45. WE ARE FAMILY?

17 3 0
                                    

Savira dan Gibran sementara di amakan oleh aparat kepolisian, Ricko dan Ericka langsung bergegas menyusul Elenna dan berniat untuk memindahkannya ke rumah sakit yang sama dengan kedua temannya.

"Ericka, ayah minta maaf selama ini kurang perhatian sama kamu. Dan ayah sangat terimakasih atas semuanya."
Ricko memeluk Ericka dengan erat, ia masih tidak percaya dengan semua kenyataan pahit ini.

"Tapi ayah masih ragu, apakah memang benar jika Elenna adalah anak ayah juga?."
Ericka melepaskan pelukannya, dan tersenyum.

"Ayah, Ericka sudah buktikan kalau Elenna memang sebenarnya anak kandung ayah yang hilang. Begitu juga dia adalah adik kandungku, yang seumur hidup aku cari selama ini."

"Ayah tahu siapa saja yang mendonorkan darah saat ayah kecelakaan?."

"Bukannya cuma kamu ya?."
Ericka tersenyum.

"Elenna juga mendonorkan darahnya untuk ayah. Karena kita bertiga punya gol darah yang sama."
Ricko sedikit melotot, jujur ia masih kurang percaya dengan bukti bahwa Elenna adalah anak kandung keduanya.

Tidak menyangka seseorang yang ia cari justru sebenarnya sudah berada di sampingnya dan sangat dekat, namun kenapa ia tidak pernah tahu itu?.

"Ayah tidak akan tahu semuanya kalau kamu tidak pulang ke Indonesia Ericka. Pak supir, ayo cepat saya ingin bertemu dengan anak saya."
Supir pribadi itu langsung melajukan mobilnya dengan sedikit cepat.

☁️☁️☁️

"Bagaimana dokter kondisi anak saya?."
Ricko langsung menemui dokter dan suster yang baru saja keluar dari ruangan Elenna.

"Nona Elenna sepertinya masih trauma dengan kejadian itu, saat ini kami sudah memberikan obat tidur sementara agar sudah bisa beristirahat."
Jelas dokter berkacamata itu.

"Tadi malam, dia menangis kencang, dan selalu bersembunyi di sudut kamarnya. Untuk sementara waktu jangan biarkan dia menemui orang banyak."
Lanjutnya.

"Bolehkah kami masuk dok?."
Dokter itu menoleh ke arah suster dan mengangguk.

"Baiklah, tetapi jangan terlalu lama. Obat bius nya hanya beberapa menit saja, karena tadi dia sempat mengamuk."

Ricko dan Ericka langsung masuk ke dalam, di sana Elenna sedang tertidur pulas. Wajahnya masih pucat dan tampak lebih kurus, karena kata dokter Elenna tidak nafsu makan dan sering mengalami gangguan mental.

Ricko mengusap lembut pipi Elenna, air matanya menetes tiba-tiba, Ericka meliriknya dan Ricko segera menghapus air matanya.

"Ayah mau kemana?."
Tanya Ericka setelah Ricko ingin pergi.

"Ke toilet sebentar."
Ericka hanya mengangguk, karena di rasa Ricko sudah lumayan baikan. Tinggal luka luar yang belum kering. Untung saja kecelakaan itu tidak menimbulkan cidera atau patah tulang sehingga tidak terlalu parah.

Tak selang beberapa menit, terdengar banyak suara di luar ruangan. Ericka pun mengeceknya, ternyata itu Tasya, Arasely dan Alicia yang datang.

Alicia menatap Ericka dengan tatapan tajam dan langsung menghampirinya. Alicia mengangkat kerah baju Ericka, membuat Tasya dan Arasely mencoba menenangkannya.

"ADIK GUE DIMANA!. KENAPA ADIK GUE BISA KAYAK GINI!."

"To--long lepasin dulu, aku bisa jelaskan semuanya."
Ericka tampak susah bicara karena lehernya hampir tercekik oleh tangan Alicia.

"JELASIN APA LAGI! GUE UDAH TAHU SEMUANYA! LO DAN ADIK LO EMANG SAMA! GARA-GARA ADIK LO ITU, ELENNA JADI KAYAK GINI!."

"GUE SAMA GIBRAN BEDA! GIBRAN BUKAN ADIK GUE! GUE NGGAK PERNAH NGANGGAP GIBRAN ADIK GUE! PAHAM!."
Kini nada bicara Ericka juga ikut meninggi.

DARLENNA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang