"Saat kalian merasa sendiri, ingat. Banyak orang yang bangkit dan menjadi kuat karena rasa sendirinya."
***
Jangan lupa vote dan komen.
Kalo ada typo tandai yaa..
Selamat membaca
***
Mereka berkumpul di rooftop sekolah tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Kejadian tadi membuat mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Bang, lo udah keterlaluan banget." ucap Fahri memecah keheningan.
"Gak seharusnya lo ngatain Kak Risa kayak tadi. Lo gak mikirin perasaannya?" Lanjutnya.
Reyhan bangkit dari tidurnya, "Peduli gue apa?" tanya nya seakan tidak terjadi apa-apa.
"Bego lu pelihara. Kalo nyokap lo dikatain murahan, lo terima gak?" tanya Tio dengan nada kesal.
"Gak usah bawa nyokap gue."
"Kalo gitu jangan sakiti perempuan. Sama aja lo brengsek. Kalo lo gak suka sama dia, temuin dia, ngomong secara langsung pake cara baik-baik. Bukan malah lo katain kayak tadi. Gue harap lo gak cuma pinter di pelajaran doang, Han."
Mereka tau bahwa Tio lah yang paling dekat dengan Karisa. Tio sudah menganggap Karisa sebagai adiknya sendiri. Dulu Tio sangat ingin punya adik, tapi tidak kesampaian. Akhirnya dia mengangkat Karisa sebagai adiknya, dan dengan polosnya Karisa mengangguk setuju bahkan Karisa sangat senang mendengar hal itu. Karisa juga sangat ingin punya Abang. Akhirnya terjadilah simbiosis mutualisme diantara mereka.
Tio melangkah pergi dari rooftop, dia tidak ingin emosinya semakin menguap karena melihat Reyhan.
"Gue tau lo bisa selesaikan masalah ini, Bang. Kalo butuh kita bilang, jangan sungkan." ucap Deri lalu menyusul Tio keluar dari rooftop.
Pintu rooftop kembali terbuka, lelaki itu masuk dengan wajah bingungnya, "Loh..kenapa nih?"
Fahri menepuk pundak Reyhan, "Pikirkan baik-baik, Bang."
Apa-apaan ini. Apakah salah dia sebesar ini? Siapa yang memulai? Kenapa harus dia yang memikirkan semuanya?
Reyhan mengacak rambutnya. Niat ingin menenangkan pikiran malah menambah beban pikirannya.
"Lo buat masalah apalagi?" tanya lelaki tadi.
Reyhan menghela nafas kasar, "Gue gak buat masalah, gue cuma bilang kalo Karisa itu murah, dia cewek gampangan."
"Dimana?" tanya lelaki itu datar.
"Koridor."
"Sepi?"
"Rame lah."
"Tolol."
Reyhan mengusap mukanya yang lusuh itu, "Arka, lo tau kan gue gak bakal buat masalah kalo bukan orang itu duluan yang mulai?"
"Tapi kalo kayak gini, namanya menjatuhkan harga diri. Lo pikir sendiri deh, Han, bingung gue." Lalu Arka pergi meninggalkan Reyhan sendirian di rooftop.
Arghh
***
Karisa fokus mengerjakan pr yang baru saja dikasih. Kelasnya free class karena guru-guru rapat.
Lihat serajin apa Karisa, PR saja dikerjakan disekolah.
"Kar, jawab dulu pertanyaan dari gue. Lo kok diem aja dikatain murah, dikatain gampangan sama Reyhan?" kesal Anna yang sedari tadi mengganggu Karisa tapi tidak ditanggapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARISA
Teen Fiction❗Follow sebelum membaca❗ 🚫PLAGIAT DILARANG MENDEKAT🚫 *** "Murah banget sih jadi cewek." Reyhan menatap Karisa rendah. Reyhan mengeratkan genggaman, "Lo mau rusak persahabatan gue? iya?!" bentaknya. "Kak Rey dengerin penjelasan aku dulu." ucap Kari...