Klakson motor berbunyi nyaring tepat di sebelah pos satpam, si pelaku membuka kaca helmnya dan tersenyum lebar melihat orang yang ditunggunya keluar dari pos. Mang Ading, penjaga pos yang kata orang-orang sudah hampir 20 tahun bekerja di SMA Nusa Bangsa.
"Aduh den ganteng, siang-siang jangan berisik dong makin gerah nih."
Tertawa puas, pemuda dengan baju seragam yang keluar sebelah itu mematikan motor dan berjalan dengan gerakan slow motion, sengaja menarik perhatian siswi-siswi yang lewat hendak menuju gerbang dan keluar sekolah. Mang Ading menghela nafas panjang yang kedua kalinya, sudah biasa melihat kelakuan absurd pemuda bernama Arka itu, kalau nama lengkapnya mang Ading juga lupa.
Melihat plastik yang ditenteng Arka diserahkan padanya, senyum mang Ading merekah menerima dengan senang hati.
"Dari si Senja kali ini, tumben tu anak baik ya mang."
Tawa kecil terdengar dari keduanya, hingga suara klakson yang bersahutan membuat Arka berdecak malas dan mang Ading yang hanya bisa mengelus dada. Kelakuan anak muda, kalo pak BK lihat sudah diciduk mereka.
"WOY RAMA, DAPIN! GAUSAH IKUTAN. JALAN DULUAN LO PADA."
"Astaghfirullah Arka, samperin aja keburu pak BK dateng."
Arka cemberut, menyalimi mang Ading dan berlari kecil ke arah motornya. Berhadapan dengan BK, Arka sih ogah. Pemuda yang menggunakan tipe motor sama dengannya memandang horor, Arka tersenyum garing memberikan tanda peace dengan jarinya.
"Cepet bego, tebar pesona mulu. Yang lirik aja kaga ada."
Meringis dramatis, Arka memakai helmnya dan mendumal sebal. "Ada banyak tuh." Katanya dengan nada merajuk.
"Liat lo aneh mereka."
Namanya Geo, hobinya mematahkan segala hal yang berbau halu dari para sahabatnya.
"Senja sama si Afkar balik belakangan kan? ini si Pras mana?" Mesin motor sudah menyala, Davin dan Rama sudah mendahului mereka sejak tadi. Sementara Geo masih setia menunggu si manusia yang paling percaya diri sedunia ini.
"Tebar pesona, main basket bentar katanya." Jawab Geo cuek seperti biasanya, Geo menjalankan motornya lebih dulu disusul Arka di belakangnya.
Motor keduanya melesat cepat melewati gerbang. Mang Ading yang sedari tadi memperhatikan tersenyum kecil, sudah biasa dengan keributan semacam ini.
Mereka seringkali memberinya makanan atau minuman, bergantian diantara tujuh orang. Bagi mang Ading, diperhatikan peserta didik tempat Ia bekerja merupakan hal yang jarang, mereka yang mang Ading pernah dengar siswi-siswi sebut Sirkel B selalu melakukan kebaikan, yang mungkin tanpa mereka sadari.
Menyadari pikirannya sudah mulai berkelana, Mang Ading memilih segera kembali masuk ke dalam pos tempatnya berjaga. Hingga suara yang familiar kembali menyapa pendengarannya.
"HALO MANG ADING! DULUAN YAW!"
Membuat gestur hormat, pemuda dengan helm berwarna hitam itu tersenyum lebar dan dibalas lambaian tangan si penjaga sekolah. Namanya Pras, yang paling sering membuat mang Ading pusing saat berhasil melewati posnya saat membolos lewat gerbang depan dengan mengendarai motor.
Pras menyanyi kecil, melihat arloji di tangan kirinya. Masih jam tiga lebih dua puluh tujuh. Tadinya Ia ingin bermain basket lebih lama, tapi lapangan depan akan dipakai club basket, jadi dengan terpaksa jadwal tebar pesonanya Pras undur.
Tepat di tikungan, motor ninja merah menyalip dari belakang. Memang dasarnya orang gila, Pras terkekeh pelan mengejar anakan kelincinya yang melaju kencang ditengah ramainya jalan raya.
"WOY SENJA TUNGGUIN DONG!"
Dan pemuda dengan motor putih di belakang Pras hanya bisa menghela nafas lelah, berharap dua orang temannya tidak menimbulkan masalah.
Afkar, si ketua osis SMA Nusa Bangsa. Pemuda dengan lesung pipi itu terkenal penyabar. Bahkan menghadapi teman-teman sebandel Pras atau setidak tau malu Arka. Banyak juga yang heran bagaimana bisa si ketos yang luar biasa cerdas bisa berteman dengan manusia-manusia rusuh seperti mereka. Tapi bagi Afkar, justru inilah yang membuat warna untuk harinya. Hidupnya yang membosankan bisa terobati karena mereka, teman-temannya.
Sirkel B, Afkar tidak tau bagaimana nama itu akan tersemat untuk mereka hingga saat ini. Semua berawal dari satu tahun lalu, saat kegiatan camping tahunan setiap acara ulang tahun sekolah. Mereka bertujuh tidak sengaja ada dikelompok yang sama, Arka yang menamai Sirkel B. Tanpa tau nama itu akan benar-benar dikenal seantero sekolah.
Afkar memarkirkan motornya tepat di bawah pohon beringin, disampingnya ada motor Pras yang sudah terparkir rapih. Sudah pasti anak itu sampai sedari tadi, mengingat Afkar menjalankan motornya lumayan pelan. Ada Arka yang tengah berdiri bersandar pada tiang kayu yang sudah keropos di beberapa bagian. Tangan kanannya memegang ponsel, sementara tangan kirinya memegang ikan. Seperti biasa, Arka pasti sedang mencari Misa untuk diberi makan. Misa adalah kucing yang biasa ada di sekitaran warung.
"Lama lo anjir, ternak cupang dulu lo?"
"Ternak prestasi."
"Idih najis."
Tidak memperdulikan gerutuan Arka, Afkar lebih memilih masuk ke dalam. Warung yang lumayan besar, tempat mereka biasanya nongkrong selain di kafe milik kakak Hoseok.
"Walah mas Afkar makin ganteng aja."
Terkekeh malu, Afkar menyanggah dan berjalan menghampiri yang lain. Yang tadi namanya mbak Ren, umurnya masih dua puluhan akhir. Orangnya ramah dan masakannya enak, salah satu masakan kesukaan Arka disini pecel ayam buatan mbak Ren, tidak ada duanya.
"Mbok Sumi kemana mbak?" Senja yang bertanya, ditangannya sudah ada gorengan tempe dan dua buah cabe rawit.
"Pulang sen, mau sholat ashar dulu."
"Noh Pras, mbok Sumi aja rajin sholat." Rama mengerling jahil.
Pras memicingkan sebelah matanya, menatap aneh pada temannya yang sudah asik mengunyah. "Gua nonis, bego! lo tuh muslim tapi sholat seminggu sekali."
"Jum'at doang ya mas." timpal mbak Ren.
Tawa yang lain pecah dan Rama hanya nyengir kuda, kembali memakan gorengannya.
Ya begitulah Sirkel B.
▪︎ SIRKEL B ▪︎
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirkel B [BTS Lokal] ✔
FanfictionSepenggal kisah 7 pemuda yang sering murid SMA Nusa Bangsa sebut 'Sirkel B' Mereka berisik, mereka tidak bisa diam, mereka baik. Penilaian setiap orang tentu berbeda-beda. Bagi mereka, pertemanan menjadi penghilang sepi, pelipur lara, atau sekedar...