Masalah ke dua belas: Siapa wanita itu?

835 77 1
                                    


Ruangan itu telah dipasang penghangat. Hanya saja udara yang terasa lebih dingin ketika sedang berada diluar sana. Sepasang pemuda berkulit pucat dan tan meringkuk di tempat duduknya dengan pandangan menatap ke lantai. Sementara sepasang lagi berpakaian merah muda dan abu-abu pudar tengah menatap keduanya. Di tambah sang merah muda melipat tangannya di depan dada.

New duduk dengan gelisah. Suasana sepi yang biasanya ia senangi entah bagaimana terasa begitu memuakkan baginya. Ia menatap diam-diam pada Gun yang melotot padanya.

"Ah, Gun. Bagaimana kabarmu?" Tanya New membuat suaranya senormal mungkin. Ia menggerling pada Tay yang sepertinya masih sibuk dengan pikirannya.

"Kau bisa lihat sendiri."

New menatap dari atas kebawah. Gun menyenderkan dirinya pada punggung sofa. New tahu Gun marah padanya. Ia mendesah pelan.

"Kau tidak bilang akan datang."

"Bukannya kau sendiri yang mengijinkanku untuk datang kapanpun. Bahkan tengah malam seperti sekarang."

Benar. Ia tengah tertangkap basah sekarang. Sama seperti yang Gun katakan padanya beberapa saat lalu ketika hendak pindah. Ia bangkit dari duduknya. "Akan aku buatkan teh terlebih dahulu."

Meninggalkan Tay bersama dua orang yang menatapnya tak kalah intens.

.

.

.

"Jadi, sejak kapan kalian bersama?" tanya Gun sambil menghirup teh yang ia pegang. Membuat Tay dan New saling pandang terkejut.

"Gun, semua ini bukan seperti yang kau pikirkan—" kata New.

"Bukan?" selidik Gun. Pria itu tak henti-hentinya memperhatikan mereka berdua.

"Well, setidaknya sekarang aku belum tahu," kata New tergagap. Tay menoleh padanya. Mengangkat alis dan dibalas New dengan mengangkat bahu.

"Jadi... kalian tidak bersama?" tanya Gun menyipitkan matanya. New merasa Tay kembali memandangnya. Ia menelan ludah dengan susah payah. Tanpa mau menoleh padanya.

"Itu−"

"Tenang saja Gun, apa yang lihat tadi tidak menginterpretasikan apapun," sela Tay. New menatap bingung pria di sampingnya itu dengan mengangkat alisnya.

"Jadi, bisa kau jelaskan padaku mengapa kau dan New bertindihan di atas sofa saat kami datang?" selidik Gun, tangannya masih terlipat di depan dada. Rahangnya menegang. Off hanya memperhatikan sesekali mengelus pundak Gun menenangkan amarahnya. New mengambil cangkir tehnya hanya supaya ada yang dikerjakan, tanpa benar-benar bermaksud meminumnya. Ia gugup sekarang.

"Sudah jelas, kan? New tersedak makanan. Ia sedang demam," jawab Tay santai. Rahang New jatuh saat mendengar jawaban itu. Alis Gun terangkat, lalu tiba-tiba pria itu memandang tajam New. New buru-buru memandang ke arah lain, kemana pun asal bukan pada Gun. Ia pura-pura tidak mengetahui apapun.

"Oh, ya?" Tanya Gun. "Dan kau bermaksud menolongnya, begitu? Dengan mulutmu?"

New sukses tersedak. Ia terbatuk-batuk dan meminum tehnya kembali.

"Akan jadi seperti itu jika saja kalian tidak tiba-tiba datang," jawab Tay lagi.

New melihat Gun melepaskan lipatan tangannya di depan dada. Matanya masih menyipit pada New. Ia masih belum bebas.

"Kupikir sudah saatnya kau kembali ke kamarmu, Tay. Malam sudah terlalu larut untuk bertamu," Kata Off menengahi. Tay tidak menjawab −lalu mendesah.

HELLO! TROUBLE LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang