Evening Study

852 85 9
                                    

Yuna itu memang cantik, dia tidak bersikap narsis dan mengklaim argumen itu seorang diri, banyak orang yang mengakui bahwa Yuna itu cantik.

Sebenarnya semua hal itu tergantung kepercayaan diri, dalam hal penampilan juga begitu, ada orang yang cantik tapi kurang percaya diri, Yuna bukan orang yang seperti itu, dia menjunjung tinggi kebanggaan pada diri sendiri.

Love yourself, begitulah motto hidup Yuna.

Sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan yang sudah menciptakannya dengan wajah yang rupawan, Yuna sangat menjaga penampilannya, baginya merawat diri adalah bentuk lain dari penghargaan atas ciptaan Tuhan yang berupa makhluk hidup sepertinya.

Yuna yang memang mengenal alat make up sejak dini tentu tidak pernah ketinggalan trend, penampilannya selalu up to date, entah itu dari segi gaya riasan atau fashion. Bagi Yuna cantik itu juga harus diimbangi dengan menarik.

Dia menjadi pusat perhatian secara alami, setiap dia berjalan di halaman kampus maka banyak orang akan menatap padanya, Yuna menikmati atensi itu dengan senang hati tanpa terganggu sedikit pun.

Dia yang cantik dan terkenal sebagai beauty vlogger menarik banyak lawan jenis untuk mendatanginya, sekedar berkenalan atau bahkan mengajaknya untuk hangout bersama. Yuna menjabat semua tangan yang terulur ke arahnya tanpa memilih, jika hanya untuk berteman maka Yuna tidak akan pikir dua kali, dia tipe yang mudah bergaul.

Hari ini Yuna datang ke kampus dengan tampilan kekinian, jeans abu dan atasan blus dengan bahu terbuka berwarna hitam yang dimasukkan ke dalam celana, ikat pinggang diganti dengan kain putih yang disimpul pita, sepatu tinggi tujuh centi berwarna putih dan rambut pirangnya yang dia ombak dengan cantiknya.

Dan seperti biasa dia menjadi pusat perhatian di sepanjang lorong kampus. Yuna berpas-pasan dengan Renaya yang baru saja kembali dari ruang dosen untuk mengumpulkan tugas ke Pak Rendra.

Mendengar nama dosen tersebut disebut, mood Yuna langsung turun beberapa tingkat, dia bertekad dalam hati untuk segera menyelesaikan urusannya dengan Pak Rendra kemudian jauh-jauh dari dosen yang satu itu. Yuna benar-benar ingin menjalani kehidupan kuliah yang tenang.

"Buruan sana jemput aset vlog lo!" Kata Renaya.

Mendengar tentang aset vlog yang memang disita oleh Pak Rendra, Yuna langsung semangat empat-lima melangkah menuju ruang dosen.

Tapi dalam perjalanan dia berpas-pasan dengan Jackson, kakak tingkat yang sudah dua minggu keep in touch dengan Yuna. Jackson adalah putera pemilik pabrik makanan yang cukup terkemuka.

"Mau kemana?" Tanya Jackson. Belum juga Yuna menjawab, pria itu kembali berkata. "Makan yuk ke cafe seberang jalan!" Ajaknya.

Yuna langsung mengangguk mengiyakan, dia mengecek jam tangannya, batas mengumpulkan tugas ada di jam tiga sore ini dan sekarang baru jam satu, masih ada banyak waktu jadi Yuna menyimpan tugasnya untuk nanti dan berjalan beriringan dengan Jackson.

Yuna sangat nyambung ketika bersama Jackson, kakak tingkatnya itu orang yang punya banyak topik pembicaraan, pola pikir mereka nyaris sama yaitu pola pikir anak ibu kota, muda-mudi yang sangat terbuka dengan pergaulan milenial dan tidak bisa dikekang.

Jackson bercerita jika dirinya sangat diekspektasikan oleh orang tuanya untuk memimpin perusahaan di masa depan. Yuna juga bercerita jika dirinya sejujurnya berkuliah karena tekanan dari ibunya, bukan karena pure keinginannya.

"Nyokap lo nggak setuju elo jadi beauty influencer?"

Yuna menggeleng. "Bukannya nggak setuju sih, nyokap cuma bilang kalau gue harus kuliah bisnis, yah setidaknya dapat ijazah dari sekolah bisnis lah!"

Can We Be Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang