28

19.5K 2K 192
                                    

Usia kandungan Renjun kini sudah menginjak tiga puluh minggu. Ia menjadi lebih sering kelelahan dan sering mengalami sesak napas. Apalagi jika melakukan pekerjaan yang berat-berat.

Akhirnya Guanlin memerintahkan Renjun untuk tidak melakukan pekerjaan rumah sekecil apapun. Masalah bersih-bersih rumah, mencuci baju, menyetrika pakaian, memasak, semuanya Guanlin serahkan pada seorang asisten rumah tangga.

Renjun dengan lembut menolak. Ia sudah terbiasa menjadi pribadi yang aktif sejak kecil. Jika disuruh hanya diam tanpa melakukan pekerjaan apapun, pastilah dia akan merasa jenuh. Akhirnya dengan berat hati Guanlin mengizinkan Renjun untuk memasak. Hanya memasak. Tidak boleh yang lain.

"Mas mau dimasakin apa hari ini?" tanya Renjun dengan senyum manisnya.

"Ayam goreng sama sayur bayem aja Dek." jawab Guanlin. "Nggak susah kan?"

"Nggak kok Mas. Eh btw, asisten rumah tangga kita dateng jam berapa Mas?"

"Jam delapan pagi Dek. Inget ya, jangan ngelakuin pekerjaan yang berat-berat. Kalo mau keluar rumah, hubungin Pak Supir buat nganterin. Jangan bawa mobil sendiri!" Guanlin mengingatkan dengan nada tegas.

"Ay ay, captain!" Renjun mengangkat tangannya membentuk simbol hormat.

"Pinter!" Guanlin tersenyum dan mengusak surai Renjun sekilas. Setelahnya lelaki tampan itu menunduk dan mensejajarkan kepalanya dengan perut sang istri. "Baby, Daddy berangkat kerja dulu. Kalian jangan buat Bunda sakit atau kesusahan ya. Daddy sayang banget sama kalian, twins."

Renjun terkekeh geli begitu Guanlin menciumi perut buncitnya dengan gemas.

"Udah ih Mas. Geli!" tegur Renjun.

Guanlin kembali menegakan tubuhnya. "Ya udah. Kalo gitu Mas berangkat ya!" pamitnya.

Renjun menahan tangam Guanlin dengan wajah yang merengut sebal.

"Ada apa sayang?" Guanlin bertanya dengan bingung.

"Kok Mas nggak minta cium sih?!"

Guanlin terkekeh. Astaga, Renjun-nya menggemaskan sekali sih!

"Oh iya, sini sini cium!"

Walaupun cemberut, Renjun tetap berjinjit untuk mencium bibir Guanlin sekilas.

"Sekarang Mas boleh berangkat. Hehe. Semangat kerjanya ya, kesayangan Adek!"

"Thank you, Angel. Mas berangkat ya. Bye!"

"Papai! Take care Mas!"

Setelah Guanlin berangkat Renjun beranjak menuju ruang tengah. Menyalakan tv. Dan menonton serial kartun favoritnya dengan tenang.

Sebelum adanya ketukan pintu yang membuat Renjun mendengus sebal. Dengan malas ia bangkit dan berjalan untuk membukakan pintu.

"Siapa ya?" tanya Renjun begitu mendapati wanita paruh baya yang tak ia kenal.

"Ah, saya Bibi Song. Yang akan menjadi asisten rumah tangga di rumah ini." jawab wanita paruh baya tersebut dengan sopan.

"Ohh, Bibi Song. Ayo silahkan masuk, Bi!" Renjun membuka pintu rumahnya lebih lebar.

Setelahnya Renjun mulai menjelaskan apa saja yang haru dikerjakan Bibi Song di rumahnya dengan detail.

"Baik, Nyonya. Kalo begitu saya sudah bisa mulai bekerja sekarang?"

Renjun merengut begitu dirinya dipanggil dengan sebutan 'Nyonya'. Kedengaran aneh. Ia kurang suka.

"Bi, jangan panggil Nyonya ya. Panggil Renjun atau Njun aja. Aku kan lebih muda, nggak enak." ucap Renjun dengan sopan.

"Oh baik, Den Renjun. Saya sudah bisa mulai bekerja sekarang?" tanya Bibi Song lagi.

"Boleh, Bi. Silahkan!"

.

.

.

Renjun merentangkan badannya yang terasa pegal. Ia baru selesai memasak.

"Bi, kerjaannya sudah selesai?" tanya Renjun.

"Sedikit lagi, Den. Saya lagi ngeringin pakaian di mesin cuci." jawab Bibi Song.

"Boleh minta tolong pijit sebentar nggak Bi?" Renjun meminta tolong.

"Oh boleh Den." jawab Bibi Song. "Badannya pada pegel ya, Den?"

"Iya Bi. Semenjak hamil jadi sering pegel gitu." jawab Renjun. Ia memejamkan matanya begitu Bibi Song mulai memijat bahunya.

"Kalau lagi hamil memang begitu, Den. Jadi harus sering-sering dipijat supaya badannya enteng." jawab Bibi Song masih sambil memijat Renjun dengan lembut.

"Iya Bi. Biasanya sih saya panggil tukang pijat dari aplikasi online seminggu dua kali." balas Renjun.

"Sama saya aja kalau mau dipijat, Den. Kebetulan saya juga tukang pijat kalau di kampung." ucap Bibi Song.

"Oh ya? Wah, pantesan pijitannya enak banget! Orang lain mah kalah sama Bibi Song." puji Renjun.

"Ah, Den Renjun bisa aja!" balas Bibi Song malu-malu. "Gimana Den? Udah enakan?"

"Udah Bi. Makasih ya. Maaf ngerepotin." ucap Renjun.

"Sama sekali nggak ngerepotin kok, Den." balas Bibi Song. "Kalau begitu, saya mau ke belakang lanjut urus pakaian ya, Den."

"Oh iya Bi."

.

.

.

"Kangen Mas Alin!" Renjun bergumam pelan sembari berguling-guling tidak jelas di atas kasur. Padahal baru lima jam yang lalu Guanlin pergi bekerja.

"Pengen makan siang sama Mas Alin juga." gumam Renjun lagi.

"Apa aku ke rumah sakit aja kali ya?"

"Baby, menurut kalian gimana? Bunda ke rumah sakit nemuin Daddy atau nggak usah ya?" Renjun meminta pendapat sang anak yang berada di dalam perutnya. "Kalian mau makan sama Daddy ya? Huhu, sama. Bunda juga."

"Ah, aku ke rumah sakit aja deh! Sekalian bawain makan siang." ucap Renjun pada akhirnya. "Okay. Ganti baju dulu!"

Lima belas menit kemudian...

Renjun mengeluarkan handphone-nya untuk menghubungi supir pribadi untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Guanlin praktek.

"Ish kok nggak diangkat-angkat sih?!" Renjun bergumam kesal. Ia mencoba menelpon sekali lagi, tapi hasilnya tetap sama.

"Apa aku bawa mobil sendiri aja ya?" Renjun berpikir.

"Tapi nanti pasti Mas Alin marah."

"Ah nggak apa-apa deh. Yang penting kan aku harus hati-hati dan nggak ngebut bawa mobilnya!"

.

.

.

"GUANLIN!!!"

Guanlin yang sedang makan hampir tersedak begitu Hyunjim berteriak dengan heboh.

"Apaan sih anjing?! Ngagetin tau nggak?!" kesal Guanlin sembari menjitak Hyunjin.

"Itu Lin. Renjun!"

"Renjun kenapa?!" Guanlin bertanya panik.

"Renjun--itu--

"APA ANJIR?! CEPET NGOMONG, JANGAN BIKIN GUE PANIK!" desak Guanlin.

"Renjun pendarahan. Dia pingsan dan sekarang lagi ditanganin di UGD."

"APA?!"


Tbc...

Renjun kenapa? :")

AFTER WEDDING (GuanRen)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang