Selamat membaca
Alina meletakkan secangkir kopi hangat di meja makan. Setelah keluar dari Bandara, Alina mendengarkan semua penjelasan dan rencana Robin selama perjalanan dari Bandara menuju apartemen Alina.
Alina menatap Robin yang tengah menikmati secangkir kopi sambil menyalakan tv. Semua penjelasan itu keluar dari mulut Robin karena pernyataan Alina di bandara. Entah mengapa Alina hanya ingin mengatakan itu karena sebenarnya ia tidak perlu mendapat penjelasan dari Robin. Alina mungkin naif karena percaya begitu saja pada Robin.
"Makasih Lin kopinya. Aku balik ke unitku ya. Kamu harus istirahat."
"Lho kamu ga pulang ke rumah?"
"Besok aja. Aku capek. Apalagi kalo ketemu mama, dah pasti dia bakal banyak pertanyaan."
"Oke."
Alina mengantar Robin sampai ke depan pintu unitnya. Tiba tiba Robin berhenti dan memutar badannya. Robin mendekati Alina dan mengecup kening Alina.
"Apa ga bisa kalo kita pacaran tapi backstreet aja?" tanya Robin dengan pandangan memelas. Alina menghela napas kemudian menggeleng dan menatap Robin sambil tersenyum. Robin mengangguk sambil tertunduk lesu dan melangkah keluar dari pintu.
"Sabar ya Bin." ucap Alina sebelum menutup pintu unitnya.
.....
"Robin. Kenapa cepat sekali kamu pulang dari bulan madu? Mana Cia? Kalian gak datang berdua?" tanya mamanya Robin.
"Cia gak ikut pulang ma. Dia tertarik untuk kuliah di Jerman."
"Trus orang tuanya udah tau?"
"Belum ma. Aku belum sempat ke sana. Lagipula ga ada dirumah kan mereka?"
"Kamu tuh, masa LDR begini. Kapan mama bakal punya cucu."
"Mama yakin mau punya cucu?"
"Iya dong. Biar bisa mama pamerin ke teman teman sosialita mama."
Robin hanya menggelengkan kepala dan berjalan menuju kamarnya. Ia sedang malas meladeni bualan mamanya.
Mayang mulai gelisah dengan keputusan menantunya yang memilih untuk kuliah di Jerman. Maka ia segera meraih telepon genggam dan menelpon Novi mamanya Valencia.
"Halo Jeng Novi."
"Ya Halo mbak Mayang ada apa?"
"Gini jeng, Robin tu barusan pulang sendirian. Pas aku tanya dimana Cia, Robin jawab kalo Cia gak ikut pulang karena dia sudah daftar untuk kuliah S2 di Jerman. Jeng Novi udah tau?"
"Saya belum tau mbak. Aduh kurang ajar tu anak ga bilang ke kami dulu kalo mau kuliah. Biar nanti saya hubungi dia ya mbak. Saya masih di LA nih. Makasih ya infonya mbak."
"Sabar jeng. Jangan terlalu keras ama Cia."
"Iya mbak tenang aja."
"Oke. Aku serahkan padamu ya jeng. Makasih."
"Iya mbak sama sama."
Mayang menghela napas dan merasa tidak tenang. Karena rencananya tidak berjalan dengan mulus. Seharusnya yang terjadi tidak seperti ini. Padahal dia sudah banyak rencana ingin mengajak Valencia shopping dan sekaligus pamer pada teman tan sosialitanya kalo dia punya menantu yang hebat.
Tetapi semua itu hanya dalam angan saja karena kini Valencia berada jauh diluar negeri. Apa yang mesti ia pamerkan kalo begini. Sama saja seperti ketika dia tidak punya menantu. Diam diam Mayang merasa kesal.
.....
Suasana Berlin pagi ini diguyur hujan yang cukup deras. Dua insan yang dimabuk asmara masih bergelung nikmat dibalik selimut setelah semalaman mereka menghabiskan malam yang membara. Sudah tiga bulan berlalu sejak mereka menikah dan tinggal di Berlin. Yuda yang sibuk bolak balik Jakarta - Berlin dan Valencia yang mulai dengan kuliahnya. Sedikit banyak Valencia juga membantu pekerjaan Yuda di Berlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Can't Move On {Completed}
RomanceWarning 18+ Seorang lelaki memendam perasaan pada seorang wanita namun tidak punya keberanian untuk mengungkapkan. Seorang wanita mencintai seorang lelaki tanpa diketahui oleh lelaki itu. Selama berada di sisi lelaki pujaannya saja sudah membuatnya...