salena yang mengatakan tidak suka sushi.

"Lidahnya Bunda kampungan, Nak." Salena tertawa seraya mengusap kepala Shalita dengan lembut. Hanya memesan ramen.

Sementara itu Rasya tersenyum hangat melihat pemandangan di depannya.

Bisakah seterusnya melihat hal tersebut?

***

Ada yang nungguin cerita ini ga?

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
16/08/21

Bittersweet DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang