"Kesedihan adalah langkah awal dari kunci menuju kebahagiaan."
***
Udah pada voment belum nih? Kalo belum jangan lupa vote dan komen ya!Selamat membaca.
***
"What?! Kamu serius, Kar?" tanya Sela dan Anna kompak.
Karisa menganggukan kepalanya, "Mama sama Papa kasih aku kesempatan buat mikir lagi. Mereka tau aku dibully sama Kak Shintia."
"Lo dibully?" tanya mereka keget.
"Ha?"
"Yah.. keceplosan." batinnya.
"Lo kenapa gak cerita sih, Kar? Lo anggap kita sahabat kan?" tanya Sela sedikit kesal. Bukan kesal dengan Karisa, tapi kesal dengan kakak kelasnya itu. Sudah berkali-kali diingatkan masih aja batu.
Karisa menganggukan kepalanya lesu, "Tapi aku gak ngerasa dibully kok."
"Bullshit"
"Ihh.. Sela kasar." Karisa menabok mulut Sela pelan.
"Terus kapan bonyok lo ke Australia?" tanya Anna.
"Lusa."
"Jadi?" tanya Sela yang langsung dimengerti Karisa.
"Aku gak mau ikut. Gak papa kalo aku sendiri dirumah, Mama Papa juga bakalan pulang tiap bulan atau tahunnya. Aku gak tega mau ninggalin Kak Rey–"
"Reyhan lagi, Reyhan lagi." sahut Sela dan Anna sedikit menyindir.
"Belum selesai ngomong nih. Aku juga gak tega ninggalin kalian." Kariss memeluk kedua sahabatnya erat dan dibalas oleh mereka tak kalah erat.
***
Karisa melangkahkan kakinya ke meja kantin yang diduduki Reyhan dkk. Senyuman dibibir nya selalu terbit walau hatinya layu. Tak sedikit orang kagum dengan kecantikan Karisa.
"Hai, Kak." sapa Karisa.
Reyhan melirik Karisa sekilas dan kembali fokus ke layar handphone nya.
"Sini, Kar." Tio menepuk bangku disebelahnya yang kosong.
Karisa menatap nanar, capek juga rasanya dicuekin orang yang kita suka. Salah sendiri suka sama es batu. Karisa duduk tepat di samping Tio, tapi pandangannya menunduk.
"Kak Risa, tumben gak sama sahabat lo?" tanya Fahri.
Fahri dan Deri emang terbiasa memanggil Karisa dengan sebutan Kak Risa. Karena kalo manggil Kak Karisa bakal kepanjangan.
"Alah, alasan lo banyak banget. Bilang aja pengen ketemu Kak Anna." usil Deri.
"Deri. Kamu kan seangkatan sama kita, kenapa kamu manggil aku, Sela, sama Anna pake embel-embel 'Kak'?" Fahri tidak jadi menonyor kepala Deri karena pertanyaan dari Naya.
Mungkin selama ini Karisa heran karena Deri dan Fahri selalu memanggil mereka dengan embel-embel 'Kak'.
"Karena gue sama Fahri kecepatan sekolah otomatis kalian lebih tua dari gue."
"Tapi kok kamu gak pake embel-embel 'Kak' kalo sama temen-temen yang lain?"
"Karena kalian spesial." jawab Deri dan Fahri.
Mereka tertawa mendengar jawaban Deri dan Fahri, kecuali Reyhan, dia hanya menyimak sambil makan bakso yang baru saja diantar.
"Panggilan kepada Karisa Lesha Adistira untuk segera ke ruang kepala sekolah sekarang. Sekali lagi, panggilan kepada Karisa Lesha Adistira untuk segera ke ruang kepala sekolah sekarang. Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
KARISA
Teen Fiction❗Follow sebelum membaca❗ 🚫PLAGIAT DILARANG MENDEKAT🚫 *** "Murah banget sih jadi cewek." Reyhan menatap Karisa rendah. Reyhan mengeratkan genggaman, "Lo mau rusak persahabatan gue? iya?!" bentaknya. "Kak Rey dengerin penjelasan aku dulu." ucap Kari...