Masalah kelima: Damn Kiss

1K 86 8
                                    

"Aku datang. Maaf semalam aku ti— HA! SHIAAA!"

Mata Tay dan New masih terbelalak lebar. Dengan kekuatan penuh New mendorong Tay sampai ia sendiri limbung dan jatuh di lantai sementara Tay jatuh di atas ranjangnya. Keduanya masih memancarkan rasa ngeri yang sama. Ditambah degupan jantung masing-masing yang seakan ingin meledak.

Arm masih berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat seolah baru saja melihat hal yang mengerikan, meski hal ini bisa masuk dalam kategori mengerikan juga.

"Maaf, aku tidak tahu ji-jika kalian ternyata..." ia menggantungkan kalimatnya hanya sampai situ. Ia sibuk menutup mulutnya yang hendak berteriak teringat kejadian yang baru ia saksikan. Ini gila. Ini benar-benar gila!

Arm menutup pintu dan menghilang dibaliknya meninggalkan Tay dan New yang masih terengah di posisi yang sama. New bangkit dan menatap Tay yang sudah kembali duduk di pinggir ranjang.

"Apa yang kau lakukan brengsek?" ia meratapi bibirnya.

"Kenapa kau tidak menghindar bodoh?" New mengerang frustasi. Bibirnya yang masih perawan. Sementara Tay hanya diam saja. Merasakan jantungnya yang belum berdegup normal.

"Panggilkan dokter saja, tidak usah berteriak-teriak." Ucap Tay pelan.

New segera mengambil tasnya dan berlari menuju pintu, kepalanya berbalik hanya untuk melihat Tay yang masih menundukkan kepala. Lalu menghilang ditelan pintu.

.

.

.

Sudah empat belas kali New mengumpat dalam perjalanannya ke kedai hari ini. Mengawali pagi dengan sangat buruk. Mencium musuh sendiri karena tersandung saat ingin menonjok mukanya. Oh memalukan sekali.

Dalam bayangan New ia mencium seseorang yang ia cintai dengan perasaan. Bibirnya yang belum pernah dijamah siapapun kini ternoda. Hanya karena Tay brengsek. Meski rasanya hanya menempelkan bibir, entah bagaimana New menyukai sensasinya. Bersentuhan dengan bibir tebal Tay membuatnya seperti ketagihan. Sial, apa yang barusan ia pikirkan?

Kaki New terhenti di depan pintu kedainya. Menarik nafas yang dalam untuk kemudian menenangkan diri. Berusaha sekuat mungkin memberikan senyum yang ramah. Menirukan senyum pemuda yang sedari tadi membersihkan meja.

"Win."

Win menatap New dari ujung kaki hingga ujung kepala. Bosnya itu tampak berbeda. Jika biasanya ia akan terlihat rapi dengan kemeja yang terlipat hingga siku, kini bosnya yang manis itu hanya mengunakan kaos lengan panjang. Sangat berbeda. Berantakan.

"Apakah terjadi sesuatu Phi?"

New bahkan terlalu malas hanya untuk mengangguk. Ia memutari meja kasir sebelum terduduk lemas dihadapannya. Matanya menjuru keseluruh kedai yang masih kosong. Dua puluh menit lagi mereka baru buka.

Pandangan New beralih pada tampilan Win. Pegawainya itu juga tampak berbeda. Ia mengenakan kemeja yang telah di setrika terlebih dahulu. Rapi, bersih, dan sangat wangi. Alis New tertaut. Ada apa dengan Win?

"Apakah ini hari gajian?"

Yang di Tanya hanya memiringkan kepala dengan matanya yang bulat besar tampak berpikir.

"Bukannya minggu depan?"

"Ohoo~ hanya saja kenapa kau tampak sebahagia ini Win Metawin?" Tanya New dengan mata makin menyipit.

Senyum Win terkembang tanpa sadar.

"It-itu.. aku hanya senang saja." Win meremas lap di tangannya. "Aku hanya merasa bahagia sampai-sampai ingin bernyanyi." Lanjutnya dengan wajah tertunduk malu.

HELLO! TROUBLE LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang