Chapter 1

1K 112 15
                                    

Hanya satu kata sederhana
yang pantas terlontarkan untuk
dirinya.. Mempesona.
Alan


Ciri-ciri dari seorang Alan Bramasta, Selalu berpakaian gaya, tepat waktu, suka roti, dan dia memiliki semacam magnet di dalam dirinya yang mampu mengundang perempuan tertarik padanya.

Alan nama panggilannya, dianugrahi daya tarik yang luar biasa, Dia memiliki badan yang gagah, berambut hitam gelap, senyum yang karismatik, ditambah lagi sepasang mata yang tajam dengan alis tebalnya.

Jarum jam menunjukan pukul tujuh saat Alan melihat benda yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia harus segera bergegas pergi ke sekolah, dia menggunakan jaket, lalu menggendong tasnya, tidak lupa Alan menyambar sarapan berupa roti di atas meja makan.

Pagi ini, Alan mengendarai motor besar berwana hitam milik nya dengan kecepatan sedang. Tidak butuh waktu lama dia sudah menempatkan motornya dengan mulus di parkiran sekolah. dia membuka helm dan menyisir rambut hitam lebatnya dengan jari, membuat kaum hawa yg melihatnya sampai tidak berkedip.

langkah ringan kakinya melintasi gerbang koridor sekolah SMA PERTIWI. SMA Alan adalah salah satu SMA yg terbilang ternama, karna bukan hanya siswa siswinya yang berprestasi tetapi karna di SMA tersebut memiliki segudang cogan yang mempesona. Gedung sekolah yang berlantai 3 dan halaman yang luas. Ralat, sangat luas hingga ada seorang perempuan tiba tiba menabraknya. Bukan langsung menjauh, perempuan itu justru menempel di tubuh Alan beberapa detik, sambil memandangi wajah tampan Alan.

"Gila nih cowo ganteng banget," Bati si cwe

"So-Sorry..."perempuan itu langsung memberi celah antara mereka berdua. Alan yang memperhatikan seragam sekolah perempuan itu sepertinya bukan dari sekolahnya, sudah pasti, Anak Baru.

"Kalau jalan itu bukan cuma pake kaki, tapi lo perlu pake mata juga-!" Alan berdecak

Membuat perempuan di hadapan Alan ingin menggambil kembali kata maaf yang tadi, "Koo lo nyolot gitu sih? Gue udah minta maaf kali." permpuan di hadapanya tidak terima akan ucapan Alan, Dia menarik kata kata nya kembali beberapa saat yang memuji ketampanan seorang Alan.

"Maaf lo bilang? Gue ga butuh kata maaf-!!" karna bell sudah berbunyi Alan lalu pergi meninggalkan cewe itu. karna meladenin nya adalah hal yang percuma.

"WOY.. MAU KEMANA LO! GA SOPAN LO" teriak cewe tadi, ntah ada dorongan dari mana cewe itu mengambil botol kosong di depannya, dan melparkan ke arah Alan tepat pada kepalanya. Cewe itu kaget, karna leparannya tepat sasaran.

"Bangke...," umpat Alan karena merasakan ada sesuatu yang mengenai kepalanya sehingga membuat dia memberhentikan jalannya. Alan memutari balik badanya dan menatap perempuan tadi tajam. Mereka berdua pun saling tatap solah olah ada laser yg bertanda kan permusuhan.

Perempuan yang memiliki rambut lurus di hiasi dengan jepit kecil itu menggit bibir bawahnya, Dia menyesali perbuatanya. Namun, entah dapat bisikan mistis dari mana, perempuan itu mengangkat kepalanya dan menantang cowo di hadapannya. "APA LO.."

***

Guru mata pelajaran belum juga menunjukan batang hidungnya. semua murid heboh dan bergosip ria. Tiba tiba suasana berbah drastis menjadi tertib dan semua murid memfokuskan pandanganya melihat ke depan saat wali kelasnya masuk beserta murid perempuan.

Semua orang serentak memperhatikan perempuan di hadapanya, terkecuali Alan.

"Ada anak baru di kelas kita. jadi mohon kerja samanya untuk membantu dia mengejar pelajaran," ujar wali kelas itu.

"Ayo perkenalkan diri kamu,"ucap Wali kelas itu pada murid baru

perempuan itu mengaguk, lalu berbicara, " Perkenalkan.. nama saya Kyara Gramantha, panggil aja Ara. Mohon bantuannya untuk mengjar pelajaran yang tertinggal,"ucapnya, lalu tersenyum,melihatkan lesung pipi kirinya.

"Kamu duduk di sebelah dia ya, Namanya Alan," perintah walikelas itu, membuat Ara memperhatikan cowo yg bernama Alan itu.

"Cih, bukanya itu cwo yg tadi di koridor. ngapain gue satu kelas sama dia sih!" batin Ara

"Kenapa harus sebelah saya, Pak?" tanya Alan

mendengar ucapan songong cowo itu, Ara yakin dia tidak salah lihat

"Bangku Bryan juga kosong," kata Alan.

"makasih, Lan. Gue terima dengan senang hati," ucap Bryan mengacukan jempol kepada Alan

"Karna kamu ketua kelas, Lan. Bapak harapkan kamu bisa membantu Ara untuk beradaptasi di kelas."

"Ok, Bapa tinggal dulu ya, Ini pelajaran apa?" tanya wali kelas kepada Cila yang duduk di depan.

"Matematika, Pak"

"Oh.. kebetulan bu Jihan ga masuk. Jangan pada ribut di kelas. Dan kmu Ara, gunakan waktu kosong ini untuk berkenalan dengan teman barumu."

"iya, pak," ucap Ara tak lupa senyum setelah berbicara.

setelah guru itu keluar, Ara berjalan perlahan menuju meja Alan. Sepertinya dia harus mulai mencairkan suasana dingin ini.

"Ngapain Lo kesini?" ketus Alan

Ara menggedikan bahu, dan segera duduk. "Lo tuli ya? lo pasti denger kan tadi tuh guru suruh gur duduk dimana?"

"Oh.. Lo koo mau aja di suruh suruh sama tuh guru, kenapa lo ga bantah aja perintah tuh guru?"

"ckk, gue cuma ngikutin perintah wali kelas," ucap Ara karna ucapan Alan yang nyeleneh.

"sekarang lo ikutin perintah gue, karna gue ketua kelasnya di sini. lo oindah dari tempat gue," ucap Alan dengan nada mengusir

"Terus kalo gue pindah, gue duduk dimana?" tanya Ara yg kesabaranya mulai habis. "loo tuh egois...," lanjutnya, tapi Alan tidak mengubris ucapan Ara. Membuat Ara yang tadinya duduk menjadi berdiri dan ntah mental dari mana dia memukul kepala Alan.

Semua kelas hanya bisa menonton, tanpa ada satupun yang membela Ara, hening sesaat. Hingga Alan berdiri membuat Ara meneguk silvanya susah.

Alan berjalan ke arah meja Styla, "La gue pinjem penggaris."

"pengaris gue ketinggalan, Lan."

lalu alan melirik teman sebangku Styla. "Gue hajar lu sampe ikut-ikutan bilang kga bawa penggaris."

Cila yg sudah memutuskan untuk berbohong mengurungkan diri dan memberikan pengarinya pada Alan. "Jangan lupa Lo balikin dengan ke adaan utuh, Ya Lan."

Alan menerima penggaris itu dan berlajan ke arah mejanya, Ara sedang membaca sebuah buku. Alan duduk di sampingnya dan mulai menggaris di atas meja seperti membuat batas perang.

"lo ngapain?" tanya Ara

"ini batas lo, Lo ga boleh lewatin." ucapnya

"ini ga adil, masa iya batas lo besar sedangkan gue cuma muat 1 buku sama satu pulpen." serka Ara

"Gue ga butuh persetujuan lo." dan setelah itu Alan bermain ponsel dan menolak mentah-mentah protesan Ara.

"Alan lo ga adil!" protes Ara


༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

ALAN B'S {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang