19: Nikmati Waktumu Bersamanya

755 155 3
                                    

"Aku sudah memberi tahu dokter bahwa Ayah akan melakukan operasinya."

"Apa?!"

Chenle menegakkan tubuhnya, siap untuk meghadapi penolakkan keras ayahnya. Chenle sudah tahu akan seperti ini jadinya dan dia sudah mempersiapkan diri sejak semalam. Dia sudah lebih dari siap sekarang.

"Sudah Ayah katakan Ayah tidak ingin!"

"Tapi itu akan membuat Ayah lebih baik dan nyaman. Karena itu aku menyetujui operasi ini." Chenle membantah.

"Ayah tahu apa yang baik untuk diri Ayah sendiri!"

"Ayah, satu kali ini saja biarkan aku melakukan sesuatu atas kehendakku sendiri untuk kebaikan Ayah."

"SELAMA INI KAU SIBUK DENGAN KESIBUKKANMU, KENAPA TIDAK BISA LAKUKAN ITU SEKARANG HAH?! URUS KESIBUKKANMU DAN BATALKAN OPERASINYA!"

"AYAH!"

Chenle menarik nafasnya dan menghembuskannya. Chenle sebenarnya tidak ingin melepaskan emosinya seperti ini, tapi semakin ayahnya menolak seperti Chenle merasa ketakutan dan kekhawatirannya diremehkan dan tidak dihargai meski dia tahu ayahnya sama sekali tidak tahu-menahu tentang itu. Ucapan Jisung semalam terpikirkan olehnya. Haruskah dia mengutarakan kekhawatirannya? Bagaimana jika ayahnya tidak peduli dan memandangnya dengan tatapan jijik karena telah mengedepankan emosinya ketimbang berpikir jernih?

Tapi kemudian Chenle sadar, ayahnya juga tidak berpikir jernih. Entah apa yang dipikirkan ayahnya ketika berkata bahwa dia tidak ingin menjalani operasi itu, tapi Chenle tidak yakin yang kemarin dikatakan ayahnya benar-benar dimaksudkan oleh ayahnya. Chenle memiliki perasaan yang kuat akan itu.

"Ayah," Chenle mengusap wajahnya sebelum melanjutkan, "Tadinya aku juga berpikir mungkin Ayah tidak butuh ring, mungkin Ayah akan baik-baik saja tanpa ring itu, tapi Ayah, aku berpikir seperti itu karena aku khawatir. Aku khawatir jika di saat operasi itu berjalan, sesuatu yang buruk terjadi pada Ayah. Tapi bagaimana aku bisa tega membiarkan kondisi Ayah terus seperti ini? Aku melakukan ini karena aku peduli kepada Ayah. Maaf karena selama ini aku terlalu sibuk di kantor. Maaf karena aku tidak sering berkunjung sebelum Ayah sakit. Maaf karena menghindarimu."

Chenle menundukkan kepalanya, dia tidak bisa menatap ayahnya karena merasa sedikit malu. "Aku mohon, lakukan operasi ini, Ayah."

Keheningan menyelimuti ruangan itu, keheningan yang sedikit canggung bagi Chenle. Sedikit bagian dari Chenle takut ayahnya akan memarahinya habis-habisan karena menggunakan emosi untuk melawan ayahnya. Terakhir kali Chenle melakukannya ayahnya memukulnya dengan file keras dan melarangnya untuk menginjakkan kaki di rumah selama dua hari. Chenle mendapatkan luka kecil di kepalanya dan juga pelajaran bahwa dia harus menghilangkan emosinya ketika berhadapan dengan sesuatu, terutama ketika sesuatu itu adalah ayahnya.

"Kau..."

Chenle memejamkan matanya, tidak begitu siap jika ayahnya akan melemparkan sesuatu atau bergerak memukulnya dengan tangannya sendiri. Namun, setelah dua puluh detik, tidak ada apa pun yang terjadi, hanya keheningan dan ayahnya yang bergeming.

"Lakukan sesukamu."

Chenle mengangkat kepalanya perlahan-lahan. Matanya menatap ayahnya beberapa saat dengan ketidakpercayaan terlukis dalam tatapannya. Setelah yakin bahwa ini semua benar-benar terjadi, Chenle membungkuk kepada ayahnya. Chenle merasa begitu ringan hingga dia rasa dia bisa terbang. "Terima kasih, Ayah. Akan kupastikan semuanya berjalan dengan baik."

Chenle menegakkan tubuhnya kembali, "Aku akan bersiap ke kantor. Hong Ahjumma akan tiba sebentar lagi. Aku akan kembali setelah selesai."

Ran [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang