6. SEBATAS TEMAN

62 25 4
                                    

Semua siswa telah berhamburan keluar kelas dengan terburu-buru entah karena sudah lapar ingin pulang, atau ada kegiatan lain setelahnya.

Drrttt...ddrrtt...ddrrtt
Handphone Elenna bergetar beberapa saat, dengan cepat ia ambil dari saku baju nya dan ternyata itu adalah telepon dari Alicia.

"Dek, kakak nggak bisa jemput kamu. Nanti pulang sama temen mu nggak papa kan? Tapi langsung pulang ke rumah jangan pergi main sebelum ganti baju"
Ucap seseorang dari balik telepon.

"Iya kak siap"

"Satu lagi, kayaknya besok kakak nggak jadi libur deh gara-gara harus revisi ulang jadwal pelatihan jadi besok berangkat. Nanti malam juga keknya kakak lembur pulang tengah malam, gimana dong?"

"Ya nggak papa, tapi aku kesepian dong huhu."

"Alah dalem hati mesti seneng banget kakak tinggal."

"Nggak deng."

Elenna segera mematikan sambungan telepon dari kakaknya, dan menaruh handphone nya di tas.

"Eh Sya, katanya nanti malam jadi ada balapan motor kan?. Gue ikut ah kakak gue nggak jadi libur dan katanya pulang lembur sampai malem, kan kesempatan hahaha."
Ucap Elenna pelan agar tidak terdengar anak lain.

"Wah serius? Gue juga berarti harus ikut nih. Oh iya motor lo mau diambil kapan weh."

"Lah iya hampir lupa, kalian siapa yang bawa motor sendiri?."

"Gue, tapi motornya Mama."
Jawab Arasely langsung.

"Habis ini anterin aku ambil motorku dong Ra, ke bengkel langganan Gibran."
"Nggak jauh kok."

"Okay, sekarang nih?."

"TAHUN DEPAN!."
Jawab Tasya, Elenna, dan Felsya bersamaan.

☁️☁️☁️

Elenna sudah kembali menjemput motor kesayangannya dari bengkel, dengan masih memakai seragam sekolah. Di setiap melewati gang, tampak beberapa gerombolan orang yang sedang di depan rumah memperhatikan Elenna melewati mereka, terdengar beberapa yang membicarakan buruk tentang nya gara-gara dirinya sering kepergok pulang malam menggunakan motor yang mencolok.

Elenna yang sudah terbiasa akan hal ini hanya menanggapi nya dengan santai tak menjadikannya beban, toh bukan urusan mereka juga mencampuri urusan pribadi orang lain.
Para tetangga Elenna memang seperti kurang suka dengan keberadaan dirinya dan sang kakak, lantaran tentang masa lalu Ibu nya yang diduga menjadi pelakor atau dirumorkan menggoda suami orang lain di daerahnya, tapi itu belum pasti terjadi sebenarnya.

Namun, itu semua hanya masa lalu, buah jatuh tidak selamanya dekat dengan pohon nya. Bisa jadi buah itu pergi terkena angin atau hal ilmiah lain, yang berarti bisa tumbuh berbeda menyesuaikan lingkungan yang jauh dari pohonnya.

Elenna melemparkan tas nya ke tempat tidur nya, untungnya kasur miliknya lembut dan tidak keras sehingga tidak merusak barang-barang didalam tasnya.
Mengganti bajunya dan bersiap makan siang, Elenna hanya memakan beberapa roti yang ada di lemari dapur dengan olesan selai coklat.

Duduk santai diatas sofa berwarna putih, dan menyalakan televisi didepannya. Beberapa menit Elenna tertidur, sekarang bukan lagi dirinya yang menonton televisi, melainkan televisi yang menonton dirinya tidur dengan mulut sedikit terbuka.

Toktoktok!
Elenna tersentak kaget, dan mengucek sekilas mata nya, dan segera membuka kan pintu.
Ternyata itu Gibran yang membawakan beberapa makanan dan minuman untuk Elenna.

DARLENNA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang