Bastian terbungkam, ia meletakkan telepon canggihnya di nakas dan menghampiri anak sulungnya
Ceklek
Bastian membuka kamar anak sulungnya, sementara sang pemilik kamar nampak sedang bermain video game di ponsel canggihnya
"Belajar, udah mau ujian juga," ucap Bastian
"Iya pah abis ini aku belajar," balas Fiki yang masih terpaku pada game di ponselnya
"Ujianmu kapan mulai?"
"Bulan depan pah"
"Papa mau ngomong, matiin dulu gamenya"
Fiki terpaksa mematikan game di ponselnya, dalam hati ia mendengus padahal sudah mau menang malah disuruh dimatikan, apa boleh buat.
"Jagain adik kamu," ucap Bastian serius
"Hah? Kan emang selalu Fiki jagain pah," ucapnya tak mengerti
"Kali ini harus extra," balas Bastian
"Lah kenapa?"
"Gapapa"
"Kenapa sih pah?"
"Kamu tau Alif?" Tak biasanya Bastian serius bila berbicara dengan kedua anaknya dan itu membuat Fiki keheranan
"Hah? Siapa tuh? Oooo yang itu..."
"Yang mana emangnya?" ucap Bastian tak yakin anak sulungnya masih ingat
"Gatau, hehe," ya Fiki mencoba untuk mencairkan suasana
Bastian menatap datar Fiki, oh ayolah dia tak ingin bercanda saat ini
Fiki tersenyum kikuk, ayahnya kalau sudah serius agak menyeramkan memang
"I-iya yaudah maaf, emang orangnya yang mana pah?" tanya Fiki
"Yang-"
"Kiran pergi dulu," suara itu menghentikan percakapan mereka
"Fik, kejar adikmu, temenin dia!"
"Hah? Emang kenapa sih pah?"
"Udah cepetan gausah banyak tanya! Papa setengah jam lagi ada meeting, kamu aja yang temenin dia! Cepetan! Pake mobil jangan pake motor!"
"Iya iya," ucap Fiki sambil berlati menuruni tangga untuk menyusul adiknya. Hampir saja ia jatuh dari tangga
"Kir"
"Napa bang?"
"Gue anterin," ucap Fiki
"Dih, ngapain? Gue bisa sendiri"
"Disuruh papa, bentar gue ganti baju dulu"
"Ih lama lu mah ganti bajunya, gue mau cepet cepet"
Fiki berjalan ke arah keranjang pakaian kotor dan mengambil satu celana jeans dari dalam sana
"Ih jorok lu!"
"Katanya mau cepet cepet, lagian ni celana baru gue pake sebentar," ucap Fiki sambil melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mengganti celana
Tak lama kemudian ia sudah siap dengan kaos dan celana jeans
"Udah ayo," ucap Kirana
Fiki mengambil kunci mobil lalu mereka berdua masuk ke mobil
"Mau kemana?"
"Ke rumah temen gue"
"Ya dimana kir? Emang gue cenayang bisa tau rumah temen lu dimana"
"Eh iya lupa, di perumahan bumi aman"
"Oke"
"Eh bang"
"Hm?"
"Kenapa tiba-tiba papa nyuruh lu nganterin gue?"
"Gatau gue juga, tadi tuh papa masuk ke kamar gue terus dia bilang kalo gue harus ngejagain lu"
"Hah? Kok aneh?"
"Gatau lah, papa tadi sempet ngomongin Alif, lu kenal?"
"Siapa tuh? Ga pernah denger gue"
Fiki mengendikan bahunya
Hening melanda mereka, tiba-tiba ponsel Fiki berbunyi
"Bang, hp lu bunyi noh"
"Tolong angkatin Kir"
"Oke"
Kirana mengangkat telepon yang ternyata dari Aldi lalu menyalakan speaker agar abangnya bisa berbicara langsung orang yang ada di telepon.
"Bang..," bisik Kirana pada Fiki
"Halo bang," ucap Fiki pada Aldi
"Oy Fik, lagi dimana lu?"
"Nganterin adek gue bang"
"Utututu abang yang baik"
"Hm"
"Nganterin kemana Pik?"
"Ke rumah temennya di perumahan bumi aman,"
"Kebetulan, Fany juga mau kesana katanya mau ngasih barang temennya yang ketinggalan, namanya Ke-Korin ya? Ya itulah pokoknya"
"Karin bang, korin matamu dikira jin kali"
"Nah iya itu, tolong ya, sekalian lu gebet juga gapapa lah, gue ada urusan ni"
"Siap bang"
"Jagain adek gue"
"Iyaa ampun dah, tenang abang ipar"
"Iye gue aminin jadi abang ipar lu"
"Yaudah gue otw"
"Sip"
Kirana mematikan ponsel Fiki, tersirat kebahagiaan di wajah Fiki
"Nyengir lu ketemu gebetan"
"Yee sirik lu, jangan judes makanya, gaada yang mau kan jadinya ama lu"
"Heh! Terakhir gue di deketin cowok langsung babak belur lu bikin, bukan salah gue lah"
"Dih, cowok kayak gitu masa lu mau, udah pakboy, kere lagi"
"Serah lu deh bang"
"Iya lah orang ganteng mah terserah aja"
"Hm"
Tak lama merekapun sampai di rumah Fany. Fany yang dudah sedari tadi menunggupun masuk ke mobil lalu mereka melanjutkan perjalanan
"Karin ketinggalan apa Fan?" ucap Fiki membuka pembicaraan
"Casan kemarin pas lagi ke perpus"
"Ooo"
"Bang, kak," Kirana memanggil mereka dari belakang
"Kenapa Kir?" ucap Fany
Fiki ikut memalingkan pandangannya kearah Kirana
"Kok motor yang itu kayak ngikutin kita ya?"
"Hah? Perasan kamu doang kali Kir"
"Mungkin.."
Hai kawan kawan
Kangen gak nii
Ditinggal 2 minggu udah 1k reader aja
Makasih yaaOh iya hari ini double update yaa
Chapter 20 author up agak sore
Gimana ceritanya teman?
Author pen nanya deh
Cerita ini kalian tunggu tunggu ga si? Atau biasa aja?
Udah segitu dulu aja
Play hard, study hard, istira hard
Byeee
KAMU SEDANG MEMBACA
Coba Dulu Cintaku | UN1TY
FanfictionKunikmati cinta sendiri dulu Walau harus pahit ku telan sakitku. Itulah yang dirasakan Fiki, menunggu tanpa kepastian di tengah kesedihan hatinya