Javin : Food For Happines

1K 96 20
                                    

Javin saat bekerja di kapal pesiar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Javin saat bekerja di kapal pesiar.

Anak-anak apa cita-cita kalian saat sudah besar nanti?

Javin masih ingat saat guru TK bertanya di senin cerah saat Javin masih duduk di kursi dengan meja bundar dan kelas yang berwarna-warni.

Dia ditunjuk dan ditanyai, "Javin, cita-citanya apa?"

Saat itu dia tidak bisa menjawab, dia menoleh pada Rendra yang ada di sampingnya dan saudaranya itu memintanya untuk menjawab. Javin menggeleng, matanya berkaca-kaca dan hampir menangis, dia tidak tahu jawabannya, ibu guru beralih pada Haekal.

"Haekal, cita-citanya jadi apa?"

"Jadi orang kaya, bu!" Jawab Haekal.

Cita-cita? Javin tidak memikirkannya sampai dia lulus SMA, dia menyukai dapur, dia suka memasak, dia suka saat saudara-saudaranya memuji masakannya dan memakannya dengan lahap.

Saat itu Javin memutuskan untuk menjadi seorang juru masak, seseorang yang membuat makanan dan menyenangkan hati orang-orang yang menyantap makanan buatannya.

Javin telah pulang pergi dari dapur ke dapur, pengalaman yang dimilikinya cukup banyak, meskipun begitu Javin tetap ingin mencari pengalaman yang baru lagi. Saat ditawari bergabung dalam acara masak yang ditanyakan televisi swasta, Javin pun menerimanya.

Kemunculan Javin ternyata cukup menyedot perhatian media, dia yang menjadi juri untuk kompetisi masak beken master chef langsung menarik wartawan untuk mengulik kehidupannya di balik layar televisi.

Latar belakang Javin sebagai putera pemilik perusahaan multinasional diketahui dan sejak itu namanya makin sering muncul di berita infotainment.

Semuanya masih berjalan dengan normal meskipun beberapa kali saat dia sedang berkegiatan, para wartawan tiba-tiba muncul dan menyerbunya dengan berbagai pertanyaan, saat itu Javin masih tersenyum dan meladeni pertanyaan mereka.

Akan tetapi akhir-akhir ini keadaan makin menjadi-jadi, dia merasa sangat tidak nyaman saat diserbu wartawan ketika menghabiskan akhir pekan bersama saudara-saudaranya.

Kemarin itu hari sabtu, Javin yang jadwalnya tidak padat ikut bergabung dalam acara main golf bersama Haekal, Jeno dan Rendra, sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama, Javin sangat menikmati permainan bersama ini.

"Tumben nggak main sama Selena lo, Kal?" Javin bertanya, sedikit heran, karena biasanya jika Selena sedang di Indonesia, sabtu-minggunya Haekal hanyalah milik Selena seorang.

"Gue meskipun punya cewek tuh tetap loyal sama saudara!" Kata Haekal melirik Rendra yang sedang mengenakan sarung tangan. "Nggak kayak saudara lo yang satu itu, nggak ada cewek tapi sibuk terus!"

Javin menoleh pada Rendra, dia heran juga Rendra ikut bergabung, dia tahu jika urusan saudaranya yang satu itu bahkan lebih banyak dari jadwalnya yang padat hampir setiap harinya. Karena selain mengajar, Javin tahu Rendra punya banyak sampingan yang membuat saudaranya itu berlimpah uang.

Can We Be Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang