"Mas Rasya..."
Rasya langsung menegakkan kepala, mengukir senyum saat menatap Salena yang berdiri di dekatnya. Segera ia berdiri, mendekat ke arah Salena.
"Hai Sal." Rasya menyadari jika beberapa pasang mata mengarah pada mereka dan ia menangkap ekspresi tidak nyaman Salena.
Melihat jam tangan yang melingkar di tangan kanannya, kembali lagi ia menatap Salena. "Sudah jam makan siang. Ayo kita makan bareng."
"Mas..." Sebelum Salena menolak, Rasya menggandeng tangan wanita itu keluar dari sana. Menuju mobil yang ia sewa. Membuka pintu depan dan menyuruh Salena masuk.
"Mas Rasya kapan tiba di Bali?" tanya Salena ketika Rasya telah mengemudikan mobil.
Rasya menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke arah jalan. "Tadi malam."
"Ada kerjaan di sini?"
Lagi-lagi Rasya menoleh lalu menggeleng. "Enggak ada. Mau liburan. Kan saya pernah bilang, kamu jadi tour guide saya kalau liburan di sini. Bawa saya jalan-jalan keliling kota." Diakhir kalimat Rasya tertawa, diikuti Salena.
"Em... tapi Mas, saya gak di bagian tour guide lagi."
Rasya tercengang, kemudian mengalihkan pembicaraan. Bertanya di mana mereka akan makan. Salena pun menjadi pemandu arah menuju tempat makan.
Masuk ke dalam restoran tersebut. Duduk saling berhadapan.
Usai memesan, mereka kembali mengobrol. Rasya mengulang kembali topik pembicaraan mereka tentang tour guide. "Kok bukan bagian tour guide lagi?"
"Em... karena saya bakal sibuk kuliah, takutnya jadwal kuliah saya nanti bentrok dengan pekerjaan saya. Sekarang saya di bagian administrasi, Mas. Kerjaannya gak berat sama sekali."
Rasya mengangguk singkat. "Tapi... boleh aja dong kamu jadi tour guide saya. Special for me, walaupun kamu bukan di bagian tour guide lagi."
Salena merasa sungkan jika menolak, jadi ia mengangguk. Ia bisa melihat pria itu tersenyum lalu terpekur ke ponselnya saat berdenting.
Sekilas Salena menangkap wallpaper foto seorang gadis kecil. Itu pasti Shalita.
"Berarti Shalita udah gede ya, Mas?" Rasya kembali menatap Salena lalu mengangguk.
"Udah sekolah. Cerewet banget. Gak kayak dulu ngomongnya belum lancar."
Salena tersenyum mendengar perkataan Rasya. Meski Shalita hanya keponakan Rasya, tapi saat ia masih berstatus istri Rasya, ia yang mengasuh Shalita, tidur bersama mereka berdua. Benar-benar seperti anak mereka. Bahkan Shalita memanggilnya, 'Bunda'.
"Nanti kalau Shali libur sekolah, saya ajak ke sini," sambung Rasya seraya tersenyum. Ia bisa menangkap binar bahagia dari mata Salena.
Pesanan mereka tiba, mereka pun makan diselingi obrolan ringan.
Usai makan, Rasya kembali membawa Salena ke tempat kerja wanita itu. Sebelum Salena turun dari mobil, Rasya berujar. "Nanti kamu pulang jam berapa, Sal?"
"Secepatnya jam empat, Mas. Kenapa?"
"Saya jemput."
"Eh enggak usah Mas..."
"Emang kamu pulang bareng siapa? Ada yang jemput?" sela Rasya yang langsung digelengi Salena.
"Ya sudah. Kamu gak usah nolak. Nanti saya jemput." Mau tidak mau Salena mengangguk, turun dari mobil Rasya.
Mobil berwarna hitam itu melaju meninggalkan area kantor Salena.
Salena terkejut saat memutar tubuhnya ada sosok Rehan yang berdiri di belakangnya. Kini mereka saling berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Divorce
ChickLit•Bittersweet Series 2• __________ Bercerai bukan berarti memutuskan hubungan sepenuhnya, bahkan saling memusuhi satu sama lain. Walau mereka menikah dengan kondisi 'tidak baik', tapi mereka berpisah secara baik-baik. Hampir tiga tahun mereka berpis...