Masalah ketujuh: Salah Paham

821 88 9
                                    


Langit sudah sangat gelap. New baru saja tiba dari supermarket terdekat. Ia mengeratkan jaketnya. Udara diluar benar-benar dingin. Di tengah jalan menuju kamarnya, ia bertemu Arm. Orang yang selalu ia coba hindari. Ia merasa tidak enak dengan Arm. Bagaimana pun ia sudah melihat kejadian memalukan bagi New.

"New— Newwie." Sapanya terbata. New hanya menganggukkan kepala. Suaranya tak mampu keluar. "Ah, Newwie. Mau biskuit?" tanyanya mengulurkan sepiring biskuit yang terlihat sangat enak.

Ditatapnya Arm yang tersenyum seperti saat pertama bertemu. Begitu ceria. "Boleh. Bagaimana jika makannya di kamarku saja?" Tanya New disambut anggukan Arm.

Bukan tanpa alasan jika New mengajak Arm ke kamarnya. Hal itu semata-mata hanya ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. New masih tidak enak jika mengingatnya. Arm pasti salah paham.

"Masuklah." Berbeda saat Arm memasuki kamar Tay dan Off, kali ini ia tampak sopan dan duduk sewajarnya. Meletakkan sepiring biscuit itu di meja. Diam-diam kepalanya berputar memandangi ruangan yang di susun oleh New begitu rapi.

"Ini minumnya." New duduk dihadapan Arm setelah meletakkan dua cangkir teh di meja. "Apa kau yang menyusun semuanya?" Tanya Arm masih terkagum-kagum.

"Ya. Kenapa?"

"Amazingg! Ini rapi sekali. Berbeda dengan kamarku. Astaga! Benar-benar berantakan. Meski sudah kucoba membereskannya. Yang ada makin terlihat berantakan. Aku sangat-sangat buruk dalam hal menata barang. Padahal barangku sangat sedikit." New lega melihat Arm yang sudah kembali seperti saat pertama bertemu. Banyak bicara. Mungkin dulu sangat menganggu. Sekarang sudah tidak.

New hanya tertawa mendengarnya.

"Aku jadi penasaran bagaimana kamarmu saat ini."

"Haruskah kita ke sana?" Tanya Arm.

"Boleh."

Tangan Arm langsung terkibas. "Maii. Sangat berantakan. Aku malu tahu." katanya sambil tertawa.

"Kau tahu kamar Tay kan? Sama rapinya dengan ini. Hanya saja karena kamarnya memiliki sedikit perabotan ku rasa wajar. Tapi ini, wahh, bagaimana kau bisa menyusun serapi ini?"

Mendengar nama Tay disebutkan membuat Arm dan New kembali kikuk. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ah, Arm. Aku mau menjelaskan mengenai yang di rumah sakit. Itu sama sekali─"

"Tak apa Newwie. Aku mengerti. Aku yang harusnya minta maaf karena menganggu. Maka dari itu, biskuit ku bulan ini untuk mu semua." Ujarnya dengan tangan terulur setoples biskuit. Hal itu membuat New tertawa. "Tidak Arm. Kau tidak perlu memberikan semua biskuitmu. Aku hanya ingin bilang bahwa─"

"ARM WEERAYUTTT!"

Mereka berdua serempak menengok ke arah pintu kamar New. Penasaran siapa yang berteriak di tengah malam begini.

"Off." Raut muka Arm langsung berubah mendapat wajah sangar Off. "OIIIII SATTT! Kau! Kemari!"

Membaca situasi dengan cepat, Arm menyerahkan biskuit di tangannya pada New. "Newwie maaf kan aku. Aku pergi. Bye..." secepat itu pula Arm mencoba melewati Off yang ada di pintu. Namun sayang, lehernya keburu ditangkap oleh lengan kekar Off. "OII Saraleo! Itu biskuitku. Kau kurang ajar mengambilnya!" Off masih berteriak seraya menarik telinga Arm berjalan menghilang di balik tembok.

New hanya mendesah pelan menatap biscuit di tangannya. Lalu telinganya menangkap suara yang sangat familiar baginya. Suara itu, suara Bright.

New berlari keluar menghampiri Bright yang ternyata hendak memasuki kamarnya. Pergerakan tangan Bright terhenti sesaat melihat New dengan nafas memburu mendekatinya.

HELLO! TROUBLE LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang