Selamat membaca.
Alina berjalan di koridor rumah sakit tempat kakeknya dirawat. Sesampainya di Australia, Alina langsung menuju rumah sakit. Pamannya mengabarkan bahwa kakek dalam kondisi stabil dan sudah dipindah ke ruang rawat VIP.
"Uncle. Apakah aku bisa masuk?"
"Iya Lin. Masuklah." ucap pamannya Alina.
Alina melihat kakeknya yang terbaring tak berdaya. Hatinya sangat sakit melihat sang kakek yang terbiasa ceria dan lembut, nampak lemah dan makin terlihat jelas kerut diwajahnya.
Kakek tersenyum tipis saat melihat Kehadiran Alina. Alina menggenggam tangan kakek dan mengecup punggung tangan untuk memberi salam hormat.
"Kakek Alina datang. Syukurlah kakek sudah stabil. Alina akan menemani kakek." ucap Alina dengan lembut. Sang kakek membalas dengan tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Alina. Kamu istirahat dulu. Nanti malam kamu bisa kesini lagi dan gantian menunggu kakek."
"Iya aunty. Sebentar lagi, boleh ya Alina disini. Alina gak akan ganggu kok."
"Iya boleh dong Lin. Kan kamu cucu kakek. Aunty cuma kuatir kamu kecapekan karena baru nyampe dan kamu langsung kesini." ucap Auntynya sambil mengelus kepala Alina.
"Gak papa kok aunty. Tadi Alina dipesawat tidur terus. Makasih aunty." sahut Alina sambil tersenyum.
"Papa istirahat kalo capek ya. Alina yang temani. Nita mau pulang sebentar untuk mandi dan ganti baju." ucap auntynya Alina yang bernama Nita. Kakek melihat kearah menantunya itu dan mengangguk.
"Ati ati di jalan aunty. Uncle juga pulang?"
"Uncle mau kembali ke kantor. Kamu jagain kakek ya." ucap unclenya.
"Pa, Darma pamit ya." ucap unclenya Alina yang bernama Darma Leksana. Kakek hanya menjawab dengan anggukan pada putra keduanya itu.
"Ati ati dijalan uncle." ucap Alina.
"Oya kamu cuti berapa lama?" tanya Darma.
"Pengennya sih sampai kakek sembuh. Tapi lihat situasi juga. Jadi aku ambil cuti dua minggu. Mudah mudahan kakek segera membaik sebelum masa cutiku abis." jawab Alina.
"Bagus. Ada banyak hal yang mau uncle bahas sama kamu. Tapi nanti nanti aja sebelum kamu balik ke Indonesia."
"Iya uncle."
Tinggallah Alina dan sang kakek. Alina menarik kursi dan kemudian duduk dan bersandar. Iya tersenyum pada kakeknya.
"Kakek belum mau istirahat?" tanya Alina.
Sang kakek tersenyum kemudian meminta Alina untuk mendekat dengan isyarat dari tangannya.
"Kakek senang kamu disini." ucap sang kakek dengan suara lirih hingga Alina harus mencondongkan telinganya.
"Iya kek. Alina juga senang. Maaf ya Alina jarang pulang ke rumah kakek." ucap Alina. Dan sang kakek menggeleng, kemudian kembali menggerakkan tangannya untuk meminta Alina mendekat lagi.
"Kamu pindah kesini aja, tinggal sama kakek." bisik kakek ditelinga Alina.
"Iya kek. Alina akan mempertimbangkannya." sahut Alina.
Setelah itu Alina sibuk dengan pikirannya. Jika ia menyetujui untuk pindah, maka ia harus iklas jauh dari Robin pujaan hatinya. Tetapi Alina tidak tega untuk menolak permintaan sang kakek. Mungkin sebaiknya ia membicarakan hal ini dengan uncle dan auntynya.
Suara pesan masuk ke handphonenya mengalihkan Alina dari pikirannya. Perlahan ia menatap kakeknya yang ternyata sudah tertidur. Alina meraih handphone dari tas kecilnya dan membaca beberapa pesan yang masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Can't Move On {Completed}
RomanceWarning 18+ Seorang lelaki memendam perasaan pada seorang wanita namun tidak punya keberanian untuk mengungkapkan. Seorang wanita mencintai seorang lelaki tanpa diketahui oleh lelaki itu. Selama berada di sisi lelaki pujaannya saja sudah membuatnya...