Chenle menghela nafasnya penuh kelegaan begitu pembacaan keputusan selesai. Kini, dia sudah tidak lagi berstatus pasangan Jeno setelah lima bulan mengurus dan menjalani semua yang diperlukan untuk berpisah dari pria itu.
Chenle memandang Jeno yang berada di seberangnya seraya memainkan antingnya. Kelegaan dapat Chenle lihat menghiasi wajah pria itu, tapi Chenle juga bisa melihat beban yang menahan pria itu dari tersenyum lebar.
Lima bulan yang lalu, Yoo Daepyo memberikan semua laporan dan file yang perlu Chenle lihat. Tidak, Jeno tidak melakukan korupsi, pria itu hanya terlalu bodoh hingga terdapat miss-management yang cukup merugikan. Tidak ingin membuat sedih ayah mertuanya, Chenle melaporkannya. Tidak hanya asal tuduh, Chenle membuktikannya dengan bukti yang tersedia. Chenle ingat reaksi ayah Jeno, tidak histeris sama sekali dan dengan tenang meminta Chenle menghubungi Yoo Daepyo untuk mengadakan rapat. Rapat itu hanya sebagai formalitas untuk memberi tahu bahwa Jeno tidak lagi memegang jabatan direktur utama, karena setelah menghubungi Yoo Daepyo, ayah Jeno meminta Chenle untuk menghubungi Jeno dan memberitahunya bahwa pria itu dipecat.
Lee Jeno sekarang hanya sebuah kerikil jalanan di antara banyak kerikil jalanan. Itu akibatnya ketika kau meremehkan sesuatu yang seharusnya tidak kau remehkan.
Itu akibatnya jika melawan Zhong Chenle.
Jeno kehilangan jabatannya, kehilangan uangnya, kehilangan rumahnya karena rumah mereka terdaftar atas nama Chenle dan ayah Jeno tidak menerima pria itu di rumahnya. Namun, setidaknya pria itu masih memiliki pujaan hatinya, Freesia-nya.
Chenle bangun dan melangkah pergi bersama pengacaranya, meninggalkan Jeno yang terdiam di tempatnya. Chenle sama sekali tidak kasihan dengan pria itu, keadaan Jeno tidak begitu menyedihkan. Pria itu memiliki peluang untuk membangun sesuatu dari nol jika saja dia melakukannya dengan cermat dan baik. Ditambah, ada Jaemin yang siap menampung pria itu.
Setelah berterima kasih pada pengacaranya dan berbincang beberapa saat, Chenle melangkah mendekati pria yang bersandar di pilar yang tidak jauh dari pintu masuk gedung. Pria itu menatapnya dengan senyum lebar di wajahnya dan Chenle membalasnya dengan wajah angkuh khasnya.
"Lihat siapa yang bukan lagi pasangan orang lain." Jisung berucap penuh rasa senang.
"Oh? Memangnya kenapa jika aku bukan lagi pasangan orang lain?"
Jisung mengeluarkan kotak cincin dari saku jasnya, kotak cincin yang terakhir kali Chenle lihat di restoran rumahan ketika Jisung melamarnya. Chenle terkekeh pelan dengan wajah angkuhnya. "Oh? Apa itu?" Tanyanya, berpura-pura tidak tahu.
Jisung mendekati Chenle dan menatap lelaki itu lekat. Chenle pikir Jisung akan kembali melamarnya, tapi pria itu memasukkan kotak merah tersebut ke dalam sakunya. Kekecewaan menerpanya, tapi Chenle menyembunyikannya dengan baik.
"Setelah kupikir lagi, tidak etis melamar setelah kau bercerai. Mari kita tunggu beberapa waktu lagi. Aku tidak ingin kau digunjingi hanya karena memiliki pasangan setelah bercerai." Jisung tersenyum dan dalam senyum itu, Chenle dapat melihat kekecewaan dan keseduan.
Chenle menepuk pundak Jisung seraya tersenyum kepada pria tersebut. "Maaf."
Jisung menggeleng. "Tidak perlu, aku masih bisa melamarmu lain waktu." Kini senyum pria itu sepenuhnya dikuasai kegembiraan. "Mari kita rayakan perceraian—"
"Aku ada pekerjaan dan kau juga. Mari tunda perayaannya." Chenle memotong kemudian melangkah mendahului Jisung.
Jisung menyusul Chenle dengan cepat. Pria itu memberikan tatapan memelasnya kepada Chenle yang hanya bersikap acuh tak acuh. "Ayolah, sisihkan tiga jam untukku."
"Dengan tiga jam ada banyak hal yang bisa kau dan aku selesaikan. Lebih baik dipakai untuk itu, benar bukan?"
"Eii, ini hari yang istimewa, bukan begitu?"
Chenle melirik Jisung dan terkekeh melihat wajah pria itu, tapi kemudian wajahnya kembali menjadi datar. "Tidak." Tolaknya lagi.
Jisung melangkah cepat agar bisa melangkah mundur di depan Chenle. "Ayolah."
"Jika kau bisa menahan keinginan ini selama satu minggu, kita akan merayakannya bersama dengan Kang Ahjussi dan Hong Ahjumma di rumahku."
Langkah Jisung terhenti, membuat Chenle mau tidak mau juga menghentikan langkahnya. Mata pria itu terbelalak lebar.
Jisung merasa seperti dikenalkan pada dunia yang baru ditemukan, dia merasa sangat terkejut Chenle mengundangnya ke rumah lelaki itu.
"Kau mengundangku?" Tangan Jisung menyentuh dadanya.
Chenle memutar bola matanya. "Tidak ada lagi yang sedang berbicara padaku, Park Jisung."
"Wah..." Jisung tertawa sesaat. "Kau mengundangku ke rumahmu." Pria itu berbicara seolah dia masih tidak memercayai perkataan Chenle.
"Kenapa?"
"Kau tidak tampak seperti orang yang seperti itu." Jisung menjawab.
Chenle terdiam sesaat sebelum menghela nafasnya. "Kita berempat di sana dan hanya makan malam biasa. Tidak lebih dari itu."
Jisung mengangguk-angguk, "Aku tahu, tapi aku pikir kau bukan tipe yang mengundang sembarang orang ke rumahmu."
"Memang bukan." Chenle menjawab.
Senyum Jisung bertambah lebar. "Itu maksudku. Itu berarti aku istimewa."
Chenle hendak membuka mulutnya untuk menjawab iya, tapi memutuskan untuk diam dan memutar bola matanya. "Sekarang minggir atau perjanjian tadi batal."
Jisung dengan cepat menyingkir dari jalan Chenle dan melangkah di samping Chenle dengan riang gembira. Chenle yang melihat itu tetap mempertahankan wajah datarnya meski musim semi terbaik bermekaran di dalam hatinya.
"Jisung," Chenle memanggil.
Jisung menoleh. Wajah pria itu menunjukkan bahwa dia lebih dari siap untuk mendengarkan Chenle.
"Merci de faire partie de ma nouvelle vie*."
"Waah... apa artinya?" Jisung mengerutkan dahinya.
Tawa Chenle pecah mendengar pertanyaan Jisung, kepalanya digelengkan. "Kupikir kau mengerti, tapi tidak apa. Itu tidak begitu penting. Mobilku di sana, di mana mobilmu?" Chenle menunjuk ke arah tempat Kang Ahjussi memarkir mobil.
Jisung menunjuk arah yang berlawanan dengan Chenle. "Sayangnya berlawanan."
"Sampai jumpa. Aku sibuk, jadi jangan mengganggu atau perjanjiannya batal."
Bibir Jisung mencebik kecil, tapi pria itu mengacungkan satu ibu jarinya dengan setengah hati. "Baik."
Chenle melangkah menjauh dari Jisung, sementara Jisung masih diam di tempatnya, memandangi punggung Chenle yang menjauh dengan senyum di wajahnya.
"De rien, mon précieux*."
--
*Terima kasih telah menjadi bagian dari kehidupan baruku*Sama-sama, sayangku.
Tamat
--
Akhirnya setelah kurang lebih empat bulan, Ran tamat~Ekhm, ada lanjutannya, tapi dengan judul berbeda. Gimana menurut kalian? Lanjutan ChenJi tentu aja dan... masih ada NoMin. Yep, belom selesai ChenJi sama mereka hahaha.
Tapi sampai ceritanya Z ketik sampai selesai, Z istirahat dulu atau nanti Z selingin sama cerita lain. Z belum tau, tapi kita liat nanti ( ◜‿◝ )
Sampai jumpa lagi~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ran [JiChen | ChenJi] ✓
Fanfiction✨A Story by Z✨ "Kau berubah." "Berubah... apa kau bahkan tahu apa yang berubah?" "Kau jadi lebih dingin padaku. Sebenarnya ada apa?" "Lee Jeno, tidak tahu malu." -- "Apa ada masalah, Jisung-ssi?" "Boleh aku meminta saran?" "Jika kau harus melakukan...