~ 5 ~

688 76 12
                                    

Mari kita baca

"Cia, mama tidak mengajarimu untuk bersikap tidak sopan." bentak mamanya.

Makan malam yang diharapkan berlangsung dengan hangat, berubah menjadi suasana hening dan sepi. Bahkan disaat semua orang belum menyelesaikan makan malam,  Valencia mengatakan tidak enak badan dan ingin pulang awal. Tawaran dari keluarga Wardhana yang meminta Robin untuk mengantarkan Valencia pulang pun ditolak.

Setelah mengatakan ia menolak perjodohan dan ternyata Robin pun tidak setuju dengan perjodohan ini, kedua belah pihak langsung menjadi canggung. 

"Mama sama papa cuma bilang kita akan makan malam. Bukan mau menjodohkan Cia ama Robin."

"Kalo kami bilang, kamu pasti ga akan datang." ucap mamanya.

"Nah tuh mama tau kan, Cia itu paling ga suka diatur perjodohan sejak dulu."

"Kalo kamu tidak mau sama Robin, mama akan cari lelaki lain yang bisa dijodohkan sama kamu. Robin itu profil yang paling sesuai sebagai mantu mama dan papa."

"Cia gak mau dijodohin, Cia bisa cari jodoh sendiri."

"Iya dan pilihan kamu jatuh pada lelaki gembel itu. Apa kamu masih menemuinya?"

"Engga ma. Cia udah gak tau dia dimana. Jangan pernah mama ganggu dia. Cia gak akan biarin mama sama papa menghancurkan hidup oramg lain. Cukup hidupku aja yang kalian hancurkan."

Plak

Tamparan keras, Cia terima dari papanya.

"Kamu berani nglawan mama sama papa ya. Kalo kamu gak mau dijodohin, papa akan cari lelaki itu dan hancurin hidup dia. Karena dia udah bikin kamu jadi pembangkang!"

Valencia menangis, hatinya sangat hancur. Ia kemudian berjalan masuk ke kamar tanpa mempedulikan lagi suara orang tuanya yang terus menerus memanggilnya.

Valencia mengurung diri dikamar. Matanya sudah sembab dan bengkak karena terus menerus menangis. Setelah mengetahui bahwa mama papanya pergi keluar negri, Valencia mulai menyelinap keluar untuk mencari udara segar.

Dengan mengendarai Ducati, Valencia mngelilingi kota Jakarta pada tengah malam. Ia berhenti di depan sebuah kafe favoritenya. Tentu saja tempat itu sudah tutup karena jam operasionalnya tidak sampai tengah malam.

Duduk diatas motor, membuka helm dan membiarkan rambut ikalnya yang panjang itu tergerai dan bergerak ke kanan kiri karena tiupan angin. Sebatang rokok mild ia nyalakan kemudian ia hisap dalam dalam perlahan ia hembuskan.

Tatapannya terus menatap kafe yang bahkan lampunyapun tidak menyala. Setahun yang lalu ia membeli kafe itu. Saat kafe itu akan tutup karena pemilik sebelumnya meninggal dunia, sedangkan ahli warisnya semua tinggal di luar negri.

Selintas memori memenuhi pikirannya. Ada sosok pria yang sangat ia rindukan, pernah berada di kafe ini. Itulah sebabnya ia tidak ingin kafe ini ditutup karena mungkin ia bisa bertemu lagi dengan pria yang sudah membuka matanya terhadap dunia. Mata yang selama ini tertutup dan tidak peduli.

Terakhir yang ia dengar, lelaki itu memutuskan untuk memgundurkan diri dari kafe ini setelah ia meninggalkan pria itu. Dan hingga sekarang ia tidak tau pria itu ada dimana. Tapi untuk apa semua itu, toh pria itu akan membencinya setelah melihatnya.

Lebih baik seperti ini, mereka tidak mungkin bersatu selama orang tuanya masih hidup. Valencia tidak memiliki kekuasaan untuk melindungi pria itu. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengobati rasa rindu ini. Lagipula kemungkinan lelaki itu sudah melupakannya.

Valencia mengusap air matanya lagi. Ia bergegas membuang puntung rokok kemudian memakai helmnya kembali. Tidak ada gunanya dirinya berlama lama disini karena sosok yang ia harapkan pun tidak mungkin ada disini. Valencia terkekeh sendiri merutuki kebodohannya. Kembali menyalakan mesin motornya, Valencia meninggalkan tempat itu.

We Can't Move On {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang