Prologue

3.2K 150 7
                                    

Sepuluh tahun kemudian sudah banyak waktu berlalu, ada banyak kejadian yang bisa dijadikan pembelajaran untuk ke depannya. Dari tahun ke tahun, ada saja perubahan yang terjadi, tapi ada juga hal-hal yang tak lekang oleh waktu.

Haekal berguling kesana-kemari di ranjangnya yang masih berada di posisi sama, kamarnya masih bertema sama, bahkan sepeda yang ada di samping tempat tidurnya tetap berada di tempat, tidak ada yang berubah dari kamar masa remajanya sampai sekarang, usianya hampir menyentuh angka tiga.

Haekal adalah yang pertama pulang setelah menyelesaikan kuliah di Singapura, karena anak bos, dia pun magang di kantor ayahnya dan naik jabatan hanya dalam satu tahun bekerja. Orang-orang tidak bergunjing, mereka berkata maklum anak bos besar. Di Indonesia, anak pemilik kantor punya jabatan tinggi itu hal yang biasa, sudah dianggap memang seharusnya.

Jeno baru pulang ke Indonesia tiga tahun lalu, saudaranya itu menghabiskan waktu untuk menjadi babu di Negara orang yang katanya, gajinya sangat menjanjikan. Parahnya baru datang, Jeno langsung naik tahta tertinggi di perusahaan, menggantikan ayah sebagai CEO, sedangkan Haekal baru diangkat menjadi Direktur dua tahun lalu. Bayangkan bagaimana perasaannya menjadi bawahan Jeno?!

Saudara yang lain, Rendra tidak memiliki keinginan untuk mengambil posisi di perusahaan, jika iya pasti Rendra lah yang menempati posisi CEO, kalau itu benar terjadi maka habislah sudah masa kerja Haekal, sudah pasti Rendra akan menindasnya. Karena kecerdasannya, Rendra berprofesi sebagai pengajar sekolah tinggi di London.

Sedangkan Javin, setelah lulus dari akademi memasak terbaik di Italia, dia menjalani masa bekerja di restoran bintang lima selama dua tahun, kemudian menjadi chef di kedutaan besar Italia dan sekarang sedang berlayar keliling Dunia, Javin bekerja sebagai kepala Chef di kapal pesiar mewah yang berasal dari Dubai. Kesehariannya sekarang menyiapkan hidangan untuk para sultan Timur Tengah yang seleranya tinggi dan tidak main-main.

Berusia dua puluh sembilan tahun, punya pekerjaan tetap, berpenghasilan tinggi, Haekal tidak keluar dari rumah untuk hidup sendiri. Dia mampu secara finansial untuk membeli rumah, tapi dia tidak mampu berpisah dengan kesayangannya. Bukan ayah ataupun mami, apalagi Jeno. Kesayangannya adalah Karina Angkasa, adik perempuannya yang kini berusia tiga belas tahun. Kehadiran Karina membuat Haekal akhirnya merasakan menjadi kakak.

Jika bersama kembar empat, meskipun Haekal mendapat nomor urut dua saat dilahirkan akan tetapi Jeno dan Javin tidak pernah memanggilnya kakak, juga tidak pernah mengandalkan Haekal untuk melakukan sesuatu. Yang terjadi justru Jeno dan Javin kompak dalam memojokkannya.

Haekal sangat menikmati waktu saat Karina memintanya untuk mengerjakan tugas menggambarnya, membantu mengerjakan PR, meminta dibelikan jajan dan diantar jemput ke sekolah. Haekal dengan percaya diri mendeklarasikan diri sebagai kakak favorit Karina!

 Haekal dengan percaya diri mendeklarasikan diri sebagai kakak favorit Karina!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina Angkasa.

" Kakak, anterin yin! "

Dan nama panggilan Kayina pun tidak pernah berubah, bahkan itu menjadi nama Karina jika di rumah. Ayah, mami sampai art pun memanggil Karina dengan Kayina, panggilan Haekal dengan aksen bayi saat Karina berusia satu tahun dan mulai belajar bicara.

Can We Be Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang