~ 14 ~

705 69 8
                                    

Selamat membaca

"Yudaa..." pekik Valencia dari dalam kamar.

"Ya sayang.. " Yuda bergegas menuju ke kamar karena takut terjadi sesuatu pada istrinya.

"Air ketubanku pecah.." ucap Valencia saat melihat Yuda sudah berdiri dihadapannya.

Tanpa berpikir panjang, Yuda langsung bergegas menggendong istrinya yang tengah hamil besar dan mereka segera menuju ke rumah sakit.

Selama proses persalinan, Yuda menemani Valencia yang sedang berjuang untuk melahirkan putra mereka.

"Terima kasih sayang, kamu sudah berusaha keras. I love you." ucap Yuda setelah melihat putranya berhasil lahir dengan selamat. Yuda mengecup kening istrinya dengan lembut.

Senyum bahagia terukir di wajah Valencia dan Yuda. Setelah seorang perawat selesai membersihkan bayi lelaki itu, sang perawat kemudian menyerahkan pada sang ibu. Valencia menerima putranya dan mengecup wajah putranya. Yuda juga mengecup dan bergantian menggendong putra mereka.

Mereka bersyukur karena kebahagiaan mereka semakin lengkap. Yuda sudah menyiapkan nama untuk putra mereka. Namanya adalah Prakarsa Putra Perdana.

.....

"Robin di dalam?" tanya Mayang pada Alina.

"Pak Robin sedang meeting online bu di dalam." ucap Alina.

"Saya mau ketemu Robin sekarang. Kamu kasih tau dia."

"Maaf bu. Ruangan Pak Robin dikunci dari dalam. Saya juga tidak bisa masuk jika Pak Robin sedang meeting online."

"Duh.. Ditelpon juga gak di angkat." keluh Mayang sambil menempelkan handphone ke telinganya.

"Bu Mayang bagaimana kalo ibu menunggu, saya buatkan minuman saja."

"Gak usah." ucap Mayang.

Alina menatap kepergian Bu Mayang dengan tatapan heran. Alina pikir pasti ada sesuatu hal yang membuat Bu Mayang resah.

"Alina tolong ke ruanganku." panggil Robin dari interkom.

"Baik pak." sahut Alina kemudian langsung masuk ke dalam ruangan.

"Alina semua berkas bisa kamu bawa. Saya sudah selesai tanda tangan. Oya siapkan tiket ke Berlin, saya mau berangkat besok. Kamu gantikan saya sementara disini ya."

"Baik pak. Oya tadi ibu anda datang kemari. Tapi karena anda masih meeting, beliau kemudian pergi lagi."

"Ok."

Alina melangkah mendekat ke meja Robin dan mengambil dokumen yang harus ia bawa. Karena tebal dan berat Alina membawanya dengan kedua tangan. Dan saat itulah Robin berdiri di depannya kemudian merengkuh pinggang Alina.

"Pak Robin jangan macam macam." ucap Alina.

Robin hanya tersenyum melihat Alina yang tidak bisa berkutik dihadapannya.

"Mau sampai kapan aku harus menunggu kamu Lin?" ucap Robin sambil menatap mesra kedua mata Alina.

"Sabar Bin." ucap Alina sambil menelan saliva karena wajah Robin semakin mendekat.

"Aku menahan diri dari jarak sedekat ini Lin. I want to taste your lips, your body..

"Cukup Bin. Kenapa kamu jadi mesum sih."

"Ini semua gara gara kamu yang terus bersinar. Dan semakin banyak pria yang mendekati kamu. Aku cemburu Lin. Bahkan anak SMA pun sudah berani melamar kamu. Egoku terluka. Harusnya aku yang melakukannya."

We Can't Move On {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang