25: Ada Apa Di Sisi Yang Tidak Diketahui?

731 160 7
                                    

Jisung rasanya ingin membanting ponselnya, membuat benda itu hancur berkeping-keping. Dia sangat frustasi karena Chenle sama sekali tidak mengangkat panggilannya dan Renjun sama sekali tidak memberi tahu apa yang terjadi dengan Chenle. Renjun hanya berkata untuk menunggu hingga Chenle sendiri yang menghubungi, tapi Jisung rasa hal itu tidak akan terjadi.

Jisung ingin meluruskan kesalahpahaman yang sudah berlangsung cukup lama dan ini sangat penting bagi Jisung. Chenle harus tahu bahwa Jisung menyukai Chenle dan Jisung tidak memiliki pasangan.

Jisung mengerang dan membenturkan kepalanya ke meja kerjanya. Sekretaris Jisung yang baru saja masuk tersentak kecil mendengar benturan yang cukup keras.

"Sajangnim, Anda tidak apa?"

"Tidak." Jisung menjawab tanpa mengangkat kepalanya, mempertahankan posisinya. "Aku tidak akan bisa menikah Shin Biseo. Aku akan menjadi perjaka tua."

Sang sekretaris yang mengerti berusaha memutar otak untuk mencari sesuatu yang bisa menghibur atasannya. "Mungkin Zhong Hoejang sedang sangat sibuk. Jangan terlalu dikhawatirkan, Sajangnim."

"Atau dia menghindariku karena dia membenciku." Jisung mengangkat kepalanya. Dahi pria itu semerah ceri yang matang. "Dia mengira aku memiliki pasangan dan menjauh! Ahah, Eomma... jika saja Eomma menahan diri. Tidak, tidak, jika saja Yangyang Hyung tidak terus menempel denganku selama di sini!" Pria itu tampak berapi-api, tapi kemudian api itu padam digantikan oleh kemurungan. "Tidak, aku yang salah. Seharusnya aku jujur saja! Orang jenius itu terkadang memang bodoh jika sudah menyangkut masalah hati."

Shin Biseo berusaha menahan tawanya. Atasannya membicarakan Chenle, tapi bagi Shin Biseo, Jisung juga termasuk orang jenius itu.

"Ish, bagaimana ini?"

Shin Biseo yang selama ini menjadi saksi bagaimana Jisung selama ini berusaha mendekati Zhong Chenle ikut memutar otak untuk membantu Jisung. Shin Biseo ingin mengusulkan untuk menyewa seseorang untuk melacak keberadaan Chenle, tapi pria ini ingat apa yang Jisung katakan kepadanya setelah pria itu bercerita tentang bagaimana Chenle marah kepadanya begitu tahu kebenaran tentang Renjun dan makan siangnya.

"Dia sangat tidak suka hidupnya dicampuri orang asing dan dia marah karena aku dan Renjun Hyung menyembunyikan sesuatu. Wah, tatapannya ketika menatapku benar-benar tajam. Dia benar-benar marah kepadaku."

Di situ, Shin Biseo tahu atasannya sudah berkomitmen untuk tidak memperburuk situasi.

"Seharusnya Hoejangnim menyatakan perasaan Hoejangnim ketika Hoejangnim sadar Zhong Hoejang cemburu dengan kehadiran Tuan Muda Liu."

Jisung kembali mengerang. Dia menyesalinya, sangat menyesalinya. Kenapa dia berpikir bahwa akan menyenangkan untuk sedikit mempermainkan Chenle? Lihat sekarang, dia sendiri yang terkena getahnya. Namun, Jisung tidak bisa sepenuhnya disalahkan, hatinya sangat terhibur setiap kali melihat atau mendengar kecemburuan Chenle setiap kali mereka membahas "pasangan" Jisung. Namun, jika dipikir lagi sekarang, semua hiburan itu tidak sepadan dengan apa yang dia dapat sekarang.

Jisung melirik ponselnya dan mengangkat panggilan yang masuk dengan setengah hati. Sepupunya menghubungi.

"Apa?"

"Masih tidak bisa menghubungi Zhong Chenle?"

Jisung berdecak. "Jika tidak ada hal lain untuk dibicarakan, aku tutup."

"Kau akan menyesal. Aku tadi berbincang dengan Zhong Chenle."

Tubuh Jisung bergerak begitu spontan, bangun dari kursi dan segera mengambil jasnya yang digantung. "Di mana kau, Hyung?"

"Aku sudah bilang kemarin aku akan pergi ke Jepang. Di mana lagi aku jika bukan di bandara? Sepertinya kami memiliki penerbangan yang sama. Sayang kau tidak akan sempat menyusul ke sini, Jisung-ah."

Jisung memukul dahinya dengan keras. "Seharusnya Hyung hubungi aku lebih awal!"

"Yak! Bukan salahku jika aku tiba lima belas menit sebelum waktu take off, jalanan padat! Aku juga tidak tahu aku akan bertemu Zhong Chenle di sini." Yangyang di seberang sana menegur Jisung dengan kesal. Sementara yang ditegur kembali berjalan ke mejanya dan duduk dengan lemas.

"Hyung tahu kapan dia kembali?"

"Kami hanya berbincang sebentar dan dia sudah mengusirku dengan tatapannya. Yak, Park Jisung, yang kau sukai ini bukan manusia normal, dia adalah harimau. Harimau!"

Jika Jisung sedang dalam suasana hati yang baik, dia akan tertawa pelan untuk menanggapi perkataan sepupunya. Namun, dia hanya bisa duduk dengan rengutan di wajahnya.

"Kurasa dia berlibur dengan ayahnya. Mendengar ceritamu tentang hubungan ayah-anak mereka, kusarankan kau jangan mengganggu dia sampai dia kembali."

"Aku bahkan tidak tahu kapan dia kembali."

"Tunggu saja. Jangan berani melacaknya, jika dia tahu kau akan kehilangan kesempatan untuk mendekatinya lagi. Biarkan dia yang datang padamu."

"Aku tahu."

"Aku ingin mencuci mulutku dengan segelas bourbon sebelum berangkat. Jangan hubungi aku sampai aku menghubungimu. Bersikap dewasalah, kau sudah tiga puluh tahun, jadi bersikap sesuai umurmu."

Biasanya Jisung akan marah jika Yangyang memutuskan sambungan mereka, tapi energinya sudah menguap entah ke mana. Jisung tidak sanggup mengatakan apa pun lagi.

"Haruskah saya mengundur jadwal rapat siang ini?"

Jisung menggeleng. "Tidak." Tangan pria itu melambai-lambai cepat. "Cara terbaik melupakan sesuatu adalah menguburnya dengan pekerjaan."

Dan dengan perkataan itu, Jisung meraih tabletnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya dari yang harus dia lakukan hari ini, hingga yang bisa dia tunda. Namun, tidak ada menunda untuk situasinya sekarang. Besok akan datang lebih cepat jika dia kelelahan. Biarkan dia mengubur penyesalan dan kekesalannya dengan rasa lelah agar besok, lusa, dan hari-hari setelahnya berlalu cepat hingga Chenle kembali.

Saat itu, Jisung akan berlari dengan tangan terentang lebar kepada lelaki itu dan menyatakan semua hal yang harus dia katakan tentang perasaannya... itu jika Chenle sudah tidak marah kepadanya.





Ran [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang