Karisa duduk di depan kursi kepala sekolah dengan pandangan tertunduk, tangannya sibuk mengelupas kulit di jari-jari tangannya karena terlalu takut.
"Apa berita itu benar Karisa?" tanya kepala sekolah.
Akibat foto yang di upload di instagram Karisa jadi berakhir di ruang kepala sekolah. Jika dijelaskan bahwa ini hanya salah paham, apa ada yang percaya? Banyak yang menuduhnya tidak-tidak. Mau dijelaskan bagaimanapun juga, tetap saja tidak berguna kan?
"Sumpah, Pak, itu gak bener. Karisa mau diculik sama om-om botak itu." jelasnya.
"Jelas-jelas difoto itu kamu sedang dirangkul, Karisa!"
"Sejak kapan orang mau nyulik dibunuh dulu? Kalo iya, itu namanya pembunuhan bukan penculikan. Om itu maksa Karisa buat ikut mereka tapi Karisa gak mau. Coba liat, ada video lengkapnya gak? Gak ada kan, Pak?" Karisa sudah capek menjelaskan sedari tadi, nafasnya tak beraturan karena merasa kesal dan takut.
"Baiklah, Bapak akan cari tau lagi. Kalau sampai ini benar, kamu akan dikeluarkan dari sekolah." putus sang kepala sekolah.
"Baik, Pak. Permisi." Karisa sedikit membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan itu.
Sela dan Anna tidak ikut menemaninya karena jam pelajaran sudah berlangsung dari tadi. Sudah izin tapi tak dibolehkan, jadilah Karisa seorang diri. Tapi dia sadar, ini masalahnya. Biarkan dia yang menyelesaikan semuanya tanpa merepotkan orang lain.
Kringg
"Alhamdulillah bel pulang." Karisa segera berlari ke kelas untuk mengambil tasnya.
Sesampainya di kelas guru sudah tidak ada dan beberapa murid juga sudah keluar dari kelas. Karisa sedikit merasa lega karena hal itu, setidaknya dia bisa mengistirahatkan telinganya dari kata-kata menyakitkan yang diberikan teman sekelasnya.
Brak
"Eh sorry, gue gak liat."
"Kurang kenceng, Shin." kekeh Abel.
"Tau nih, gak sekalian lo dorong aja, Shin." ikut Madona.
"Ogah banget. Bekas om-om." jawab Shintia enteng.
Karisa tetap berdiri ditempatnya tak bergeming. Baru aja seneng karena bebas dari teman sekelasnya, eh..malah disemprot sama kakak kelas sombongnya ini.
"Permisi, Kak." pamit Karisa mengabaikan kataan dari kakak kelasnya itu.
"Gimana? Rencana gue berhasil kan?" bisik Shintia. Seketika badan Karisa menegang. Abel dan Madona mengedikkan bahunya acuh karena tidak mendengar apa yang diucapkan Shintia.
Setelah mengatakan itu mereka berlalu meninggalkan Karisa yang tetap diam tak bergeming.
"Kar, ayo pulang." Karisa membuyarkan lamunannya lalu menatap Sela dan Anna bingung.
"Ha? Ah, em, iya, ayo." jawabnya linglung.
"Lo kenapa?"
"Gapapa, Sel."
"Ucapan mereka gak usah di dengerin Kar." ucap Anna dan dibalas anggukan oleh Karisa.
***
Sekarang ini seluruh murid sudah masuk ke kelas masing-masing. Katanya sih bakal ada pengumuman dari wali kelas. Tak jarang sekolah ini selalu dadakan dalam memberikan informasi. Dari desas-desus yang di dengar oleh biang gosip, sekolah bakal ngadain tour. Siapa yang gak semangat? Walaupun belum tau kepastiannya, tapi mereka sudah sangat yakin bin kin kin kin kalo misalnya itu beneran. Gosip sekolah ini gak bisa di raguin kawan."Mana nih gurunya? Perasaan gak datang-datang." ucap salah satu siswa.
"Gak sabar anjir."
"Panggil aja woy panggil."
"Gue aja dah yang ngasih pengumuman nya."
"Sesat kalo lo yang ngasih informasi."
Begitu lah debat kecil yang ditimbulkan. Setelah 10 menit menunggu akhirnya Bu Desi–Wali kelas– pun datang.
"Baik anak-anak, harap semuanya duduk dengan tenang dan jangan ada yang memotong pembicaraan saya sebelum saya selesai berbicara. Sesi tanya jawab pasti ada di akhir. Mengerti?" suguh Bu Desi.
"Mengerti, Bu!" jawab mereka serentak.
"Jadi SMA Garuda akan mengadakan tour ke Jogya." Baru 1 kalimat ucapan Beliau sudah di potong dengan seruan muridnya.
"Ayo diam dulu. Perasaan tadi udah di kasih tau jangan di potong, masih aja kalian ini." Bu Desi memijat pangkal hidung nya.
"Ayo, Bu, lanjut, Bu." ucap ketua kelas.
"Acara nya diadakan lusa. Jadi Ibu harap semuanya mempersiapkan keperluan kalian masing-masing. Kalian udah gede, gak perlu di kasih tau harus bawa apa aja kan?"
"ENGGAK, BU!"
"Baik, ada yang ditanyakan?" Sesi tanya jawab pun di buka.
"Kita tour nya ngapain, Bu?" tanya Anna.
"Self healing. Gak belajar, hanya games dan pendekatan antara seluruh murid." jawab Bu Desi.
"HUUU!!" Sorak bahagia mereka.
"Ada pertanyaannya lagi?"
"Berapa lama, Bu?" tanya Karisa sedikit cemas.
"Dua hari. Jadi kalian datang ke sekolah pagi-pagi jam 6, karena kemungkinan jam 7 bus sudah berangkat. Ada lagi?"
"Makan apa kita, Bu?" tanya Darso. Salah satu murid yang badannya berisi.
"Makan aja kerjaan lo," sahut Lia.
"Sewot amat hidup lo?" balas Frasa. Salah satu murid yang pintar membuat puisi.
"Suka-suka gue sih?!"
"Sudah-sudah. Kalian ini, selalu begitu. Masalah sepele di besar-besarkan. Kalian sudah mau dewasa tapi pikirannya masih bocah. Muka boleh baby face, tapi cara berpikir nya jangan diikuti." tegur Bu Desi.
"Tenang aja, makanan udah di siapkan sama pihak sekolah, jadi kalian bawa perlengkapan pribadi dan jangan lupa bawa diri." lanjut Beliau.
"Ada lagi yang mau ditanyakan?"
"GAK ADA, BU!"
"Baik, itu aja. Terimakasih atas perhatiannya, mohon maaf jika Ibu ada salah penyampaian. Selamat bersenang-senang, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." Balas mereka.
"AKHIRNYA SELF HEALING!"
.
.
.
.
.
TBC✓
Selasa, 26 April 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
KARISA
Teen Fiction❗Follow sebelum membaca❗ 🚫PLAGIAT DILARANG MENDEKAT🚫 *** "Murah banget sih jadi cewek." Reyhan menatap Karisa rendah. Reyhan mengeratkan genggaman, "Lo mau rusak persahabatan gue? iya?!" bentaknya. "Kak Rey dengerin penjelasan aku dulu." ucap Kari...