Sekarang sudah sore, jam 5 sore lebih tepatnya. Senja masih lesehan di koridor depan kelasnya, menunggu Davin yang sedari tadi belum juga kelar remidial. Temannya ini berjanji akan mendatanginya selepas dari ruang guru.
Davin remidial sendirian dan diawasi langsung pak Erwin selaku guru Biologi. Entah apa yang dilakukan temannya satu itu sampai-sampai harus terjebak bersama guru terkiller se-SMA Nusa Bangsa. Biasanya kan remidial dilakukan di kelas dan bersama murid-murid lain.
Mungkin karena Davin spesial, spesial bikin kesel pak Erwin maksudnya.
"Elah gua makan geprek kebanyakan sambel nih, melilit."
Senja menepuk-nepuk perutnya yang perih, bahkan dia sudah dua kali buang angin. Untungnya tidak ada siapa-siapa di sekitarnya. Ya gimana, Senja kan harus jaga image sebagai dedek kelas tergemes yang ada di SIRKEL B.
Sok gaya, di lewatin cewek saja melipir ke belakang kakak-kakaknya.
Ngomong-ngomong, umur Senja satu tahun lebih muda dari Pras dan Davin, tapi karena masuk TK-nya kecepetan jadilah mereka satu angkatan saat ini. Jadi, bukan karena pintar dan lompat kelas.
"Allahu, Davin asu lama bener. Makin mules nih gua."
Kalau ditanya kenapa Senja tidak buang air besar sekarang di toilet sekolah, itu karena Senja tidak menyukai BAB di sekolah. Bukan karena tempatnya jorok atau bagaimana, tapi kotorannya suka tidak mau keluar. Tabiat dari kecil dulu, memang nyusahin sih fesesnya begitu kalau kata Senja.
Senja dengan terpaksa bangkit, dia ini paling semangat kalo pelajaran olahraga. Tapi bisa jadi paling mageran juga kalo udah diposisi enak, nomor dua sih sebenernya, karena peringkat mageran teratas di duduki Geo.
Menemukan batu kecil, Senja mengantonginya. Anak itu kembali ke posisinya semula, lesehan di depan kelas.
"HEH MATAHARI TERBENAM."
Senja misuh-misuh, panggilan dari Rama sudah biasa dia dengar tapi tetap saja menyebalkan.
"Itu sunset bego!"
Rama tertawa, padahal posisinya tadi masih beberapa meter dari Senja tapi telingaya tajam juga bisa mendengar ucapannya.
"Apa?!" todong Senja galak.
Biasa, bayi capek kalau tidak marah-marah ya nangis. Itu petuah Arka pada Rama untuk tahan-tahan dengan Senja yang ngambekannya ngalahin cewek PMS.
"Lo ngapain masih disini ege."
Senja menghela nafas panjang, badannya merosot dan malah ada diposisi berbaring sekarang. Benar-benar ketularan sengkleknya Pras si bontot satu ini.
"Nungguin Dapin remidial lama banget anying! udah kaya nungguin doi peka."
Rama berdecih, membenarkan celana trainingnya yang sedikit melorot. "Kaya lo punya doi aja. Di deketin cewek aja kabur."
"Hehe kan Senja masih kecil."
"Halah entut."
Rama duduk di kursi panjang sebelah senja, mengipasi lehernya dengan tangan. Keringat masih terlihat jelas di beberapa bagian tubuhnya, hari ini ia sedang ada eskul dance.
Rama ini orangnya tidak bisa diam, kelakuannya juga nyaris membuat Afkar ingin memutuskan hubungan persahabatan mereka setiap harinya. Tapi jangan salah, skill dancenya tidak main-main. Dia juga mantan ketua eskulnya, yang sudah digantikan Pras pada periode ini.
"RAMA BEGO! BURU LO SINI. DI TUNGGUIN KAK ADRI GEBLEK!"
Di ujung koridor sana, Pras berkacak pinggang. Ekspresinya sudah seperti orang yang sedang menagih hutang. Senja tidak pernah bertemu sih si 'Adri' ini, tapi yang dia dengar Adri alumni SMA Nusa Bangsa sekaligus mantan ketua eskul dance yang disiplinnya ngalahin pak Warman si guru BK nyentriknya SMA Nusa Bangsa.
![](https://img.wattpad.com/cover/269000380-288-k173401.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirkel B [BTS Lokal] ✔
FanficSepenggal kisah 7 pemuda yang sering murid SMA Nusa Bangsa sebut 'Sirkel B' Mereka berisik, mereka tidak bisa diam, mereka baik. Penilaian setiap orang tentu berbeda-beda. Bagi mereka, pertemanan menjadi penghilang sepi, pelipur lara, atau sekedar...