16: Apa Sulitnya Bercerai?

817 167 9
                                    

Chenle menatap tajam pria yang bergerak duduk di seberangnya dan pria di seberangnya turut melemparkan tatapan yang sama kepadanya. Namun, Chenle sama sekali tidak goyah. Lebih menakutkan dikejar anjing liar daripada ditatap tajam oleh pria ini.

"Lama tidak bertemu, Sayang." Jeno menyapa dengan sinis.

Chenle hanya memandang Jeno, tidak membalas sapaan suaminya.

Tidak ditanggapi, Jeno berdecih. Pria itu bersandar dan menyilangkan kakinya dengan nyaman. "Cepat katakan ada apa. Aku memiliki urusan."

"Ketika kau bermuka dua untuk meraup uang dari ayahku, kau ingin apakan uang itu?"

Jeno diam beberapa saat sebelum membuka mulutnya. "Pengobatan ayah."

Chenle terdiam sesaat sebelum kembali bertanya, "Jika aku membantu, apa kau akan berhenti meminta untuk bercerai?"

"Demi Tuhan, Chenle!" Jeno memukul meja dam mengusak rambutnya kasar. Beruntung Chenle sudah tahu Jeno akan bereaksi seperti ini dan memutuskan untuk bertemu di restoran yang menyediakan ruang VIP. Chenle memutar bola matanya malas, jelas Jeno akan kembali menolak.

"Apa sulitnya untuk bercerai hah? Kita tidak memiliki perasaan untuk satu sama lain, aku membencimu dan kau juga membenciku, dan aku sudah tidak ingin uangmu. Apa yang kau inginkan hah?!"

Yang Chenle inginkan? Chenle ingin ayahnya tidak kecewa lagi dengannya. Hanya itu. Namun, dia tidak bisa mengutarakannya, sama sekali tidak bisa.

Chenle meremas celananya, tapi wajahnya masih sedatar biasanya. "Aku tidak ingin menjadi bekas orang lain dan dipandang rendah. Ayahku juga tidak akan mau memiliki anak seperti itu."

"Cih, tetap mengejar pandangan orang lain hah?"

"Jangan bicara seperti kau tidak seperti itu, Lee Jeno. Semua kecurangan yang kau lakukan padaku dulu berbicara lebih keras daripada ucapan penuh dustamu." Chenle membalas dengan tegas. Chenle menarik nafasnya untuk sedikit meredam emosinya dan kembali berbicara setelah merasa sedikit lebih tenang. "Semakin kau keras kepala, semakin aku mematangkan niat untuk menyentuh Freesia-mu."

Telunjuk Jeno menuding Chenle. Tangan pria itu sedikit gemetar, sepertinya karena besarnya amarah yang ada dalam dirinya. "Jangan kau sentuh Jaemin jika kau masih ingin hidup!"

"Kau bahkan meminta kembali barang yang sudah kau berikan padaku, bisa apa kau?" Chenle meremehkan.

Jeno terdiam. Ujung telinga pria itu memerah, menandakan bahwa pria itu merasa malu. Chenle yang melihatnya menyeringai kecil.

"Orang-orang memandang pasangan yang bercerai setelah satu tahun pernikahan sebagai pasangan yang menikah karena nafsu atau karena ada yang harus dipertanggungjawabkan, jika dijodohkan mereka berpikir, ah... sama sekali tidak cocok." Chenle menegakkan tubuhnya. "Dua tahun pernikahan, mereka berpikir mereka sudah berusaha mempertahankan, tapi tidak bisa, sayang sekali usaha mereka harus berhenti begitu cepat. Aku lebih memilih untuk dipandang seperti opsi kedua ketimbang opsi pertama jika memang harus bercerai dan aku yang akan mengurus ayah jika beliau tidak setuju, tapi jika kau ingin bekerja sama, akan kupastikan kita tetap akan bercerai dan kau akan mendapat imbalan yang setimpal."

Chenle tahu Jeno akan tetap menolak, tapi dia punya banyak cara untuk menekan pria ini. Chenle tidak akan kalah.

Jeno memandang Chenle penuh curiga. "Kau yakin ayah mertua sudah pasti akan menolak? Bagaimana jika ayah mertua setuju untuk melaksanakan perceraian secepatnya?"

"Sudah kubilang kau tidak tahu apa pun tentang ayahku."

"Tapi aku tahu ayah mertua memperlakukanku lebih baik darimu."

Ran [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang