9: Kau Sudah Tahu?

912 172 12
                                    

"Oh, Jeno?"

Yang dipanggil tampak terkejut, mungkin benar-benar terkejut hingga nyaris terjungkal dari kursi yang didudukinya.

"S-sayang? Kau sedang apa di sini?"

Chenle menyapu keadaan ruangan tersebut dengan matanya. "Aku bertemu dengan Jaemin beberapa waktu yang lalu, dia berbaik hati mengundangku datang kemari. Bukan begitu, Jaemin-ssi?"

Chenle menoleh dan tersenyum tipis kepada Jaemin yang berada di belakangnya. Berbeda dengan senyuman di bibirnya, matanya memandang tajam pemilik studio tersebut.

"A-ah, i-iya."

"Karena itu aku mengajak temanku. Jeno, ini Andy Park. Jisung, ini Jeno." Chenle sengaja membedakan panggilan Jisung untuk Jeno karena dia ingin suaminya menyadari bahwa Jisung adalah koleganya yang cukup dekat dengannya.

Jisung mendekati Jeno dan mengulurkan tangannya kepada suami Chenle tersebut. "Siang, Lee Jeno-ssi, saya Andy Park."

"Siang, An— aak!" Jeno merintih begitu tangan Jisung menjabat tangannya dengan keras.

"Ah, maaf, sepertinya saya terlalu bersemangat bertemu dengan Anda." Jisung melepaskan tangannya dengan cepat.

"Jaemin-ssi, bisakah kau menunjukkan beberapa karyamu kepada Andy? Dia akan merasa sangat terhormat jika kau bisa melakukannya."

"Oh ya, aku akan sangat menghargainya jika kau bisa, Jaemin-ssi."

Chenle tersenyum kepada Jisung yang tampak keberatan ketika tidak ada siapa pun selain dirinya yang melihat. Chenle berbalik dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Kakinya baru saja akan menyentuh tangga, tapi tangannya ditarik dan dia dibawa secara sepihak ke ruangan lain yang ada di gedung ini.

"Lepas, Lee Jeno."

Jeno melepaskan genggamannya di tangan Chenle. Chenle menatap tajam suaminya seraya merapikan lengan pakaiannya yang berantakan karena Jeno.

"Sedang apa kau di sini?" Jeno bertanya dengan serius.

"Ah, akhirnya, Jeno yang kukenal." Chenle menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Sudah lama tidak bertemu, Jeno yang memusuhi Chenle."

"Aku serius. Sedang apa kau di sini?"

"Berkunjung, sudah kubilang bukan? Tapi itu memang hanya kebohongan belaka, aku tidak ingin membuat Freesia-mu ketakutan karena tahu aku sudah tahu hubungannya denganmu. Dia mungkin bisa terkena mental jika tahu."

Jeno terpaku sesaat. Pria itu tampak terkejut dan ketakutan untuk suatu alasan yang Chenle ketahui dengan jelas.

Chenle berdecih, matanya diarahkan untuk melihat ke arah lain. "Selama kau menuruti keinginanku, aku tidak akan memublikasikannya dan membuat saham perusahaanmu anjlok. Aku tahu kau sedang berada di posisi yang buruk. Ayah mertua bisa-bisa drop jika keadaannya memburuk."

"Chen—"

"Tutup mulutmu." Chenle kembali melemparkan tatapan tajamnya sebelum melangkah menuju pintu.

Tangannya terkepal. Dia tidak mencintai Jeno, tidak pernah sedikit pun. Namun, ketika dia mengetahui Jeno mengkhianati pernikahan mereka, menganggap bahwa itu bukanlah hal yang penting, Chenle merasa sangat tidak dihargai. Chenle merasa seolah dia bukanlah orang yang berharga. Tentu saja dia tahu dengan pasti ini semua hasil perjodohan, tapi tidak bisakah Jeno melakukannya dengan lebih baik dengan meminta perceraian?

Chenle meraih gagang pintu dan hendak menariknya, tapi kemudian dia berbalik dan memperingati Jeno. "Jangan katakan apa pun kepada Jaemin. Jangan pulang untuk hari ini. Aku ingin bicara denganmu besok di rumahku, pukul delapan malam, jangan terlambat."

Ran [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang