part 27

8 2 0
                                    

Belum di revisi, gaess.

Happy Reading💖💖

2 bulan kemudian..

Ini sudah bulan ke empat, seluruh siswa dan siswi akan menjalankan ujian pada beberapa hari lagi. Safira yang sedang galau, kini mencoba fokus untuk belajar agar mendapatkan nilai tertinggi lagi. Ujian kemarin di bulan Februari, Safira mendapatkan nilai yang menurut dirinya tidak bagus. Nilai Safira di rapot turun hanya tiga angka  saja, dan rangkingnya pun hanya turun satu angka saja.

Bagi keluarga dan sahabat-sahabatnya Safira, nilai raport Safira masih terbilang bagus hanya beberapa saja yang turun. Seperti, Matematika yang biasanya dapat nilai 95, kini menjadi 92. Dan bahasa Inggris yang biasanya dapat nilai 100, kini menjadi 98. Nilai segitu di bilang turun? Apa kabar dengan nilai teman-teman yang lain?

Safira ingin memposisikan nilai tertinggi lagi, agar dirinya tidak mengecewakan keluarga. Padahal Rangga pernah bilang, 'Belajarnya jangan sampai segitunya banget, Saf. Boleh belajar, tapi jangan terlalu capek, Saf. Belajar itu harus di kasih waktu, kayak misalnya; dua jam atau tiga jam, gitu. Yang paling penting itukan di pahami, bukan di hafalin. Dan ... yang paling pentingnya lagi adalah jaga kesehatan tubuh, kalau tubuhnya sakit bagaimana bisa belajar lagi? Otak juga butuh istirahat, Saf.' Sebenarnya Safira juga tidak paham dengan apa yang Rangga pernah ucapkan pada dirinya. Cuman ia hanya menjawab kata 'Iya', agar Rangga tidak mengganggu dirinya saat itu.

Rangga datang ke kamar adiknya, dan kebetulan pintu kamar Safira juga tidak tertutup dengan rapat. "Safira, kamu udah makan?" tanya Rangga, yang sudah berada di dekat pintu.

"Udah kok," jawab Safira cepat. Safira tidak menoleh ke arah abangnya, dirinya lebih fokus ke buku pelajaran yang kini sedang ia baca.

"Safira?" Rangga berjalan mendekati sang adik, dan duduk di tepi ranjang. "Kamu jangan belajar mulu, dong. Kan, nilai kamu masih bagus-bagus Saf? Belajarnya jangan terlalu over begitu, nanti pusing sendiri loh."

Safira tidak memedulikan ucapannya Rangga. Rangga yang merasa di cuekin adiknya sendiri, dirinya langsung turun ke bawah.

Rajin banget ya, si Safira?

Agil dan Reano datang tanpa adanya perjanjian. Mereka berdua tiba-tiba datang ke rumah Rangga hanya untuk  bertamu atau untuk melihat Safira yang sudah lama tidak keluar rumah? Entahlah, kedatangan mereka berdua ke rumah Rangga itu untuk apa.

Safira menjadi anak rumahan setelah melihat nilai raportnya turun. Hal itu membuat Reano menjadi gelisah dan terus memikirkan tentang gadis tersebut. Reano sudah berusaha agar tidak memikirkannya namun, tidak bisa karena bayang-bayang Safira selalu muncul terus menerus.

"Assalamualaikum!" ucap Agil dan Reano secara berbarengan. Dirinya masuk ke kedalam rumah.

"Waalaikumsalam, Reano dan Agil. Wih, kalian berdua makin gede makin ganteng aja nih," puji papa Safira.

"Ah, si Om bisa aja heheh," sahut Agil.

"Safira juga makin cantik, Om." puji Reano tersenyum.

"HEH, HEH! BISA BENER DAH, PUJI BALIK BAPAKNYA KEK! BUKAN ANAK GADISNYA!" tutur Agil.

"Tapi kan, emang bener kok! Kalau Safira itu makin cantik," ucap Reano tak mau kalah.

Reano beralih ke bapak dua anak ini. "Oh, iya Om. Safira nya ada?" tanya Reano.

Bapak dari dua anak ini tersenyum, "Ada di kamar, dia. Dia juga gak mau keluar kamar."

"Itu dia ngapain aja, di kamar?" tanya Agil.

Our Story (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang