13: Tidak Ada Salahnya Jika Kau Selingkuh Juga

784 162 6
                                    

Chenle sangat mengapresiasi bagaimana asisten rumah tangganya dan juga supirnya sama sekali tidak menanyakan keberadaan Jeno atau apa pun yang berhubungan dengan Jeno walau pria itu sudah tidak menginjakkan kaki di rumah mereka selama... entah sudah berapa lama. Chenle tahu mereka ingin tahu meski tidak ada yang terucap dari mulut mereka, tapi Chenle belum siap untuk menceritakannya kepada mereka.

Bahkan butuh dua hari bagi Chenle mempersiapkan diri untuk bercerita kepada Renjun tentang Jeno. Seperti yang sudah Chenle duga, Renjun terguncang dan tampak begitu memikirkan hal itu hingga sekarang. Chenle bersyukur dia sudah mematangkan niatnya untuk tidak memberi tahu siapa selingkuhan suaminya. Renjun mungkin akan terkena mental jika tahu.

Chenle mengaduk makanannya dengan tenang. Siang ini Chenle harus makan siang tanpa Renjun, sekretaris sekaligus temannya itu ingin makan siang bersama Jaemin. Sebenarnya Chenle merasa sedikit kesal, tapi Chenle tahu Renjun selalu menceritakan hal-hal yang dianggapnya menarik kepada Jaemin.

Bayangkan bagaimana Jaemin akan sangat gugup mengetahui bahwa Renjun tahu Jeno selingkuh. Semua warna di wajah lelaki itu akan hilang dan dia akan merasa gugup berpikir bahwa hanya tentang waktu hingga Renjun mengetahui identitas pengganggu rumah tangga temannya. Chenle menyeringai kecil. Maaf saja jika ada yang menganggapnya jahat karena ingin sedikit membalas dendam kepada lelaki itu, Chenle memang bukan sepenuhnya orang baik.

Chenle melirik ponselnya yang mati. Jisung belum menghubunginya. Ini sedikit aneh, tapi entah mengapa setelah sedikit membuka diri kepada Jisung setelah menonton film bersama, Chenle menantikan waktu lain bersama Jisung. Pria itu sama sekali tidak memberikan judgement atas apa yang ingin Chenle lakukan atau memandang Chenle dengan aneh hanya karena dia ingin balas dendam, pria itu justru malah mendukungnya.

"Cih, dia tiba-tiba sibuk huh?" Chenle bergumam sebelum menyuap makanannya dengan sedikit agresif.

Chenle mengalihkan perhatiannya dari ponselnya dan mendorong ponselnya jauh darinya. Chenle sudah memantapkan niatnya. Jika Jisung menghubunginya dia tidak akan merespons.

"Maaf mengganggu waktu istirahat Anda, Hoejangnim."

Chenle menoleh ke pintu dan mengangguk kecil kepada wanita yang Chenle kenali sebagai resepsionis yang berdiri di depan pintu.

"Andy Park datang untuk menemui Anda."

Chenle ingin tertawa mendengarnya, tapi dia menahannya. Chenle merapikan peralatan makannya dan mengangguk. "Biarkan dia masuk."

Chenle memandangi pria yang masuk dengan senyuman lebar dengan datar. Kemudian berdecih, "Ada apa?"

"Hanya ingin berkunjung."

Mata Chenle beralih menatap tas yang dibawa oleh Jisung. "Apa itu?"

Jisung menepuk tasnya sebelum duduk di sofa dengan santai seolah dia berada di rumahnya sendiri. "Pekerjaanku. Wah, mereka menumpuk."

Chenle memutar bola matanya. "Lalu kenapa datang ke sini? Kau pikir ini sekolah, tempat di mana kau mengerjakan tugas kelompok?"

Jisung membuka tasnya dan mengeluarkan laptop juga kertas-kertas yang tampak penting. Chenle kembali berdecak melihatnya. "Bagaimana bisa kau membawa hal sepenting itu ke sini?"

"Mudah. Zhong Chenle adalah orang paling baik yang pernah kukenal." Jisung kembali menatap Chenle dan tersenyum begitu manis hingga Chenle terkesiap dibuatnya. "Kau tidak akan macam-macam, aku bahkan sangsi kau tertarik untuk mengintip. Ah, aku juga ingin ikut melakukan kontrol terhadap pembangunan hotel jam tiga nanti, karena itu aku datang ke sini."

Chenle mengusap wajahnya dengan satu tangan, menyadarkan dirinya dari senyuman Jisung yang tidak mau pergi dari kepalanya. "Kenapa tidak dengan ayahmu saja?"

Ran [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang