Masalah kesembilan: Permintaan hati

809 81 11
                                    

New mengatakan jika ia mempunyai biskuit yang tak kalah enak dari milik Off. Membuat Arm datang ke kamarnya dengan suka cita.

"Jadi dimana?"

Kepala Arm menatap sekeliling. Kamar ini Nampak sama seperti saat pertama Arm datang. Sangat rapi.

"Ah, itu gampang. Aku berikan alamat lengkapnya saja. Jika perlu denahnya." Ia tersenyum jahil. Namun New hanya mengangguk berusaha sekeras mungkin untuk tidak memutar bola matanya. "Kalau boleh tahu, kenapa tiba-tiba menanyakannya?"

New tidak menjawabnya. Melainkan memberi setoples penuh biskuit yang ia janjikan. Tangannya meraih kertas yang berada di meja. Alamat kantor Tay Tawan. Ia harus kesana.

.

.

.

Matahari sangat menyengat. Tidak seperti biasa. New memandang jalanan dengan menyipitkan matanya. Suara deruman mobil dan juga percakapan orang tak tembus ke telinganya karena kaca penghalang. Matanya berkeliling mencermati sudut ruangan.

Ruang tunggu milik wakil Direktur ke dua. Tay Tawan. sementara yang dicari sedang sibuk entah pada apa. New hanya menurut saja saat seorang wanita cantik dan seksi membawanya di sini. Memintanya menunggu sebentar.

Meski dibilang sebentar, ini tidaklah sebentar. New hampir mati bosan. Menemui seorang wakil direktur perusahaan besar tak akan segampang ini. Untunglah ia mengaku sebagai salah satu teman Bright dan Tay. Teman. Yeah, semoga mereka juga menganggapnya teman.

Suara pintu dibuka membuat New berbalik dan menatap wanita yang tadi menghampirinya. Ia berjalan dibelakang wanita itu menuju sebuah ruangan di lantai 12 yang bisa ia tebak adalah milik Tay Tawan.

"Silahkan masuk. Tuan Vihokratana sudah menunggu Anda." Dengan anggukan sedikit, New memasuki ruangan itu. Tay memeriksa catatan keuangannya, begitu melihat New duduk di hadapannya membuatnya hampir tersedak saliva sendiri.

"Kau?"

"Ya. Ini aku. New Thitipoom." Ujarnya dengan senyum.

"Apakah ciumanku membuatmu ketagihan sehingga kau datang kesini?" bukan amarah yang keluar, melainkan semburat merah di pipi New. Membuat Tay makin enggan memandangnya.

"Jika aku menjawab 'ya' apakah artinya kau akan menciumku lagi?" Tay terdiam. Ia lebih memilih untuk menatap catatannya meski pikirannya tidaklah kesana.

"Katakan apa mau mu dan segeralah pergi."

"Ak—aku hanya ingin meminta maaf padamu."

"Alai?"

"Kurasa kau terlalu muda untuk mengalami tuli."

"Apa kau bilang tadi?" Tanya Tay menyipit.

"Apa kau benar-benar tuli?" Tanya New mendekatkan tubuhnya hingga menyentuh meja kerja Tay.

Tay mendesah pelan mendengarnya. Pria di hadapannya hanya menyeringai kecil.

"Dengarkan baik-baik. Aku hanya ingin minta maaf atas kejadian waktu itu. Ku dengar dari Bright kakimu makin parah karena tanpa sengaja, ingat, tanpa sengaja aku mendorongmu. Aku─"

"Tunggu, kau bertemu Bright?" Tanya Tay penuh selidik. Setahunya Bright berada di Jepang dari kemarin.

"Er, itu sebenarnya, Win yang memberitahuku. Dan aku juga sudah meminta maaf pada Bright. Jadi sekaranglah saatnya aku minta maaf padamu."

New merogoh sesuatu dari kantong yang ia bawa sedari tadi. Sebuah cup cake dengan balutan dark chocolate. Ia menghabiskan lebih dari empat jam lemburnya hanya untuk membuat ini. Bibir Tay hampir terangkat sebelum ia menutupinya dengan terbatuk kecil. Ini sungguh, manis. Maksudnya cup cake itu sungguh manis.

HELLO! TROUBLE LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang