Part 11

12 5 2
                                    

Gimana sih, rasanya punya temen yang bar-bar? Apakah dia malu-maluin kalian atau tidak sama sekali?

Maaf banget ya, kalau ada ke typoan atau ada kesalahan kata 🙏😅

Happy Reading 💖💖

Rudi kembali ke tempat tukang es krim, melihat Safira yang tersenyum membuat dirinya jadi semakin ingin selalu berada di dekatnya terus. Mereka tidak tau saja, bahwa ada beberapa orang yang sedari tadi mengikuti mereka terus. Siapakah orang-orang itu? Mau apa dan tujuannya apa?

"Tuh Rudi tukang masak kenapa dah?" tanya Agil.

"Jelas-jelas dia abis nerima telpon juga!" mulutnya Agil memang berisik gak bisa diam, dan itu membuat Aji jadi menimpalinya.

"Kok lu ngegas dah anjing!"

"Lah, itu lu juga ngegas!"

"Lu berdua berisik banget si bangsat, nanti kita ketauan nyet!" sarkas Reano.

"Astagfirullahaladzim, siapa yang mengajarkanmu seperti itu nak? Minta di cium monyet nih pasti," sebagian mereka hanya tertawa kecil.

"Tumben-tumbenan lu istighfar, biasanya juga kaga?" celetuk Aji.

"Emang ngapa sih, masalah buat bapak lu!" ujar Agil.

"Dih, bocah nya gak jelas! Bawa-bawa bapak," ujar Dion.

"Lu lu pada berisik sekali lagi, bener-bener gw buang ke jurang!" ancam Reano.

"Oke, teruntuk mulutku yang seksi, diem ya diem. Bos ku marah, dan aku gak mau di buang. Masa iya orang ganteng di buang, kan tambah ganteng nantinya." Temannya yang berada di samping menatapnya dan mengerutkan keningnya.

"Ewwhh, isshh jijik lu. Ngomong nya sok imut, padahal mah amit-amit."

"Tunggu-tunggu, tadi kan kata lu. Lu kalo di buang makin ganteng? Kok bisa?" bos nya bertanya, karena dari pada kepikiran gak bisa tidur kan? Cuman karena penasaran sama omongan anak buahnya.

"Kan kalo gw di buang, pasti ada yang mungut gw dong bos. Walaupun di buangnya di jurang, secara gw kan ganteng," ujarnya dan hal itu membuat dirinya mendapatkan sebuah timpukan dari samping.

"Asli gw gak ngerti dan jawaban lu gak jelas!"

"Anjirrr nih anak! Malahan minta di buang beneran."

"Heh! Lu nimpuk gw pake apaan sih? Sakit anjirr!"

"Udah-udah jangan berisik. Inget awal kita kesini untuk apa?" Reano melerai perdebatan kecil sahabatnya itu karena supaya aman dan tidak ketahuan.

"Iya, bos. Niat awalnya mata-mata in dede Safira, yang sedang bucinan sama Rudi tukang masak kan?" memang cuman dia yang masih berani menjawab omongan bos nya, padahal sudah di suruh diam tapi, malah ngejawab terus.

"Gil, pliss diem sebentaaaarr.. aja. Nanti besok gw traktir deh makan bubur di warungnya mang Uud," mohon nya ke Agil, karena sedari tadi mereka di perjalanan mulut Agil gada berhenti-berhentinya ngomong.

Iya, memang Agil dan Aji sedari tadi berisik. Mereka lebih baik jangan di satukan, karena jika di satukan akan seperti ini. Mereka berdua dari awal hingga sampai ke lokasi Safira berada masih tidak bisa diam juga mulutnya. Apalagi Agil si biang dari segala biang, Anthony yang biasanya receh dan banyak omong saja, dia hari ini lebih banyak diem nya seperti Rangga dan Reano.

"Mon maap nih ya bos Re, maksudnya tadi apaan tuh? Yang 'Nanti besok' ? Kok gw jadi gak paham sama omongan lu bos," lagi-lagi Reano di buat emosi. Agil ini senang sekali memancing emosinya terus, tapi untungnya Agil ini kesayangan Veriall. Jika bukan? Sudah di pastikan dia gak akan bisa jalan, karena ulah Reano.

Our Story (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang