"Ayah, kau harus makan."
"Letakkan saja di nakas. Jika Ayah ingin makan akan Ayah makan."
Chenle menghela nafasnya, kemudian menoleh kepada Renjun yang berdiri di sebelahnya. Kondisi ayahnya memburuk. Pagi ini Chenle dihubungi, ayahnya tidak sadarkan diri saat sedang berjalan keluar kamar.
"Ayah, jika Ayah tidak makan bagaimana bisa Ayah minum obat? Juga, aku harus bertemu dengan Park Hoejang hari ini."
Ayah Chenle tidak menjawab, hanya tetap memejamkan matanya sembari berbaring di ranjang.
"Bagaimana?" Renjun bertanya dengan berbisik.
Chenle memijat batang hidungnya. "Kau wakilkan aku, Huang Biseo. Aku harus mengurus ayahku."
"Baiklah, Hoejangnim." Renjun membungkuk hormat, kemudian pergi dengan langkah yang cepat.
Chenle mengeratkan genggamannya pada mangkuk yang dipegangnya. "Ayah, bangunlah, biar kusuapi."
Walau ini adalah hal yang asing untuk Chenle, dia tetap ingin mencobanya. Ayahnya harus makan, tidak peduli walau hanya lima suap, yang terpenting Chenle berhasil mengisi perut ayahnya agar ayahnya bisa minum obat.
"Sudah—"
Chenle menundukkan kepalanya. "Ayah, aku mohon."
Entah karena jengah dengan anaknya yang terus memintanya untuk makan atau karena memang sudah lapar, ayah Chenle bangun dan duduk bersandar di ranjang. Chenle pun bisa dengan mudah menyuapi ayahnya. Atmosfer canggung menyelimuti mereka berdua, tapi Chenle tetap menahan diri untuk menyuapi ayahnya.
"Bagaimana perkembangan proyek hotel?"
"Pondasi sudah ditanam, kami akan melakukan pengecekkan rutin nantinya. Tidak perlu khawatir tentang eksterior maupun interiornya, aku dan Park Hoejang sama-sama mengeluarkan modal yang besar untuk proyek ini, hasilnya tidak akan mengecewakan."
Ayah Chenle mengangguk-anggukkan kepalanya. "Jangan sampai ada kesalahan."
"Tidak akan ada."
Chenle terus menyuapi ayahnya hingga mangkuk kosong. Hari ini sedikit aneh, biasanya ayahnya akan membicarakan kesalahan-kesalahan Chenle, seperti tempo lalu. Namun untuk hari ini, ayahnya hanya membahas seputar pekerjaan dan sama sekali tidak menyentuh topik pernikahannya.
"Minum obatnya, Ayah." Chenle menyerahkan tabung kecil berisi kapsul dan pil kepada ayahnya, kemudian menaruh mangkuk di atas nampan. "Aku akan menaruh ini di wastafel."
Chenle menghela nafasnya penuh kelegaan begitu berada di luar kamar ayahnya. "Kerja yang bagus, Chenle." Dia berbisik kepada dirinya sendiri.
Setelah meletakkan peralatan makan di wastafel, Chenle merogoh sakunya, mengeluarkan ponselnya yang bergetar.
Sedih sekali tidak mendapati temanku :(
Padahal aku datang agar bisa bertemu.Chenle menggeleng kecil membaca pesan yang Jisung kirimkan padanya.
Lain kali lakukan sesuatu tanpa ekspektasi.
:(
"Dia senang sekali menggunakan emoji. Seperti anak kecil saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ran [JiChen | ChenJi] ✓
Fanfiction✨A Story by Z✨ "Kau berubah." "Berubah... apa kau bahkan tahu apa yang berubah?" "Kau jadi lebih dingin padaku. Sebenarnya ada apa?" "Lee Jeno, tidak tahu malu." -- "Apa ada masalah, Jisung-ssi?" "Boleh aku meminta saran?" "Jika kau harus melakukan...