Sirkel B - 02

1.9K 233 14
                                    

Bel istirahat kedua berbunyi nyaring dan terdengar sampai sudut sekolah termasuk pras yang sedang memanjat gerbang belakang. Tidak lama suara adzan dhuhur berkumandang.

Pras duduk di atas tembok samping gerbang, mendengarkan adzan sampai selesai. Kalo kata Afkar saat Adzan sedang berkumandang orang-orang lebih baiknya berhenti beraktivitas terlebih dahulu dan mendengarkan.

"WOY BEGO LO NGAPAIN NGEDOKROK DISITU?!" Rama berteriak heboh melihat adik kelas semi begonya yang bengong diatas tembok.

"Ssstttt diem ada adzan." Pras menempelkan jari telunjuknya di depan bibir.

Menuruti Pras, Rama ikut diam mendengarkan adzan dengan seksama hingga selesai.

"Alhamdulillah gua diem gua dapet pahala." Ucap Pras mengusap dada. Pras melihat ke bawah pada Rama yang menatapnya tidak berkedip. Mereka saling pandang, tidak mengatakan apa-apa hingga beberapa detik berlalu.

"Lo kan nonis, emang dapet pahala?" tanyanya dengan ekspresi cengo.

"Hah...?"

"Hah?"

"LAH IYA GUA KAN NONIS." Pras heboh sendiri.

"Si bego. TURUN LO SU, BOLOS MULU! KANTIN BURU GUA LAPER."

Pras berdiri, bersiap untuk lompat. Cowok tampan itu merentangkan tangan dan memandang Rama dengan pout dibibirnya.

"Tangkep aku mas." Katanya dengan nada manja.

Bergidig ngeri Rama berjalan mundur, mencibir sahabatnya yang kadang suka rada-rada.

"Najis! turun sendiri lo." Ucapnya sambil berlalu dari sana.

"IH MAS RAMA! AKU TAKUT."

"DIEM LO KUTU! GELI BANGKE. CEPET TURUN MAU DI TRAKTIR DAVIN."

Mendengar kata traktir, secepat kilat Pras melompat dari tembok yang tingginya tiga meter. Karena sudah ahli membolos hal seperti ini kecil bagi Pras. Dia berlari dan merangkul Rama dari belakang.

Mereka berjalan melewati taman belakang lalu lab dan menyusuri taman depan barulah sampai kantin di ujung timur sekolah.

Rama dan Pras berpisah, Rama ke stand penjual nasi goreng sedangkan Pras ke makanan ringan. Ada Davin juga disana yang sedang memilih antara keripik kentang atau keripik singkong. Pras mengambil cukup banyak bungkus snack yang ia bawa di pelukan.

"Et dah banyak bener. Mau borong lo?"

Davin meringis melihat Pras masih memilih jajanan di depannya. Seingatnya Pras kan sedang dihukum papanya tidak diberi uang saku seminggu ini. Harusnya sahabatnya ini sedang miskin-miskinnya.

"Kan lo yang bayarin tadi Rama bilang." Jawabnya enteng.

Davin loading, menatap Rama yang sedang bernyanyi di depan mang ujang yang tengah memasak lalu kembali menatap Pras hingga kesadarannya kembali dan dia mendelik.

"WOY JANGAN PERCAYA RAMA ANJIR. GUA GA BAYARIN OGAH."

"LAH?"

Pras menoleh kesana kemari mencari keberadaan Rama, hingga matanya sampai pada pemuda yang masih saja bernyanyi bahkan sekarang menari membuat beberapa orang di belakangnya terlihat tengah menahan tawa.

"RAMA!!! BLEGUG SIA GUA UDAH NGAMBIL BANYAK BANGKE."

Rama tertawa ngakak, mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan memberikan tanda peace dengan jarinya.

Menatap mbak Ratna si empunya, Pras meminta maaf berkali-kali dan menaruh kembali jajanan yang ia ambil dan hanya menyisakan keripik tempe. Mbak Ratna tertawa geli, rasanya sudah terbiasa melihat keonaran mereka.

Sirkel B [BTS Lokal] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang