Geo pulang hampir maghrib sore ini, ia baru selesai mentraktir yang lain setelah kalah bermain basket. Dia juga membayari timnya sendiri, lagipula dia rindu mentraktir orang.
Langkahnya terhenti di ruang tamu, melihat seluruh keluarganya berkumpul di ruang tengah. Geo melihat wajah-wajah itu sekali lagi dan meyakinkan dirinya untuk datang pada mereka.
"Geo, sudah pulang sayang."
Bunda menyambutnya dan mencium keningnya hangat.
"Jangan deket dulu bun, Geo bau."
Bunda tertawa, begitupun kakak dan tunangannya. Yang jelas Geo tidak suka.
"Geo mau ngomong sama semua orang, terutama ayah."
Tidak memperdulikan ekspresi ayahnya yang berubah, Geo sudah bertekad dengan keputusan yang ia ambil.
"Ayah, Geo bakal turutin apa mau ayah. Geo bakal ambil kuliah bisnis kaya yang ayah mau, tapi ayah juga harus ngabulin satu permintaan Geo."
Bunda menarik Geo duduk di sebelahnya. "Ayah maksa kamu Geo?"
Ayah menahan bunda, seolah meminta waktu untuk berbicara hanya dengan Geo. Meski semua mendengarkan.
"Apa mau kamu?"
"Geo mau ayah keluar dari politik kalo ayah kalah nanti."
Geo tau, resiko ayahnya mundur sangat besar. Mungkin juga kerugian yang ditanggung tidak main-main bila doanya terkabul, ayah kalah. Tapi Geo, ingin mendapat timbal balik yang setimpal.
Ayahnya kembali ke jalan yang dulu, dan ia menuruti apa yang pria itu mau.
Tanpa Geo duga, Ayah mengiyakan hal itu tanpa perdebatan panjang. Meski ia harus menjelaskan banyak hal ke bunda yang terlihat marah karena tidak tahu apapun.
Sejujurnya, Geo sedikit senang melihat kakaknya dimarahi bunda.
Setelah meninggalkan ruang tengah dan kembali ke kamarnya, Geo bergegas mandi. Ingin segera tiduran di ranjang. Badannya sudah lelah hari ini.
Hanya dalam waktu lima belas menit ia selesai mandi dan mengenakan pakaian rumahannya.
Geo meraih ponselnya dan tiduran di atas ranjang, mengingat dia harus mencari tahu tentang Audrey.
Geo memiliki banyak koneksi di sekolah, dia akan melakukan apapun untuk menangkap tikus-tikus yang menganggu dirinya dan teman-temannya.
Iya, Geo menyebutnya tikus, Rean dan Ayla contohnya.
Anggap saja ia tidak menyentuh Rean karena tidak ingin mengganggu keselarasan club basket dan setelah ia keluar pun Arka yang tahu kebiasaannya melarang dengan alasan yang bisa Geo terima.
Kalau Ayla, memang apa alasan Ayla si primadona sekolah itu tidak menganggu Afkar lagi? jelas karena Geo beri sedikit gertakan. Cukup tau satu kelemahan saja, dia bisa membuat Ayla mundur.
Meski dalam semua kasus, ia kecolongan oleh Arka, sahabatnya sendiri. Andai dia mencari tahu tentang Rean, mungkin hal kemarin bisa dia atasi lebih dulu.
Geo menghubungi beberapa orang yang dia rasa bisa memberinya informasi, hanya dalam waktu satu jam dia sudah menyimpulkan beberapa hal kenapa Audrey selalu ada di sekitar Senja.
Teman seangkatannya itu menyukai Senja.
"Bah, cinta-cintaan."
Mungkin benar perkataan Rama dahulu, bahwa ia memang pintar mengatasi masalah. Tapi bego dan tidak peka dalam percintaan. Buktinya, dia sama sekali tidak berpikir kearah sana mengenai Audrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirkel B [BTS Lokal] ✔
FanficSepenggal kisah 7 pemuda yang sering murid SMA Nusa Bangsa sebut 'Sirkel B' Mereka berisik, mereka tidak bisa diam, mereka baik. Penilaian setiap orang tentu berbeda-beda. Bagi mereka, pertemanan menjadi penghilang sepi, pelipur lara, atau sekedar...