"Berani berharap, maka siap untuk menghadapi kemungkinan kecewa."
─Love Math─
***
"Mama sama Papa pergi. Jaga diri baik-baik," ujar Pira kepada sang anak yang tengah menunduk di hadapannya.
Saat ini, mereka berdua sedang berada di ruang tamu kediaman Dimas. Ditemani oleh Bunda Ika dan Dira, Yasmin sedang mendengar petuah dari sang mama.
"Rajin-rajin belajar," lanjut Pira.
"Iya."
"Jangan nyusahin Bunda Ika sama Om Tio."
"Iya."
"Jangan bikin kesel Dira."
Yasmin berdecak tak terima. "Ih, kebalik! Dira yang suka bikin Yasmin kesel, Ma."
Dira langsung berdeham. "Kaca mana kaca!" sahutnya santai.
"Dira ..., " tegur Ika.
"Tuh kan, Ma."
"Udah-udah. Kamu juga jangan suka mulai duluan." Yasmin mengerucutkan bibir sebal. Ekor matanya melirik Dira yang melempar senyuman mengejek.
"Mama jangan lama-lama ...," lirih Yasmin manja.
"Iya-iya. Gak usah lebay deh! Kalau urusan Papa sama Mama udah selesai, kami langsung pulang."
"Udah siap, Ma?" Andra muncul dari pintu utama usai memasukkan koper ke dalam bagasi. Melihat kedatangan sang papa, Yasmin langsung mendekat lalu masuk ke dalam dekapan.
"Papa ...."
Andra hanya menggelengkan kepala melihat tingkah manja sang putri. Mengusap kepala Yasmin yang terbalut kerudung instan hitam. "Udah, ah! Gak malu apa diliatin Bunda sama Dira?" goda Andra setelah melepaskan pelukannya.
"Gak tau ni anak. Kayak kita mau ke Jepang aja. Padahal kan cuma Bandung," seloroh Pira mengundang tawa semua yang ada di sana. Kecuali Yasmin tentunya. Gadis itu menatap kesal sang mama.
"Ya, udah. Papa sama Mama berangkat dulu. Jangan nakal di sini. Dengerin apa kata Bunda Ika sama Om Tio."
"Mbak Ika. Kami titip Yasmin, ya. Hukum aja ini anak kalau macam-macam!"
Ika terkekeh mendengar celetukan tetangganya itu. "Kamu gak usah khawatir Pira. Pokoknya Yasmin bakalan aman di sini."
Pira tersenyum tenang. Mbak Ika memang sangat bisa diandalkan. "Iya Mbak. Saya percaya kok."
Ika, Yasmin dan Dira pun mengantarkan Andra dan Pira hingga pintu depan.
Yasmin mencebik sedih saat mobil kedua orang tuanya bergerak meninggalkan halaman rumah. Tangannya tak berhenti melambai hingga kendaraan beroda empat tersebut hilang di balik pagar.
"Yasmin, ayo masuk!" Ajakan Ika membuat Yasmin menoleh pada ibu dan anak yang sedang menatapnya prihatin tersebut.
Dengan bahu merosot, Yasmin melangkah mengekori Ika dan Dira. Baru beberapa langkah, ia kembali menengok ke belakang berharap kedua orangtuanya kembali. Tapi harapannya sirna saat tak ada tanda-tanda kemunculan mereka.
***
Yasmin tertawa mendengar guyonan Om Tio. Gadis berpiama merah muda itu tidak menyangka bahwa ayah dari sang sahabat ternyata memiliki selera humor yang cukup tinggi. Selama ini yang ia tahu, Om Tio adalah sosok yang pendiam, kalem dan cukup tegas. Berbeda dengan malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Math✔
Fiksi Remaja[ TEEN FICTION STORY ] Menyelesaikan persoalan matematika adalah hal biasa yang dilakukan oleh seorang Dimas Anggara. Mahasiswa Jurusan Matematika itu memang sangat pintar dalam menyelesaikan kerumitan pelajaran yang paling tidak disukai kebanyakan...