"Cara orang tua mencurahkan kasih sayangnya memang berbeda-beda. Terkadang dengan waktu, perhatian atau bahkan hanya dengan materi. Namun, seperti apa pun bentuknya, seorang anak harus tetap menyimpan rasa hormat pada kedua orang tuanya."
—Love Math—
***
Dimas dan Yasmin langsung berlari menyusuri koridor Rumah Sakit setelah mendapatkan informasi dari resepsionis tentang keberadaan Aisyah yang kini menempati ruang UGD. Di depan pintu kamar, mereka menemukan seorang wanita paruh baya duduk di kursi tunggu sembari menutup wajah.
"Permisi, Bu!" sapa Dimas membuat wanita itu seketika melepaskan tangannya lantas mendongak.
"Kamu yang namanya Dimas?" tebaknya kontan dihadiahi anggukan oleh sang empu.
Dimas melirik ke arah pintu transparan yang berada di depannya sekilas lalu kembali menatap wajah tua dengan jejak air mata pada pipinya tersebut. "Gimana keadaan Aisyah, Bu?"
"Panggil Mbok Ani aja," ralat wanita itu segera. Kemudian ia terlihat menghela napas seraya menundukkan wajah lesu. "Mbok belum tau gimana keadaan Neng Aisyah, Dek. Dari tadi Mbok nunggu di sini tapi dokternya belum keluar dan kasih kabar."
Yasmin yang sedari tadi diam mengamati langsung mengambil inisiatif duduk di samping Mbok Ani. Ia mencoba memberi ketenangan dengan cara mengusap punggung wanita itu yang kini bergetar menahan tangis.
Dimas sendiri memilih berdiri menyandarkan punggung pada dinding menghadap keduanya. Tak lama berselang, pintu di depannya terbuka disusul kemunculan seorang wanita berjas putih dengan suster yang mengekorinya.
Menyadari hal tersebut, Mbok Ani langsung beranjak dari duduknya diikuti oleh Yasmin lantas menodong dokter dengan pertanyaan."Gimana keadaan Neng Aisyah, Dok?"
Sang dokter tersenyum. "Alhamdulillah kondisi Dek Aisyah sekarang baik-baik saja, Bu," ucapnya menciptakan helaan napas lega dari ketiga orang yang sempat diselimuti oleh rasa tegang itu. "Namun, beruntung Dek Aisyah tadi segera dilarikan ke Rumah Sakit. Kalau tidak, mungkin dia sudah terkena overdosis karena terlalu banyak mengonsumsi obat penenang. Hal tersebut amat berbahaya dan bisa berakibat fatal bahkan hingga menyebabkan kematian."
Mendengarkan penjelasan tersebut, tentunya membuat ketiga orang di hadapan dokter itu sontak diserang rasa terkejut. Terutama Yasmin. Ia tak habis pikir apa yang membuat Aisyah mengalami tekanan seberat itu hingga mengonsumsi obat penenang secara berlebihan. Dan juga, Yasmin lagi-lagi diterpa rasa bersalah sebab telah mengabaikan keadaan gadis itu tadi.
"Makasih, Dok." Dimas yang terlebih dahulu merespons. Sebab Mbok Ani dan Yasmin masih belum usai dengan keterkejutan mereka.
Dokter mengangguk dengan senyum yang masih terulas pada wajah cantiknya. "Kami permisi dulu. Mari!" ucap dokter itu lantas berlalu.
Dimas melepaskan kepergian dokter tersebut hanya dengan anggukan setelah sebelumnya sempat menggumamkan ucapan terima kasih.
"Ya Allah, Neng Aisyah!" ratap Mbok Ani kembali terduduk di atas kursi. Sementara Yasmin masih setia menenangkan wanita tua itu dengan mengusap punggungnya.
***
Dimas dan Yasmin langsung berdiri saat melihat Mbok Ani menutup pintu kamar rawat inap Aisyah. Keduanya memang tidak masuk ke dalam dan memilih menunggu di kursi tunggu.
"Terima kasih ya, Adek-adek. Kalian udah mau menemani Mbok nungguin Neng Aisyah," ucap Mbok Ani tulus.
Yasmin tersenyum. "Iya sama-sama, Mbok. Semoga Kak Aisyah segera diberi kesembuhan, ya," harapnya kontan dibalas ucapan amin oleh Mbok Ani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Math✔
Ficção Adolescente[ TEEN FICTION STORY ] Menyelesaikan persoalan matematika adalah hal biasa yang dilakukan oleh seorang Dimas Anggara. Mahasiswa Jurusan Matematika itu memang sangat pintar dalam menyelesaikan kerumitan pelajaran yang paling tidak disukai kebanyakan...