Chenle menatap pria tua yang duduk di seberangnya penuh pertimbangan. Pria itu adalah wakil direktur perusahaan ayah Jeno, wakil dari Jeno, dan pria ini mendatanginya untuk meminta bantuan, bantuan yang sangat mudah untuk Chenle kabulkan, tapi Chenle tidak begitu ingin melakukannya.
"Yoo Daepyo, Anda pasti sudah mendengar kabar tentangku dan Jeno."
Yoo Daepyo mengangguk. "Saya tahu, tapi jika perusahaan kami terus menerus seperti ini, kami akan... habis dan Lee Hoejang akan terbebani dengan banyak masalah. Sebagai temannya, saya tidak ingin itu terjadi." Wajah pria tua itu begitu memelas.
Chenle menghela nafasnya pelan. Otaknya berusaha menemukan jalan bagi Yoo Daepyo agar perusahaan ayah mertuanya tidak bangkrut. Chenle melakukan ini semata-mata hanya untuk ayah mertuanya.
"Boleh aku melihat beberapa hal? Akan kuberikan daftarnya pada sekretarisku dan dia akan memberikannya kepada Anda besok. Aku memiliki firasat bahwa bantuan dana dalam bentuk apa pun akan percuma, tapi aku berusaha mencari bukti terlebih dahulu agar tidak salah tuduh."
Yoo Daepyo mengangguk, wajahnya sedikit lebih cerah dari sebelumnya. "Terima kasih, Zhong Hoejang, terima kasih."
"Hm. Untuk sementara waktu, jangan biarkan Jeno menghandle hal yang penting."
"Baik."
Chenle melirik jam tangannya dan bangun dari duduknya. "Aku memiliki janji temu, permisi."
Mungkin janji temu terdengar begitu penting, tapi sebenarnya hanya makan siang bersama Jisung di restoran rumahan tempat mereka makan bersama untuk pertama kalinya. Jika kala itu ada Renjun bersama mereka, kali ini hanya ada Jisung dan Chenle.
Chenle tersenyum kecil melihat Jisung yang melambai kepadanya dan menepuk-nepuk meja yang didudukinya, memberi tahu Chenle bahwa itu adalah meja mereka.
"Maaf karena terlambat."
"Tidak perlu, aku juga baru sampai beberapa saat yang lalu. Cha, apa yang lezat untuk dimakan di hari yang cerah ini?"
Kaki Jisung bergerak-gerak seirama dengan jari telunjuk pria tersebut yang mengetuk-ngetuk permukaan meja. Dahi Chenle berkerut samar melihat Jisung yang untuk suatu alasan terlihat gugup.
"Apa yang kau lakukan?" Chenle bertanya.
Jisung menatap Chenle sesaat seraya menggeleng. "Tidak ada. Kau bicara seolah aku melakukan hal yang salah."
Chenle mengendikkan bahunya. "Karena itu bisa saja terjadi."
"Tenang, aku ini cerdas."
"Tidak begitu cerdas untuk menutupi kegugupan." Chenle membalas dengan cepat.
Jisung melirik Chenle sebelum pria itu menghela nafasnya dan menutup menu. Pria itu merogoh saku jasnya dan meletakkan barang yang dirogohnya di atas meja. Sebuah kotak kecil merah yang membuat Chenle terdiam.
"Kali ini berbeda dengan yang terakhir kali. Ini jauh lebih serius."
Chenle memandang Jisung yang menghindari tatapannya. Chenle mengerti maksud Jisung dan Chenle mengerti mengapa Jisung menghindari tatapannya. Chenle sendiri juga akan mengalihkan pandangannya jika saja dia bisa, tapi jika dia melakukannya Jisung mungkin akan menganggapnya sebagai penolakkan halus mengingat terkadang pria ini bisa sedikit bodoh.
Chenle tidak tahu harus menjawab apa dan dia belum yakin dengan perasaannya kepada Jisung. Ditambah, Chenle takut jika... —jika ini berlanjut— pernikahan mereka akan gagal. Bagaimana jika ternyata mereka tidak cocok kemudian berakhir tidak baik? Chenle tidak ingin kehilangan Jisung sebagai temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ran [JiChen | ChenJi] ✓
Fanfiction✨A Story by Z✨ "Kau berubah." "Berubah... apa kau bahkan tahu apa yang berubah?" "Kau jadi lebih dingin padaku. Sebenarnya ada apa?" "Lee Jeno, tidak tahu malu." -- "Apa ada masalah, Jisung-ssi?" "Boleh aku meminta saran?" "Jika kau harus melakukan...