New berkeliling menatap kamarnya, sebelum mengangkat koper terakhir yang tidak terlalu berat. Hanya barang-barang remeh yang ia miliki. Dengan pandangan sendu, ia tersenyum menghadap sebuah kasur disudut kamarnya. Ia mengambil kenop pintu sebelum menutupnya menariknya pelan menghasilkan deritan pintu.
"Kamu tidak perlu pindah sebenarnya New." Gun mengagetkannya dari belakang. Ia tersenyum menatap pintu kamarnya untuk terakhir kalinya. Ia sudah bertekad akan segera pindah dan tidak akan menyusahkan kakak sepupunya itu lagi. Mereka sudah sama-sama dewasa. Tidak mungkin New selalu berada disini dan mengganggu privasi kakak sepupunya itu.
"Tenang saja phi. Aku akan sering main kesini. Kamu tidak akan kesepian." Tapi Gun tahu, New adalah orang yang sibuk. Mungkin kata sering akan menjadi jarang. Gun mendesah pelan.
"Baiklah kalau kamu sangat yakin begitu." New melihat kakak sepupunya itu tertunduk lesu. Untuk beberapa alasan New juga merasa berat untuk pergi, tetapi...
"Kalau tidak, Kamu boleh menjengukku kapan saja."
"Kapan saja? Bahkan tengah malam?"
"Ya bahkan tengah malam." New yakin bahwa ia melihat senyuman jahil dibibir Gun saat ini. "Phi, apa yang kamu pikirkan hah?"
"Hm, siapa tahu saja aku menangkap basah dirimu dengan seseorang di kamarmu tengah malam."
"Ayolah phi. Kamu bercanda." Gun tertawa pelan dengan menepuk bahu New. "Tak apa Newwie. Kamu juga sudah besar.. benar kan?"
New mengerutkan alisnya saat mendengar hal itu. Gun memang aneh.
Gun mengantar New sampai mobilnya. Beberapa barang sudah memenuhi mulut bagasi. "Semua sudah beres? Tidak ada yang tertinggal?"
New memeriksa sebentar koper-kopernya. Sebelum mengangguk. Kepalanya mendongak menatap jendela kamarnya di lantai dua yang bertepatan menghadap ke jalanan. Apakah ia akan mendapatkan tempat senyaman itu lagi? Ia menggelengkan kepala pelan, menghapus prasangka buruknya.
Ia masuk kedalam tempat kemudi. Menurunkan kacanya setengah lalu tersenyum lembut lagi kepada Gun dan kenangan masa kecilnya. Lalu roda mobil itu bergulir pelan.
.
.
.
.
.
Saat sampai di Kondo barunya, matahari sudah menghilang dari langit. Ia membawa beberapa barangnya bergantian. Ia memandangi bangunan minimalis namun terlihat elegan. Gun memang pintar memilih tempat untuk adik kesayangannya. Di sebelah kanannya ada sebuah kedai kopi dan disebelah kirinya ada sebuah bakery. Tempat yang sempurna untuk santapan pagi. New tersenyum tanpa sadar. Ia akan menjalani hidupnya sendiri.
Kamarnya berada di lantai tiga, saat itu malam, sehingga beberapa kamar sudah tertutup dan tidak ada orang yang melewati lorong itu. Sementara New susah payah membawa barangnya. Sesekali mengutuk dan mengumpat betapa banyaknya barang yang ia bawa.
Peluh sudah mengucur dari celah rambut hitamnya. Masih ada beberapa lagi koper yang tersisa di bagasi mobilnya. Padahal ia sudah mengangkutnya berkali-kali. "Apakah koperku beranak?" Tanya New pada dirinya sendiri.
"New Thitipoom?" kepala New menoleh kearah suara. Disana berdiri seseorang dengan rambut berantakan juga senyuman yang err... menurut New itu aneh. "Rupanya kamu datang malam hari. Aku sudah menunggumu. Gun bilang kamu membawa banyak koper. Tak ku sangka, kamu benar-benar membawa banyak sekali." Ia mengakhiri kata-katanya dengan senyuman lagi, dihiasi lesung pipi yang dalam di salah satu sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO! TROUBLE LOVER
Short StoryNew memutuskan untuk tinggal sendiri setelah dewasa. Ia tidak pernah menyangka sekalipun dalam hidupnya akan bertemu dengan Tay-idiot-Tawan, musuh abadinya! R18+ untuk bahasa yang kasar. Taynew Remake