Chenle tidak begitu mengingat apa yang terjadi ketika dia berhadapan dengan Jisung saat di rumahnya, yang Chenle ingat senyuman Jisung dan... tiba-tiba saja dia berada di dalam pelukan Jisung. Chenle pun langsung mengusir pria itu karena dia tidak ingin melihat Jisung, lebih tepatnya tidak bisa.
Chenle mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tidak berani menunjukkan wajahnya di depan Jisung setelah itu. Dia bahkan sudah menghindari pria itu selama tiga hari. Dia sama sekali tidak mengangkat panggilan ataupun membaca pesan yang dikirimkan Jisung.
Chenle juga jadi merasa sedikit canggung dengan Renjun. Dia ingat dia membentak Renjun dan dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Chenle tahu dia salah, tapi sulit sekali untuk membawa topik itu ke atas meja dan membicarakannya serta meminta maaf kepada Renjun. Ditambah dengan Renjun yang bersikap profesional dengannya, sama sekali tidak memanggil namanya sebagai seorang teman, terus menerus bersikap seperti sekretaris, bahkan tidak mengajaknya makan siang bersama.
Chenle seketika menegakkan tubuhnya begitu pintu ruangannya terbuka. Renjun yang membuka pintu berdiri dengan postur sopan di ambang pintu. "Tuan Andy Park memaksa masuk, Hoejangnim."
Tangan Chenle yang berada di sandaran tangan kursi kerjanya meremat sandaran tersebut. Chenle belum siap bertemu dengan Jisung, tapi dia tetap menganggukkan kepalanya.
Jisung masuk, seperti biasanya, dengan senyum lebar di wajahnya. Namun, tidak seperti biasanya, pakaian pria itu begitu kasual. Beanie hitam membalut kepalanya, pakaiannya juga tampak ala kadarnya, kaos putih dibalut dengan jaket denim hitam dan jeans putih sebagai celananya.
Chenle berusaha sekuat mungkin agar tidak memalingkan wajahnya hanya karena dia tidak ingin mengingat apa yang terjadi tiga hari yang lalu. "Ada apa?"
"Apa kau sibuk?"
Chenle mengerutkan dahinya. "Tidak sesibuk biasanya, kenapa?"
"Aku ingin mengajakmu pergi." Jisung merogoh sakunya dan menunjukkan dua lembar tiket kepada Chenle. "Aku sudah menunggu film ini sejak tahun lalu." Tambahnya.
Kepala Chenle bergerak sedikit miring tanpa disadarinya. "Kau... mengajakku menonton film?"
Jisung mengangguk penuh antusias.
"Setelah aku membentak dan mengabaikanmu?"
Jisung kembali mengangguk.
"Kau tidak marah?"
Pria itu tampak terkejut. "Apa?! Tidak sama sekali! Justru aku berpikir kau yang marah padaku karena menyentuhmu tanpa izin kemarin hingga mengabaikanku. Karena itu aku mengajakmu menonton, untuk permintaan maaf."
Jisung menggoyangkan tiket yang ada di tangannya. "Jadi, apa kau ingin menonton denganku?"
Chenle bisa saja menolak, tapi entah mengapa Jisung terlihat sangat ingin pergi dengannya dan mengingat bagaimana dia membentak pria ini tanpa alasan jelas kemarin, ketidakmampuan Chenle untuk menolak bertambah.
"Kurasa aku bisa menyisihkan beberapa jam."
Chenle bangun dan mengeluarkan clutch bag-nya yang ada di laci meja kerjanya dan berjalan keluar bersama Jisung. Chenle berhenti di depan meja kerja Renjun yang berada di depan ruangannya—tampak seperti meja resepsionis—dan menggigit bibirnya sesaat sebelum berbicara dengan sang pemilik meja.
"Aku akan keluar, tolong kosongkan jadwalku hingga pukul tujuh."
"Ya, Hoejangnim." Renjun membalas dengan sopan.
Chenle meremat clucth bag-nya seraya pergi meninggalkan Renjun.
"Renjun Hyung tidak seperti biasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ran [JiChen | ChenJi] ✓
Fanfiction✨A Story by Z✨ "Kau berubah." "Berubah... apa kau bahkan tahu apa yang berubah?" "Kau jadi lebih dingin padaku. Sebenarnya ada apa?" "Lee Jeno, tidak tahu malu." -- "Apa ada masalah, Jisung-ssi?" "Boleh aku meminta saran?" "Jika kau harus melakukan...