Jeno : Chief Executive Officer

955 85 15
                                    

Pak CEO ketika off kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pak CEO ketika off kantor.

Pada masa remajanya, Jeno cenderung tak menginginkan banyak hal, dia menerima apa saja yang ada di hadapannya dan tidak mengeluh, ketika ia menginginkan sesuatu dan mengusahakannya kemudian gagal, dia adalah orang yang cepat bangkit.

Akan tetapi saat menginjak usia dewasa, sesuatu dalam diri Jeno tergugah, dia mulai bersikeras ketika menginginkan suatu hal. Contohnya, saat dia mendengar Rendra menorehkan banyak prestasi di masa kuliah, Jeno berusaha mati-matian untuk menorehkan prestasi yang serupa.

Mottonya adalah, jika seseorang bisa menggapai bintang, maka dia harus mampu memiliki semestanya, begitu perumpamaannya. Jeno tidak suka berekspektasi, dia adalah orang yang secara nyata berusaha dan ketika hasil usahanya tak sesuai penilaiannya maka dia akan mudah kecewa.

Jeno orang yang sedikit perfeksionis, dia menuntut kesempurnaan, bukan terhadap orang lain, akan tetapi terhadap dirinya sendiri. Level Jeno dalam bekerja sedikit lebih tinggi dari orang kebanyakan, jika dari sudut pandang pegawai, Jeno mungkin terlihat seperti orang yang gila kerja, para sekretarisnya pun mengakui jika kerja di bawah Jeno berarti siap kerja dua puluh empat jam nonstop jika diperlukan.

Padahal Jeno hanya berusaha untuk mendapatkan hasil kerja terbaik. Sifat itu membuatnya bersikap kurang fleksibel, Jeno yang menekan dirinya untuk tidak melakukan kesalahan juga menuntut orang-orang yang bekerja di sekitarnya agar tidak melakukan kesalahan sekecil apapun.

Bahkan kesalahan remeh seperti tinta pulpen yang habis saat dia hendak menandatangani berkas dan membuatnya menunda pun menjadi masalah besar, Jeno bisa mengomel seharian dengan terus mengungkit-ungkit kesalahan kecil itu, kedua sekretaris Jeno sudah hafal betul tabiat bos mereka hingga berusaha untuk menjadi sesempurna mungkin.

Tapi bagaimana pun mereka tetaplah manusia yang tak luput dari dosa, ketika sudah merasa pening, Maria, sekretaris kedua Jeno akan mengeluhkan bosnya itu di hadapan teman-temannya saat jam makan siang sambil menyebarkan desas-desus tentang bos besar yang meskipun ganteng, galaknya nggak ampun-ampunan.

Sedangkan Jaki, sekretaris utama hanya berlapang dada setiap menerima keluhan dari bos besar, Maria bahkan memberinya predikat sebagai manusia paling sabar di Dunia.

Pada pukul satu siang, Jeno kembali ke kantor setelah mengadakan pertemuan dengan investor asing, dia tidak makan dengan kenyang di restoran tadi, dia juga merasa sangat lelah hingga secara singkat membalas setiap sapaan yang terlontar padanya.

Begitu sampai di lantai enam belas dan memasuki ruangannya, dia melihat Maria berada di meja kerja, sedang fokus pada laptop sambil makan ayam geprek. Jeno jadi menginginkan menu makan siang yang sama, dia buru-buru masuk ke ruangannya, tak membalas Maria yang berdiri menyapanya.

Begitu masuk ke ruangan, Jeno dikejutkan dengan kehadiran Haekal yang duduk di sofa pojok ruangannya. Saudaranya itu bersilang kaki, bersandar pada sofa sambil membaca majalah bisnis, memberikan senyum menyebalkan pada Jeno yang mengabaikannya.

Can We Be Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang