Bagian 22 : Status Tidak Jelas

9.2K 888 17
                                    

Mas Rasya: kalau sudah sampai di kos, hubungi saya ya

Iya mas

Mas Rasya: hati" dijalan
Mas Rasya: sampai jumpa di akhir pekan nanti

Salena mengulum senyum membaca chat Rasya. Ia hanya mengirim emotikon jempol.

Sejak mereka berciuman di puncak beberapa waktu yang lalu, mereka menyadari jika mereka memiliki perasaan satu sama lain. Meski Rasya tidak mengungkapkan perasaannya, tapi Salena tau jika perasaannya terbalaskan.

Perasaan yang berusaha ia pendam bahkan ia tahan saat bersama Rasya dulu karena Salena tau diri. Apalagi saat ia mengalami keguguran. Tidak ada lagi harapan.

Pernikahan yang ia jalani dengan Rasya hanya upaya Rasya bertanggung jawab padanya karena menghamilinya.

Bukan hanya sekedar menikahi, tapi Rasya benar-benar berperan seperti suami yang baik pada istrinya juga calon ayah yang begitu menyayangi buah hati mereka. Membuat rasa itu tumbuh seiring dengan perlakuan Rasya padanya.

Salena menegakkan kepala saat Astra duduk di hadapannya, pria itu menaruh sebuah botol minuman dingin.

"Buat kamu."

"Makasih As." Salena tersenyum tipis seraya menerima botol tersebut lalu meneguk isinya.

"Udah mulai sibuk nyusun tugas akhir, ya?" Salena tersenyum seraya mengangguk menjawab pertanyaan Astra. "Semangat Len! Aku bantu kamu dengan doa aja, ya?"

Salena menyunggingkan senyum geli seraya berterima kasih.

"Eh sebentar lagi Pak Rehan nikah. Kamu sama siapa ke acara resepsinya?".

Memang bosnya tersebut akan menikah dengan wanita pilihan Mamanya.

Sejak penolakannya pada Rehan, pria itu tidak pernah lagi berurusan dengannya. Jika mereka berpapasan, hanya akan melemparkan sebuah senyum tipis.

"Aku bareng... em pacarku." Salena menjawab pertanyaan Astra. Pria itu mengangguk pelan.

Lalu Salena tersadar.

Apakah ia dan Rasya pacaran? Pria itu tidak pernah mengajaknya menjalin hubungan, bahkan tidak mengungkapkan perasaan saja.

Tapi, Salena yakin jika perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.

Perlakuan Rasya pun membuatnya semakin yakin. Tiap hari mereka selalu saling menghubungi, mulai dari mengirim chat hingga melakukan panggilan video.

Pun jika memiliki waktu luang, maka Rasya akan mengunjunginya.

Usia Rasya sudah kepala tiga lebih, tentu tidak akan seperti remaja yang mengajaknya pacaran, bukan? Rasya bukan anak-anak lagi.

***

Nafas keudanya tersengal. Salena memeluk erat Rasya yang berada di atasnya. Mengatur nafasnya, ia membuka matanya dengan perlahan, membalas tatapan Rasya.

"Mas kok keluar di dalem?" tanya Salena dengan suara pelan.

"Em... Mas keenakan." Rasya tertawa pelan seraya menunduk, mengecup bibir Salena lalu menarik dirinya. Melepaskan penyatuan mereka. Turun dari ranjang lalu masuk ke kamar mandi.

Salena terdiam masih di posisinya. Terpekur dengan pikirannya.

"Lagi mikirin apa sih?" Salena tersentak saat Rasya mengecup kepalanya, pria itu telah mengenakan celana. Kembali bergabung bersama di atas ranjang. "Kalau kamu hamil, Mas bakal tanggung jawab."

Salena membalas senyuman Rasya. "Mas bakal nikahin aku?"

"Iya. Tapi belum waktu dekat ini, ya? Apalagi kamu lagi nyusun skripsi."

"Terus... Mama tau soal hubungan kita?" Inilah yang dicemaskan Salena. Bukan masalah Rasya yang enggan bertanggung jawab nanti jika ia hamil. Tapi sosok Mama Rasya. Tentu akan menentang hubungan mereka, apalagi Rasya adalah anak yang penurut.

Cemas jika nantinya Rasya seperti dulu....

Patuh pada kemauan Mama.

Diamnya Rasya membuat Salena menduga jika Rasya tidak memberitahu hubungan mereka pada Mama.

Salena pun turun dari ranjang, masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya lalu kembali mengenakan pakaiannya. Kemudian kembali bergabung dengan Rasya, memeluk pria itu.

"Tadi bos mu masih lihatin kamu. Padahal di sebelahnya udah ada istrinya." Salena tau jika Rasya mengalihkan topik enggan melanjutkan pembahasan tadi.

Mereka memang dari acara resepsi pernikahan Rehan.

Menurutnya sikap Rehan biasa saja, tapi kenapa Rasya malah mengatakan Rehan menatapnya terus menerus?

"Kalau di kantor, dia gak macam-macam ke kamu, kan?"

"Enggak. Setelah aku nolak Pak Rehan, dia udah gak berusaha deketin aku lagi."

"Kenapa kamu nolak dia?"

Salena menegakkan kepala membalas tatapan Rasya. "Karena aku gak suka..."

"Kamu sukanya sama siapa?" Rasya tersenyum geli, begitupun Salena.

"Kok nanya kayak Shali sih?"

"Kamu sukanya sama siapa?" Desak Rasya seraya memajukan wajahnya ke arah wajah Salena.

"Suka sama Mas."

"Suka aja? Gak sayang? Cinta?"

"Mas banyak nanya." Salena tersenyum geli membuat Rasya tertawa. Lalu mengecup bibir Salena, bahkan melumatnya. Mengulang lagi aktivitas  mereka di atas ranjang.

***

See you the next chapter

Salam manis dari NanasManis😉
17/08/21

Bittersweet DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang