Part 9

38 25 112
                                    

Apa kabar kalian?
Semoga sehat-sehat terus ya :)

Belum aku revisi ya ini, jadi kalo ada salah kata atau kalimat. Mohon di maafkan:)

Ini aku nulis disaat otakku lagi gak gak fokus heheh,

Happy Reading 💖

Rangga yang sedang mengendap-endap untuk masuk ke dalam rumahnya, karena ada Safira yang anteng duduk di ruang tamu. Apalagi kalo mau menuju ke kamarnya harus melewati ruang tamu dulu, di tambah Safira yang pastinya menanyakan tentang mengapa ia pulang terlambat. Pasti akan lama nantinya, ia tak ingin adiknya mengetahui penyebab luka-luka yang ada di wajahnya.

"Aduh, Safira Buru pergi ke kamarnya kek atau gak ke dapur gitu hus hus pergi Fir pergi, gw kan mau masuk ini," katanya sambil menggerakkan tangannya seperti orang yang sedang mengusir hewan.

"Bodo ah, gw tetap masuk aja. Masa iya gw di luar terus sih, udah kaya pengemis aja gw. Eh pengemis juga punya rumah kan," Rangga ngomong sendiri, sampai tidak sadar penjaga rumahnya menghampiri dirinya dan langsung memegang bahu Rangga.

"AYAM LU GILA!" latahnya.

Hal itu membuat Rangga jadi terlonjak kaget, akibat ulah penjaganya itu. Untungnya dia tadi latahnya tidak mengeluarkan suara yang keras, "Bapak ih kalo mau ngagetin bilang - bilang dulu kenapa sih," penjaga rumahnya hanya senyam-senyum saja, seperti tidak melakukan apa-apa.

"Maaf mas Rangga, saya cuman mau nanya aja kenapa mas masih di luar? Maaf juga kalo saya bikin mas kaget tadi," penjaga rumahnya itu pun langsung menyatukan ke dua telapak tangannya, dan meminta maaf.

"Iya pak iya, saya maafin kok heheh.."

"Saya takut ketahuan sama orang rumah karena wajah saya lagi luka nih," Rangga menunjukkan lukanya itu ke penjaga rumahnya dan itu membuat si bapak jadi ingin bertanya lagi.

"Itu kenapa mas? Kok mukanya jadi pada luka semua?"

"Biasa anak muda pak, tapi saya tetap ganteng kan?" dengan pedenya ia berucap seperti itu, tapi emang wajahnya ganteng meskipun ada luka.

"Iya mas, mas tetap ganteng kok. Tapi mas Rangga harus masuk, dikit lagi mau magrib loh."

"Nanti aja deh pak, masih ada Safira noh di ruang tamu."

"Ya udah mas Rangga, kalo gitu saya balik lagi ke tempat." Rangga hanya memberi jawaban deheman saja.

Rangga yang kebelet pipis pun akhirnya dia nekat untuk masuk ke rumahnya. Dia langsung berlari ke kamar tanpa mensauti panggilan dari Ade nya, Safira.

"Iihh, abang kan aku manggil dari tadi. Tapi masa gak disautin dah," Fira kesal akibat Rangga yang tidak menyahutinya.

"MAAF! ABANG KEBELET FIR," Rangga berteriak.

"ABANG PIPISNYA NANTI AJA!" teriak Fira.

"Ade gw ada-ada aja sih, masa iya gw kudu nunda pipis. Apalah daya nanti sama burung gw, dahlah gw mau mandi aja."

Rangga yang masih di kamar mandi pun langsung lanjut mandi, tanpa menyiapkan pakaiannya terlebih dahulu. Saat sedang mandi ia jadi kepikiran dengan seorang gadis yang diam-diam menyukainya. Belom lama ini, ia bertemu dengan seorang gadis, yang pernah menjadi teman kecilnya saat masih duduk di bangku SMP.

Di lain tempat, Reano yang sedang di obati lukanya oleh sang mama hanya diam tanpa ingin bicara. "Reano kamu jangan berantem mulu nak, kamu itu anak mama satu-satunya."

"Nanti kalo kamu kenapa-napa gimana? Kan mama juga yang pusing," lanjutnya.

"Reano!" mamanya mengeraskan suaranya karena Putranya hanya diam saja sejak tadi.

Our Story (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang