Dear, sahabat haluku. Kalau memang suka sama ceritaku dan baca dari awal, tolong tunjukkan eksistensinya ya. Jangan cuma setengah-setengah, apa lagi muncul pas akhir aja. Kalau kamu memang menikmatinya secara keseluruhan, beri bintang di setiap part. Kecuali kamu memang betul-betul meninggalkan cerita ini.
Maaf, kalo kesannya aku memaksa. Tapi percayalah, semua penulis di wattpad ini membutuhkan itu hanya sebagai penyemangat aja kok untuk kami. Berarti karya kami memang benar-benar ada penikmatnya.
Aku enggak marah. Justru aku bersyukur banget karena kamu memilih ceritaku di antara cerita luar biasa lainnya. Lagi pula aku rasa menekan bintang di pojok kiri tidak terlalu sulit ya. Kalau kamu menekannya pada waktu offline, bintang itu akan tetap terkirim. Terima kasih sudah berkunjung🌼
____________________
"Kesempurnaan yang kerap kamu anggap tiada celah, nyatanya dia memiliki secercah noda yang terselimuti oleh bungkam."
—Love Math—
***
Yasmin hanya bisa menghela napas pasrah kala lagi-lagi Daniel menuntun langkahnya memasuki stan pakaian. Sedari tadi dia berjalan di belakang pemuda itu seraya memasang tampang kesal. Bagaimana tidak? Sudah hampir tiga puluh menit selepas mereka menyelesaikan makan sore di salah satu pujasera yang berada di pusat perbelanjaan ini, Daniel terus saja melangkahkan kakinya ke sana kemari seolah tidak mengenal kata lelah.
Ketika ditanya apa yang sebenarnya pemuda itu cari, kemeja berwarna hitamlah yang menjadi jawabannya. Tetapi setiap mampir ke toko yang menyediakan pakaian tersebut, Daniel langsung menolak dan justru berpura-pura sibuk mencari benda lain. Dan kegiatan itu selalu terjadi berulang-ulang.
Yasmin kesal sendiri. Dia merasa pemuda itu seolah-olah memang sengaja mengerjainya. Kalau tahu begini, mungkin Yasmin akan langsung menolak ajakan Daniel tadi untuk menemaninya membeli sesuatu. Ternyata cara berbelanja Daniel lebih mengerikan ketimbang kebiasaan kaum wanita yang sering dikeluhkan oleh para lelaki.
"Niel, kali ini udah ya?" pintanya sontak menghentikan langkah Daniel. "Kaki aku udah pegel banget nih dari tadi ngikutin kamu."
Daniel langsung menatap ke arah Yasmin yang baru saja mengeluarkan keluhannya. Netranya mengamati tubuh gadis yang terbalut tunik polos berwarna hitam dengan jin senada itu dari atas ke bawah. Tak lama kemudian ringisan terbentuk dari bibirnya saat menyadari bahwa dia telah membuat si gadis kelelahan. Niatnya yang ingin menghabiskan waktu bersama Yasmin ternyata justru malah berakhir membuat gadis itu kerepotan.
"Eh, maaf ya, Yas," ujarnya lantas melemparkan sebuah cengiran. "Lo pasti capek ya? Ya udah kita balik aja kalo gitu. Lagian ini juga udah mau magrib."
Yasmin langsung menghela napas lega saat Daniel kembali memutar tumit keluar dari stan yang baru mereka masuki dan membawanya menuju lantai bawah. Kali ini Yasmin pun sudah mengubah posisinya menjadi berjalan di samping pemuda itu yang menenteng bungkusan berisi dua buah buku. Sebelum memutuskan untuk makan sore, keduanya memang sempat membeli bacaan sebagai referensi mata kuliah yang akan dipelajari besok.
Mereka sudah sampai di parkiran. Saat Yasmin baru saja hendak memakai helm yang diangsurkan oleh Daniel, tiba-tiba sebuah tangan merebut benda penutup itu. Ia kontan diserang rasa terkejut ketika menemukan siapa pelakunya.
"B-bang Dimas?" pekiknya lantas menutup mulut.
Daniel yang memang belum sempat melihat keberadaan sosok itu kembali menurunkan tubuhnya dari atas motor. Sama halnya seperti Yasmin, ia juga turut kebingungan mendapati kedatangan pemuda yang pernah ditemuinya tempo hari itu secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Math✔
Fiksi Remaja[ TEEN FICTION STORY ] Menyelesaikan persoalan matematika adalah hal biasa yang dilakukan oleh seorang Dimas Anggara. Mahasiswa Jurusan Matematika itu memang sangat pintar dalam menyelesaikan kerumitan pelajaran yang paling tidak disukai kebanyakan...