Masalah kedelapan: pernyataan di Rooftop

813 90 14
                                    

Tay merasa bahwa sedari tadi Arm menatapnya.

"Apa yang ada dipikiranmu, Arm WC?" Tanya Tay. sementara Arm hanya menggeleng dengan senyuman jahil dibibirnya.

"Kau terlalu aneh Tay. Kau bahkan tidak berhenti tersenyum, apa yang salah padamu? Kau habis terbentur? Atau kau baru saja terjatuh?"

"Oui! Diam lah. Kau berisik sekali." Namun Arm malah tersenyum mendengarnya.

"Brengsek."

"Tidak baik mengumpat pagi-pagi." Itu bukan Arm, melainkan Bright. Untunglah lukanya tidak terlalu parah. Berterima kasihlah pada wajahnya yang tampan. Ia tidak terpengaruh sama sekali dengan luka-luka itu.

"Jadi kau sudah menjelaskannya pada kekasihmu?" Tanya Bright mengambil tempat di dekat Arm. "Dia bukan kekasihku."

"Tapi kau menyukainya Tay. Tidak usah mengelak." Kata Arm membuat Tay yang meminum kopi tersedak.

"Kau ini sok tahu sekali."

"Oui phi Arm, biarkan ia berfikir. Bagaimana pun ia sudah harus memberikan tanggal kepastian pada ayah."

"Tanggal kepastian?" Tanya Arm membuat alis Bright terangkat. Ia memandang Tay yang juga tengah bingung menatapnya, meminta jawaban.

"Tentu saja tanggal kepastian menikahi New Thitipoom, haha."

Tay mengabaikan Bright yang terlalu garing.

"Phi Arm, kenapa kau selalu menggunakan ini?" Tanya Bright. Lalu percakapan Bright dan Arm hanya terdengar dengungan di telinga Tay.

Tay mendesah pelan. Ia malah memikirkan musuhnya disaat seperti ini. Apakah ini baik untuknya? Sial. Tay menegakkan tubuhnya seraya menggeleng pelan. Membuang jauh pikirannya tentang pria manis semanis madu. Ia mencoba berkonsentrasi pada tumpukan dokumen penting di atas meja kamarnya. Ia masih belum bisa ke kantor. Untuk itulah Arm menemaninya.

Ingatkan Tay untuk berhenti makan yang manis-manis lain kali.

.

.

.

New mondar-mandir diruangannya. Ia tidak bisa berkonsentrasi sedikit pun hari ini. Win belum pulang mengambil coklat-coklat pesanan pelanggan. Tangannya menjambak rambut, menarik-narik frustasi. Kenapa otaknya penuh dengan bibir Tay, ah, maksudnya dengan pria brengsek tidak tahu diri itu.

Benar-benar gila. Ia ingat ia yang mencium Tay. Demi Tuhan, ia mencium Tay. Apa yang dipikirkannya saat itu? Ia bisa gila!

"Phi aku datang." Teriak Win

New hampir terpeleset saking kagetnya. Pasalnya, ia tengah membayangkan dirinya dan Tay dibawah lampu jalan sedang ber-berci-bercium-AH! Ia bisa gila. Benar-benar.

"Win, biar ku bantu." New mengangkat beberapa kotak coklat dari tangan Win. Setelah meletakkannya dengan tumpukan lain, New menarik tangan Win. Sementara Win hanya menatapnya.

"Maaf, Phi minta maaf. Untuk semua yang Phi katakan dan sikap Phi padamu akhir-akhir ini. Aku hanya terlalu bodoh." Sesal New. Win hanya tersenyum menanggapinya. Ia maju untuk memeluk New yang menegang karena kaget.

"Sudahlah Phi. Sebenarnya aku ingin menjelaskannya pada Phi. Hanya saja, aku terlalu penakut. Phi Bright benar-benar jahil. Ia juga mengerti jika berada di posisimu."

Rupanya Win mengetahuinya, dan si brengsek Bright itu juga sudah menceritakan semua. New merasa sangat bodoh sekarang.

New menepuk pelan punggung Win dengan senyuman paling indah di bibirnya. Diam-diam ia bersyukur karena Win tetaplah Win yang dulu.

HELLO! TROUBLE LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang