Bagian 21 : Ke Puncak

8.4K 906 16
                                    

Salena mengira ada anggota keluarga Rasya yang ikut ke puncak, dugaannya salah. Namun tetap saja membuat Salena gugup karena hanya ada Rasya juga Shalita. Mereka hanya bertiga.

Pria itu menyewa sebuah villa yang memiliki kolam renang. Shalita yang tadinya mengantuk ingin berenang, tapi dilarang Rasya karena hari sudah sore. Kalau Shalita berenang sekarang, pastinya hingga malam dan belum tentu Shalita ingin berhenti.

Gadis kecil itu mengernyit saat sosok Salena memasukkan tas pakaian ke kamar sebelah, beda dengan kamar yang ia huni bersama Rasya.

"Bunda tidur di situ?" tanyanya setelah Salena keluar dari kamar tersebut.

Salena mengangguk pelan seraya tersenyum, melangkah mendekat ke arah Shalita.

"Kok gak bareng Shali sama Ayah?" Shalita mendongak setelah Salena berada tepat di hadapannya.

Salena terdiam. Tidak tau harus menjawab apa. Lalu kembali menunduk saat Shalita menarik ujung bajunya.

"Shali mau tidur bareng Bunda, boleh?"

Tersenyum tipis, ia mengusap rambut Shalita seraya mengangguk. "Boleh kok..."

"Sama Ayah juga, kan?" Perkataan Salena berhenti. Sekarang ia kembali diam.

Tidak menjawab pertanyaan Shalita, mengajak gadis kecil itu untuk membersihkan diri. Mengganti pakaiannya dengan pakaian santai.

Rasya sendiri baru kembali dari luar setelah membeli makan malam serta cemilan kesukaan Shalita.

"Shali makan dulu, ya? Baru ngemil." Tegur Salena saat melihat Shalita ingin memakan cemilan yang dibelikan Rasya.

Shalita menatap Rasya yang mengangguk. Rasya mencubit pelan puncak hidung Shalita. "Dengerin Bunda."

Sementara itu Salena menyiapkan makan malam, memindahkan makanan yang dibeli Rasya ke piring lalu mengajak Rasya dan Shalita makan bersama.

"Shali pinter doa, gak?" tanya Salena yang langsung diangguki Shalita. Gadis kecil itu mulai memimpin doa membuat Rasya dan Salena tersenyum.

Ketiganya makan diiringi celoteh Shalita serta obrolan hangat Rasya dan Salena. Mereka terlihat seperti sebuah keluarga. Ayah dan ibu serta putri kecil mereka.

Usai makan, Salena membereskan peralatan makan dan mencuci piring.

Ia pikir Shalita telah lupa dengan ajakan untuk tidur bersama. Tapi tidak, gadis kecil itu ingin tidur dengannya.

Salena mau. Tapi dengan Rasya, tentu ia merasa tidak nyaman. Ia juga tidak dapat menjelaskan pada Shalita karena anak itu masih terlalu dini. Belum mengerti apapun. Juga tidak ingin membuat Shalita bersedih. Melihat raut bahagia Shalita setelah tau jika ia juga memiliki sosok yang di panggil 'Bunda' membuat Salena tidak tega melukai perasaan anak itu.

Pada akhirnya Salena tidur di kamar yang sebenarnya untuk Rasya dan Shalita.

Menemani gadis kecil itu, memberikannya pelukan kasih sayang.

Tidak ada Rasya di atas ranjang karena pria itu---entah apa yang dikerjakan, sedang berbincang dengan seseorang. Di hadapannya ada laptop yang menyala. Saat ini Rasya berada di luar kamar membuat Salena merasa sedikit lega.

Tapi, ketika Rasya masuk, Salena merasa gelisah.

"Shali udah tidur?" Salena menoleh menatap Rasya yang menaruh barang-barangnya di atas meja.

"Iya Mas." Lalu kembali menatap ke arah Shalita yang telah tidur dengan posisi terlentang. Tangannya ia tepuk dengan lembut di paha Shalita.

Merasakan ranjang bergerak pelan seiring dengan Rasya yang duduk di tepi ranjang. Tatapan Salena naik ke arah Rasya yang membalas tatapannya.

"Kamu bisa pindah ke kamar mu. Shali juga sudah tidur," ujar pria itu lembut.

Salena tidak bergerak dari tempatnya, ia menatap Shalita. "Nanti kalau Shali bangun dia nyariin saya."

"Jadi mau tidur di sini?" Salena kembali menatap Rasya lalu mengangguk pelan, kemudian tatapannya turun untuk menatap Shalita.

"Ada Shali kok tidur di tengah," cicit Salena.

Rasya tersenyum tipis, ia berdiri untuk memadamkan lampu kemudian bergabung tidur bersama Salena juga Shalita.

Mengingat seperti di masa lalu, Shalita kecil tidur di tengah, diantara mereka. Kalau Shalita sudah nyenyak, maka Rasya akan memindahkan Shalita dekat tembok, sehingga Salena berada di tengah.

***

Ketiganya jalan-jalan. Destinasi wisata yang mereka kunjungi Taman Safari Indonesia. Melihat berbagai macam binatang membuat Shalita terlihat sangat antusias.

Setelah membuat Shalita puas melihat banyak binatang, mereka kembali disuguhkan oleh pertunjukkan gajah. Setelah pertunjukkan para pengunjung bisa berfoto dengan gajah.

Salena menawarkan pada Shalita, tapi Shalita menggeleng karena merasa ngeri. Apalagi saat Rasya menggendong Shalita lebih dekat ke arah gajah membuat Shalita menangis.

Rasya tertawa, tapi kemudian menenangkan Shalita mengajak Shalita pergi dari sana, tidak lupa tangannya yang lain menggandeng tangan Salena.

Kemudian tujuan mereka ke arah tempat berbagai wahana. Shalita menaiki gajah terbang yang membuat senyum gadis kecil itu kembali melebar. Lalu menaiki boom boom car yang ditemani Rasya.

Salena memotret keduanya yang tersenyum bahagia. Lalu terdiam melihat hasil fotonya.

Menegakkan kepala setelah Rasya berada di hadapannya bersama Shalita yang terlihat begitu bahagia.

"Abis ini mau ke mana?" tanya Salena.

"Berenang!" seru Shalita semangat karena dari kemarin ingin berenang.

Mereka pun ke waterpark yang ada di sana. Menemani Shalita berenang hingga seluruh kulit Shalita mengerut karena terlalu lama berada di air.

Meski Shalita mengamuk enggan berhenti berenang, tapi Rasya tetap menggendong Shalita. Sementara Salena mengekor di belakang, berusaha menenangkan Shalita.

Usai makan malam di salah satu tempat makan mereka kembali ke villa dengan Shalita yang telah terlelap, terlihat begitu lelah.

Salena mengganti pakaian Shalita menjadi piyama dan gadis kecil itu tidak terganggu. Benar-benar sangat lelah.

Keluar dari kamar, ia mencari keberadaan Rasya. Pria itu duduk di depan kaca jendela yang lebar menampilkan di luar yang sedang hujan.

"Mas." Rasya menoleh menatap Salena. "Mas mau saya buatin teh?"

Rasya mengangguk pelan, Salena pun segera ke dapur membuat teh untuk pria itu juga dirinya.

"Shali gak bangun?" tanya Rasya setelah Salena duduk di sebelahnya.

"Iya Mas. Tidurnya lelap banget. Pasti capek karena seharian jalan terus, apalagi tadi berenang gak mau berhenti." Rasya tersenyum geli, begitupun Salena.

"Emang kalau ketemu air gak mau berhenti tuh anak. Kamu inget waktu dulu kan kalau kamu mandiin dia, dia gak mau berhenti?"

Salena mengangguk seraya tersenyum geli. "Kalau saya gak ancam dengan ngomong Mas mau ajakin dia keluar naik mobil pasti dia gak mau berhenti mandinya."

Kembali Rasya tersenyum, menoleh menatap Salena.

"Makasih ya Sal.".m

Kening Salena mengernyit. "Makasih buat apa Mas?"

"Bolehin Shali manggil kamu 'Bunda', padahal status kita sekarang gak kayak dulu lagi."

Keduanya terdiam. Dikuasai keheningan.

Salena menunduk sejenak, lalu menegakkan kepala saat posisi Rasya begitu dekat dengannya. Menatap pria itu yang mengunci tatapannya.

Tangan Rasya terulur untuk menyelipkan rambut Salena di belakang telinga kanan lalu mengusap pipi Salena.

Salena refleks memejam saat bibirnya dicium Rasya. Membuatnya meremang. Merasakan ciuman memabukkan pria itu lagi. Yang begitu pelan, sangat hati-hati.

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
16/08/21

Bittersweet DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang